NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21. Teror

Cup

Kaesang mencium singkat pipi Tyas, membuat pipi putih dan lembut itu basah oleh bibirnya. Wajah Tyas sendiri langsung memerah setelah Kaesang mencium pipinya.

"Kamu mah," kata Tyas, malu.

Kaesang tersenyum manis, lalu melepas sabuk pengaman Tyas. "Ayo turun," ajaknya.

Mereka pun turun dari mobil, Kaesang sengaja memarkirkan mobilnya di parkiran depan agar mudah untuk mereka pulang nanti atau besok. Entahlah.

Kaesang menggandeng tangan Tyas masuk ke dalam hotel itu dan menuju bagian resepsionis hotel.

Setelah melakukan check in Kaesang dan Tyas memasuki lift menuju ke kamar mereka.

"Yang, kamu serius..?" tanya Tyas ragu. Ia dan Kaesang masih berada di dalam lift.

Kaesang melirik singkat ke Tyas, tersenyum tipis. "Seriuslah. Kapan sih aku nggak pernah serius?" tanyanya balik.

Pintu lift lalu terbuka, memperlihatkan lorong hotel yang panjang. Kaesang dan Tyas keluar, langkah kaki mereka bergema pelan menuju kamar mereka di ujung lorong, sesuai petunjuk resepsionis.

Kaesang menggandeng tangan Tyas. Sementara keduanya hanya hening, tidak saling bicara.

Mereka pun tiba di depan kamar hotel mereka. Kaesang memasukkan kunci kamar hotel itu yang berupa kartu ke tempat kunci yang disediakan. Setelah itu pintu kamar pun terbuka. Mereka masuk dan setelah di dalam pintu pun tertutup secara otomatis.

Kaesang menggandeng Tyas ke ranjang, duduk di tepi kasur. Tatapan mereka bertemu, intens dan dalam. Sejenak, waktu seakan berhenti. Lalu, bibir Kaesang menempel lembut di bibir Tyas, sebuah sentuhan yang perlahan berubah menjadi lebih bergairah.

Ciuman mereka awalnya lembut, mengalun pelan, namun kemudian semakin dalam, semakin brutal. Tyas terengah, tak mampu mengimbangi ciuman Kaesang.

Perlahan, ciuman itu berakhir. Keduanya menarik napas, dada berdebar.

"Kamu brutal banget sih Yang? Sampai kehabisan nafas aku," ujar Tyas, dadanya masih naik turun. Hidungnya pun kembang kempis, berusaha mengatur napas yang tersengal-sengal

Tapi Kaesang hanya diam, lalu ia kembali menyerang Tyas. Kali ini ia tidak hanya mencium bibirnya, tapi juga wajah, leher, hingga da-da Tyas yang bajunya sudah setengah terbuka.

Kaesang meminta Tyas untuk membvka seluruh pakaiannya, begitupun dengan Tyas yang juga melakukan hal yang sama.

Pakaian mereka teronggok di lantai, sementara mereka sudah berduel panas di atas ranjang.

Spring bed beserta selimut di atasnya sudah tidak karuan wujudnya sekarang. Kaesang dan Tyas yang terus bermain, tidak sadar jika kamar hotel itu sudah seperti kapal pecah.

"A-hh, a-hh, a-hh," desa-han keduanya beradu, memenuhi seisi kamar.

Kaesang tidak hentinya menaik luncurkan tubuhnya, sembari tangan kanannya meremas buah persik merah milik Tyas.

Buah itu sudah semakin berkembang sekarang. Jika dulu ukurannya sangat pas, sekarang sedikit lebih besar.

"A-hh, Yanggg," Tyas merasakan kenikmatan yang luar biasa saat Kaesang terus menaik luncurkan tubuhnya dengan semangat.

Ia akan segera melakukan pel3pasan.

"Aku mau keluar Dearr," kata Kaesang.

"Aku juga," sahut Tyas.

Mereka pun melakukan p3lepasan secara bersamaan. Air kental dan berwarna putih itu keluar, memenuhi gua Tyas.

Kaesang mencabut miliknya, lalu berbaring di sebelah Tyas, ia menarik selimut menutupi tubuh keduanya.

"Hhh, Yang," panggil Tyas, nafasnya masih memburu.

Kaesang menoleh, "Iya, Dear," jawabnya.

Tyas memiringkan tubuhnya, pandangannya bertemu dengan Kaesang. Kaesang pun membalas tatapannya. Tangan Tyas terulur, lembut menyentuh pipi Kaesang. Senyumnya merekah, hangat dan manis.

"Aku beruntung banget bisa punya suami kayak kamu," ucap Tyas, suaranya lembut.

Kaesang tersenyum lebar, matanya berbinar dengan rasa syukur dan bahagia. Tangannya yang tersembunyi di balik selimut terulur, melingkar erat di pinggang Tyas, lalu naik menelusuri punggungnya.

"Apalagi aku Dear. Aku beruntung banget bisa punya istri seperti kamu. Kamu itu obat buat aku tau Dear. Semenjak kamu hadir, hidupku yang tadinya terasa hambar dan suram kini jauh lebih berwarna dan hidup. Aku cinta banget sama kamu," jujur Kaesang dari hatinya yang paling dalam.

Tyas merasakan kebahagiaan yang meluap, hatinya penuh syukur dan berbunga-bunga mendengar ungkapan cinta Kaesang.

"Aku juga cinta banget sama kamu Yang. Kamu adalah harta karun buat aku," balas Tyas, matanya berkaca-kaca. Senyumnya mengembang.

Ia akan kembali mencium bibir Tyas. Tapi...

Tok...X3

Pintu kamar hotel mereka diketuk dari luar. Siapa? Siapa yang datang? Pikir mereka.

Dengan sedikit gerutuan, Kaesang terpaksa turun dari ranjang. Ia mengenakan kembali pakaiannya, lalu berjalan menuju pintu, sambil terus menggerutu.

"Ada apa?" tanya Kaesang dingin pada seorang karyawan hotel perempuan yang berdiri di depan pintu kamarnya.

Perempuan itu tersenyum ramah, di tangannya ia membawa sebuah kotak berukuran sedang yang berbalut kertas kado berwarna pink. "Maaf mengganggu waktunya Pak, saya ke sini hanya ingin mengantarkan kotak ini ke bapak," katanya.

Kaesang mengerutkan keningnya, bingung. "Kotak? Kotak apa?" tanyanya tidak mengerti.

Karyawan hotel itu hanya tersenyum, lalu menyodorkan kotak yang dipegangnya ke Kaesang. Dengan sedikit penasaran Kaesang menerima kotak itu.

"Tadi ada seorang pria dewasa yang datang ke bagian resepsionis dan memberikan kotak itu. Dia meminta kami untuk memberikan kotak itu ke Mas Kaesang. Ehm, ini benar mas Kaesang kan? Tadi saya melihat nomor kamar mas dan istri mas dari daftar," jelas karyawan itu.

Kaesang mencoba mencerna ucapan karyawan itu. Lalu ia mengangguk. "Oh begitu? Baiklah, terima kasih," jawabnya singkat.

Setelah itu karyawan itu pun pergi dari sana. Kaesang berbalik dan masuk. Sembari membawa sebuah kotak di tangannya, ia berjalan menuju ranjang.

"Siapa Yang?" tanya Tyas setelah melihat Kaesang kembali.

Kaesang merebahkan diri di samping Tyas, bersandar pada headboard tempat tidur yang nyaman, tubuh mereka terbungkus selimut hangat.

"Karyawan hotel. Katanya tadi ada pria yang dateng dan nitipin kotak ini untuk di kasihin ke aku," jawab Kaesang, matanya tak lepas dari kotak kado pink di tangannya.

Tyas menoleh ke kotak yang ada di tangan Kaesang. Alisnya mengerut. "Dari siapa?" tanyanya, ikut penasaran.

Kaesang mengangkat kedua bahunya. "Nggak tau, tadi karyawannya nggak bilang," jawabnya.

Dengan hati-hati, ia mulai membuka kotak itu, melepas perekat dan kertas kado yang membungkusnya. Tutup kotak itu pun akhirnya terbuka, dan...

"Astaga!" Kaesang dan Tyas sontak terlonjak kaget. Keduanya langsung terpaku, tak percaya dengan apa yang mereka lihat di dalam kotak itu. Kaesang bahkan hampir saja melempar kotak itu karena terkejut.

"Eumpp, aku pengen muntah Yang," keluh Tyas, sambil menutup mulut dan hidungnya.

Kaesang turun dari ranjang dan duduk di lantai. Kotak yang tadi karyawan berikan tergeletak di depannya.

"Apa-apaan ini? Ini semacam teror!" seru Kaesang, suaranya meninggi.

Benar. Kotak itu berisi anak ayam mati dengan tubuh penuh darah, beberapa pisau kecil juga berlumuran darah, dan yang paling mengerikan adalah bekas pembalut yang penuh darah dan berbau amis.

Apa-apaan ini??!!

Mual melihat dan mencium bau busuk di dalam kotak itu, Kaesang hampir saja menutupnya rapat-rapat. Tapi, matanya menangkap secarik kertas yang tersembunyi di antara benda-benda mengerikan di sana.

Dengan hati-hati, ia mengambil kertas itu, membukanya, dan membaca perlahan.

Hanya beberapa kata yang tertulis di sana, namun cukup membuat bulu kuduknya berdiri.

'GIMANA HADIAH DARIKU? BAGUS NGGAK?'

Kaesang membanting kertas itu ke lantai. Amarahnya memuncak. Ini bukan sekadar lelucon; ini ancaman serius. Ia menatap Tyas yang masih tampak shock dan mual. Ketakutan mulai menjalar di hati Kaesang. Siapa yang tega melakukan ini? Dan apa maksudnya?

"Apa yang tertulis disana Yang?" tanya Tyas, agak cemas.

Kaesang menggeleng, wajahnya masih penuh teka-teki. "Entah ini iseng atau nggak. Tapi ini adalah teror. Aku mau lapor ke pihak hotel dulu soal kotak ini," katanya, lalu berdiri dan meraih ponselnya dari atas nakas. Ia menghubungi pihak hotel dan meminta mereka untuk datang ke kamarnya.

Sementara itu Tyas memakai pakaiannya dengan cepat, lalu duduk di pinggir ranjang. Ia memperhatikan Kaesang yang mondar-mandir sambil terus menelepon, barulah setelah selesai, Kaesang menyimpan ponselnya di saku dan menghampiri Tyas.

"Pihak hotel akan segera kesini Dear," ujar Kaesang, berdiri di depan Tyas. Tyas berdiri, mengangguk dengan wajah cemas, lalu memeluk Kaesang erat. Kaesang membalas pelukan itu, mengusap lembut punggung Tyas, berusaha menenangkannya yang tampak ketakutan.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!