Gadis Pesantren Itu Istriku

Setelah itu Yasmin keluar, di lihatnya Vano sedang duduk di pinggir ranjang menunggunya.

" Bisa kita bicara." tanya Vano begitu melihat Yasmin keluar dari kamar mandi.

Yasmin tidak menjawabnya, ia mendekat kemudian duduk di samping Vano namun agak sedikit jauh.

Keduanya diam, dengan Yasmin yang terus menunduk.

" Sebelumnya saya minta maaf, jika selama kita menikah saya selalu membuat kamu sedih dan kecewa, tapi percayalah saya tidak ada niat sedikitpun untuk menyakitimu. " ucap Vano yang mulai membuka suara mengutarakan semua isi hatinya.

" Saya benar benar minta maaf. " lanjut Vano yang terlihat sangat merasa bersalah.

"Tidak, mas tidak perlu minta maaf, ini memang sudah takdir buat kita berdua. " ucap Yasmin mengangkat pandanganya menatap Vano.

" Nggak Yasmin.., saya tidak ingin seperti ini terus. " jawab Vano.

"Terus mas mau seperti apa, mengakhiri semuanya." tanya Yasmin menatapnya serius.

" Nggak, saya nggak akan pernah menceraikanmu, apapun yang terjadi. " jawab Vano.

"Mas egois. " ucap Yasmin yang menatap Vano dengan sangat kecewa.

" Kita kan sudah pernah bahas ini kan?, bahkan kamu sendiri juga bilang, akan membuka hatimu juga untuk saya. " tutur Vano yang mengungkin percakapan mereka dulu.

Yasmin diam menatap Vano hampir tidak berkedip.

" Jadi saya mohon jangan mengungkit perceraian lagi, itu tidak akan pernah terjadi. " lanjut Vano.

" Terus mau mas apa, jujur saya sudah capek terus seperti ini, pura pura baik baik saja, pura pura tersenyum, saya capek mas. " tutur Yasmin yang mulai menangis lagi.

" Jangan menangis, hati saya sakit melihat kamu menangis. " ucap Vano mendekat hendak ingin memeluknya.

Namun dengan cepat Yasmin menahanya.

" Saya tidak akan bicara lagi mas, terserah mas mau bagaimana, saya sudah lelah dengan semuanya. " jawab Yasmin pasrah.

Tiba tiba Vano mendekat lagi dan langsung memeluknya dengan sangat erat.

" Lepas mas. " ucap Yasmin yang terus mendorong tubuh Vano.

" Manusia tidak ada yang sempurna , apalagi dalam menjalin sebuah hubungan. Saya hanya ingin kita sama sama butuh, sama sama mengerti, sama sama menghargai, sama sama berjuang. Jadi saya mohon tolong jangan mengungkit lagi perceraian. " ucap Vano sambil memegang kedua pipi istrinya menatapnya lekat.

" Tapi mas egois." jawab Yasmin yang terus meneteskan air mata.

" Maafkan saya. " ucap Vano memeluknya kembali.

" Lepas." jawab Yasmin yang terus mendorong Vano agar mejauh.

" Tidak akan." jawab Vano.

Di kamar sebelah, tanpa mereka sadari mama dan papanya Vano mendengar percakapan kedua anak mereka itu.

" Tuh kan benar pah, mama udah yakin kalau mereka memang belum juga bisa menerima satu sama lain. " ucap mamanya yang terlihat sedih.

"Terus gimana mah, papa nggak mau mereka sampe pisah, papa udah sangat menyukai Yasmin sebagai menantu kita. " tanya papa yang juga ikut sedih.

"Gini aja pah, gimana kalau untuk sementara mereka kita bawa tinggal di rumah dulu. " usul mama.

"Terus gimana caranya, mama tau sendiri gimana sikap Vano, pasti dia nggak bakalan mau. " jawab papa yang bingung.

" Nanti biar mama yang ngomong sama Vano, pasti dia akan nurut. " ucap mama yang sangat yakin.

Sementara di kamar Vano dan Yasmin, keduanya sudah diam tidak ada perdebatan dari keduanya lagi.

Yasmin mengambil satu bantal kemudian berjalan menuju sofa, berniat untuk tidur di sana. Namun dengan cepat Vano menahan tanganya hingga tubuh Yasmin jatuh kedalam pelukanya.

"Lepas mas. " ucap Yasmin yang berusaha untuk bangun.

" Nggak, mulai sekarang saya akan tidur dengan kamu. " ucap Vano membawanya berbaring di atas ranjang.

"Mas kenapa sih, lepas. " ucap Yasmin yang terus berusaha untuk lepas dari dekapan Vano.

" Nggak, pokoknya saya nggak akan lepasin kamu hari ini dan seterusnya. " jawab Vano yang semakin mengeratkan pelukanya.

" Lepas mas, aku capek. " ucap Yasmin yang masih berusaha untuk melepaskan tubuhnya.

" Setelah kamu nggak marah lagi." jawab Vano.

Yasmin diam tidak menjawabnya, karena ia masih belum bisa menerima semua sikap Vano padanya.

"Kenapa. " tanya Vano yang bingung, karena Yasmin tiba tiba diam.

" Nggak." jawab Yasmin ketus.

"Tidurlah. " ucap Vano yang semakin mengeratkan pelukanya.

Yasmin langsung pasrah, karena percuma saja ia terus berusaha, karena Vano tidak akan melepaskan tubuhnya, malah semakin memeluknya erat.

Satu jam kemudian, Yasmin sudah tidak ada pergerakan lagi. Di lihatnya, rupanya gadis kecil itu sudah tertidur dengan lelap di dalam pelukan Vano.

Yasmin kelelahan karena cukup lama ia menangis, sehingga membuatnya dengan mudah terlelap.

Vano terus memperhatikan wajah istrinya itu, walaupun hanya mata sebamnya yang terlihat.

Perlahan lahan tangan Vano mulai mengusap sisa air mata Yasmin, yang masih terlihat di ujung matanya.

" Saya bingung dengan perasaan ini Yasmin, namun saya merasa nyaman berada di dekatmu, apakah ini cinta, apa saya sudah jatuh hati padamu. " gumam Vano pelan, sambil terus mengusap lembut kepala Yasmin.

" Jika benar ini cinta, tolong buka hatimu juga, agar saya bisa lebih mencintaimu. " lanjut Vano, tanpa ia sadari.

Vano mengecup lembut kening Yasmin. la semakin mendekat tubuh kecil itu, kemudian ikut terlelap dalam kehangatan dan kenyamanan yang mereka ciptakan.

Jam menunjukan pukul dua dini hari, Yasmin terbangun dari tidurnya karena sudah terbiasa untuk sholat tahajut. Namun hari ini ia libur sholat, sehingga memutuskan untuk menyiapkan sarapan pagi lebih awal.

Begitu ia membuka mata, wajah tampan Vano langsung muncul di dalam pandanganya. Perlahan lahan Yasmin mulai menyentuhnya, berharap jika pria di hadapanya ini adalah akhir dari penantianya.

" Kenapa semuanya begitu menyakitkan mas, padahal aku sudah berusaha untuk menjadi istri yang baik, tapi kenapa hati mas masih belum juga bisa menerimaku. " batin Yasmin yang terus memandangi wajah suaminya itu.

" Aku capek." lanjut Yasmin.

Kemudian ia perlahan lahan melepaskan tangan Vano yang memeluk tubuhnya, agar bisa turun keluar. Namun dengan cepat, Vano mengeratkan pelukanya.

" Mau kemana." tanya Vano dengan suara serak khas orang bangun tidur.

" Toilet. " jawab Yasmin.

Vano pun melepaskan pelukanya sambil menatap Yasmin hingga masuk kedalam kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Yasmin menangkan perasaanya sebentar. Karena masih merasa gugup ketika tubuh mereka sedakat itu, apa lagi semalam ia terlelap di dalam pelukan Vano.

Sehingga hal itu membuatnya sangat amat malu.

Hampir dua puluh menit, Yasmin berada di dalam kamar mandi. Setelah itu ia keluar, di lihatnya Vano duduk di pinggir ranjang menunggunya.

" Udah.? " tanya Vano.

" Mh. " jawab Yasmin singkat yang masih berdiri di depan kamar mandi.

" Sini." panggil Vano.

Dengan pelan Yasmin mulai mendekat hingga berdiri tidak jauh di hadapan Vano.

Vano langsung menarik tanganya, hingga tubuh kecil istrinya itu terduduk di pangkuanya.

" Ma--mas. " ucap Yasmin kaget sekaligus gugup.

Tiba tiba Vano langsung merebahkan tubuhnya, sambil memeluk tubuh istrinya yang ikut berbaring.

" Saya masih mengantuk." ucap Vano yang semakin mengeratkan pelukanya.

" Mas lepas." ucap Yasmin gugup.