“Aku bukan barang yang bisa diperjualbelikan.” —Zea
Zea Callista kehilangan orangtuanya dalam sebuah pembantaian brutal yang mengubah hidupnya selamanya. Diasuh oleh paman dan bibinya yang kejam, ia diperlakukan layaknya pembantu dan diperlakukan dengan penuh hinaan oleh sepupunya, Celine. Harapannya untuk kebebasan pupus ketika keluarganya yang serakah menjualnya kepada seorang mafia sebagai bayaran hutang.
Namun, sosok yang selama ini dikira pria tua berbadan buncit ternyata adalah Giovanni Alteza—seorang CEO muda yang kaya raya, berkarisma, dan tanpa ampun. Dunia mengaguminya sebagai pengusaha sukses, tetapi di balik layar, ia adalah pemimpin organisasi mafia paling berbahaya.
“Kau milikku, Zea. Selamanya milikku, dan kau harus menandatangani surat pernikahan kita, tanpa penolakan,”ucap Gio dengan suara serak, sedikit terengah-engah setelah berhasil membuat Zea tercengang dengan ciuman panas yang diberikan lelaki itu.
Apa yang akan dilakukan Zea selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BEEXY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 - Kepergian Giovanni
"Siapa?" Zea menoleh, turun satu langkah dari tangga dan menengok ke arah lorong dimana suara itu terdengar jelas.
'saya akan mempersiapkan segalanya, Tuan. Saya juga kagum dengan anda yang dapat meledakkan NeroSteel untuk mengalihkan Alteza.'
Bisik-bisik tersebut memantapkan langkah Zea untuk mencaritahu. Di tengah cahaya lampu remang-remang, kakinya terus berayun ke sumber suara.
Hingga dia yakin kalau suara tersebut pas berada di persimpangan lorong. Zea memperlambat langkahnya agar tidak menimbulkan Kecurigaan. Zea mengendap-endap, menempelkan punggungnya di dinding sambil merayap seperti cicak. Rambut gelombangnya sesekali terjun menutupi wajahnya, Zea makin mempertajam pendengarannya.
Saat tubuhnya makin dekat dengan belokan lorong tersebut, dia bersiap untuk menyergap suara itu ...
"Kali ini aku akan membuktikan kalau aku tidak berhalusinasi!" Zea membentangkan kedua tangannya dan masuk ke ujung lorong tersebut.
Dan ...
Sepi.
Sudah bereaksi seperti orang yang akan menangkap maling, tapi faktanya malah dia tidak menemukan apapun di sana. Zea menghela nafas kasar, matanya berkedip-kedip bingung, padahal tadi dia sangat yakin kalau suara itu ada di sana.
Tentu, Zea tidak berhalusinasi! Itu nyata!
Zea mengerutkan kening heran, tapi pada akhirnya kedua bahunya turun—menyerah. Saat dia memutar badan untuk kembali ke kamar. Tiba-tiba Giovanni muncul berdiri di depan Zea.
Sontak gadis itu berteriak yang suaranya memantul di dinding Mansion. "WAA!!"
Sementara raut wajah Giovanni tetaplah datar seperti biasanya. Tanpa ekspresi. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Zea memgangi dadanya—efek terkejut masih terasa hingga dia mampu mengeluarkan kata-katanya kembali. "Aku mendengar seseorang berbicara, lebih tepatnya suara itu seperti Bodyguard yang tadi pagi bicara padaku! Aku hanya ingin menangkapnya untuk membuktikan kalau aku tidak berhalusinasi, aku benar-benar bicara padanya!"
Giovanni mengerutkan kening. Tidak menyangka Zea akan sangat bersikeras soal itu. "Kau tidak perlu membuktikan apa-apa."
"Tapi, dia benar-benar bicara padaku dan tadi aku mendengarnya bicara dengan seseorang. Percayalah padaku." Zea berkacak pinggang, tatapannya lurus melihat sorot diam Giovanni.
"Kembalilah tidur."
"Apa? Kau tidak percaya padaku?"
"Bagaimana aku percaya jika buktinya tidak ada?"
"Setidaknya lakukan tindakan."
"Untuk apa?"
"Untuk-" ucapan Zea berhenti tepat ketika Giovanni mendekatkan wajahnya.
"Tidur atau kau akan tau apa yang akan aku lakukan."
Perkataan itu sontak membuat Zea teringat dengan Giovanni tiba-tiba menciumnya. Dia terbelalak dan akhirnya berjalan menjauh, naik ke kamar dan tidur.
Walaupun pikiran Zea masih kalut, masih bertanya-tanya apakah benar itu merupakan suara sang Bodyguard yang mengajaknya bicara pagi lalu. Namun, kenapa jarak beberapa menit dari Zea berjalan, pria berbadan besar itu sudah tidak ada, malah Giovanni yang dia temui. Zea m menggelengkan kepalanya, berusaha fokus untuk tidur saja dan melupakan semuanya.
Walaupun jauh di dalam lubuk hatinya, Zea tiba-tiba merasa takut karena terlalu banyak hal-hal janggal yang dia sadari tapi tidak disadari oleh orang-orang di sekitarnya.
\=\=\=
Keesokan harinya, Giovanni bersiap untuk berangkat menuju lokasi ledakan itu. Mobil mewah terparkir di depan Mansion, perkalian Giovanni melayani pria itu dengan telaten.
Sementara Zea hanya bisa memperhatikan, bersama dengan pikirannya yang berkecamuk tentang kejadian kemarin. Zea tidak berhalusinasi. Tapi, tadi pagi saat dia terbangun, sosok bodyguard yang kemarin mengajaknya bicara sudah tidak ada. Bahkan Zea telah menelusuri sepanjang mansion tapi tidak melihat sosok bodyguard itu. Aneh sekali.
Dia semakin merasa takut karena keanehan tersebut.
Giovanni yang menyadari keanehan ekspresi Zea, segera mendekati gadis itu. "Kau baik-baik saja?"
Zea tertegun dan membenarkan postur tubuhnya menjadi tegap. "Y-ya."
"Ada yang menganggu pikiranmu?"
Zea memperhatikan Giovanni lalu menggigit bibir bawahnya dengan nafas tercekat. "Yang semalam."
"Tidak perlu terlalu dipikirkan. Kau mungkin hanya salah dengar,"ucap Giovanni dengan santai lalu menatap Zea cukup lama.
Seperti sebuah tatapan yang sulit diartikan.
"Tetap saja kan.." Zea kembali bicara, jarinya tanpa sadar menyentuh ujung jas Giovanni. "Kenapa semua keanehan yang aku alami tidak kalian ketahui juga? Maksudnya ... kenapa hanya aku?"
"Aku tidak bisa menjawabnya,"ucap Giovanni, kedua tangannya lalu ditarik dan menyentuh pengekangan tangan Zea. "Jika ada apa-apa kau bisa memberitahu Federico atau Rosa. Aku telah memerintahkan mereka untuk tetap si sisimu. Jangan berulah yang menyusahkan mereka."
Zea mengangguk. Sementara Giovanni perlahan melepaskan cengkraman tangan Zea di ujung jasnya.
Menandakan kepergian lelaki itu dari Mansion, tubuh tegapnya berbalik dan berjalan menuju mobil yang telah dipersiapkan, Asher bahkan berjaga di samping pintu mobil untuk menyambut tuannya masuk.
Zea merasakan debaran jantungnya semakin cepat sesaat setelah melihat Giovanni masuk ke dalam mobil dan mobil itu melaju kencang, menjauh dari jangkauan matanya.
Sementara itu Giovanni tidak lagi menoleh ke belakang dan terus menatap ke depan pada masalah yang dihadapinya ; peristiwa ledakan NeroSteel. Walaupun kerugiannya tidak seberapa, tapi harus ada media yang dibungkam. Giovanni akan mengadakan konferensi pers untuk masalah itu.
\=\=\=
"Tenang saja, Tuan Alteza memang sering bepergian keluar. Terkadang sampai berbulan-bulan tidak kembali. Kau tidak perlu terlalu merindukannya,"ucap Rosa yang tiba dari arah jam enam dan merangkul Zea dari belakang.
"Bukan itu, aku hanya ..."
"Hanya apa? Kau mulai menyukainya,hm?" Rosa menaikturunkan alisnya.
"Kau ini, tidak. Malah, ada hal lain yang aku khawatirkan." Zea mengerutkan keningnya.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan Tuan Altezza, dia akan kembali dengan selamat!"pekik Rosa sambil mengacungkan jempolnya dan senyum kuda.
Rosa salah paham. Bukan Giovanni yang Zea maksud, tapi hal-hal aneh yang terjadi di Mansion. termasuk bodyguard itu. Zea hanya diam, kembali sunyi—berbeda dengan karakternya yang biasanya ceria dan banyak bertanya.
Melihat keanehan itu, Rosa mendekatkan wajahnya ke arah Zea. "Kenapa?"
"Aku tidak mengkhawatirkan Giovanni, aku hanya takut dan merasa ada sesuatu yang aneh di Mansion,"jujur Zea.
"Jikalau ada yang aneh pasti aku dan Federico akan langsung mengetahuinya kan?" Rosa menepuk bahu Zea. "Tenang saja, kami akan melindungimu apapun yang terjadi. Kami ini sudah sumpah setia dengan Tuan Altezza, kami akan menuruti semua perintah Tuan Alteza termasuk melindungi mu. Jadi, kau tidak perlu khawatir."
Setelah mendengar ujaran Rosa, Zea tersenyum lega. Mungkin memang yang semalam hanyalah perasaan Zea karena ambisi ingin membuktikan pada Giovanni tentang bodyguard itu.
Akhirnya, Zea menghabiskan hari-harinya seperti biasa.
Sementara di sisi lain, William menatap tajam layar monitor sambil merapikan jasnya. Sudut kanan monitor menunjukkan live streaming konferensi pers yang akan dimulai Giovanni nanti, sukses menciptakan seringai di wajah William.
Sesaat setelah acara itu berlangsung, William bisa langsung menjalankan rencananya dengan maksimal.
William mengangkat gelas kecil vodkanya ke atas. Tanda penyambutan kemenangan dan angannya.
\=\=\=
Malam hatinya, Zea tertidur setelah hari yang cukup membosankan di Mansion. Dia berbaring sendirian di kasur itu. Dingin, ditambah nuansa gelap mansion yang dikelilingi oleh pohon besar.
Hingga tiba-tiba, Zea merasakan pergerakan di sekitar kamar itu. Dia segera duduk, memandangi sekitar dengan jantung yang berdebar. Zea bukan tipe yang akan takut dengan hantu. Dan perasaannya kini bukan yang seperti itu.
Zea menoleh ke kanan saat melihat sebuah siluet hitam bergerak. Dadanya makin naik turun, keringat mengalir di pelipisnya. "Siapa?"
\=\=\=
Sekian dulu, jangan lupa like, komen dan subscribe ❤️ kalian juga bisa memberikan dukungan tambahan pada Bee dengan menonton Video atau memberikan tip jika suka dengan cerita ini 🤗🤗
Love Bee 🍯
sedih baca part ini :(