Menceritakan tentang dimana nilai dan martabat wanita tak jauh lebih berharga dari segenggam uang, dimana seorang gadis lugu yang baru berusia 17 tahun menikahi pria kaya berusia 28 tahun. Jika kau berfikir ini tentang cinta maka lebih baik buang fikiran itu jauh - jauh karena ini kisah yang mengambil banyak sisi realita dalam kehidupan perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Mingyu masuk ke kamar dengan langkah berat, membanting pintu hingga terdengar gema keras di seluruh ruangan. Ia berjalan ke meja kecil di sudut ruangan, tangannya langsung meraih botol wine yang tergeletak di sana. Tanpa berpikir panjang, ia menuangkan cairan merah tua itu ke dalam gelas, hampir tumpah karena tangannya sedikit gemetar.
Tanpa ragu, ia menenggak isinya hingga habis dalam satu tarikan napas, berharap rasa hangat dari alkohol bisa meredam emosi yang membara di dadanya. Tapi sia-sia. Semakin ia mencoba melupakan, semakin bayangan kejadian malam itu menyeruak ke dalam pikirannya—kekacauan, teriakan, dan keputusan bodoh yang terus menghantui.
Ditambah lagi, perkataan Gae Yeong tadi terus terngiang di telinganya, menusuk-nusuk seperti duri tajam yang tak bisa ia cabut. Kata-kata itu bukan sekadar ucapan, melainkan penghakiman yang membuatnya merasa kecil dan tak berdaya.
Gae yeong : " kenapa kau terus menyakiti anak itu ?? Urusan mu dengan ku kenapa kau melibatkan nya dalam urusan kita !!! "
Yeon ji : I-itu tuan... Apa yang harus ku lakukan ?
Yeon Ji yang sejak awal berdiri di dekat ranjang, matanya menatap Mingyu dengan bingung.
Gae yeong : " kenapa kau harus lahir dari rahim ku? Harus nya sejak awal aku menggugurkan mu "
Gae yeong : "ayah akulah yang bersalah tolong jangan libatkan Anak itu, yeon ji tidak ada kaitan nya dengan semua ini"
Ketakutan menyergap Yeon Ji saat melihat kehadiran Mingyu seperti ada aura gelap yang menguar darinya. Dalam kepanikan, ia berusaha menenangkan dirinya sendiri, berbisik dalam hati.
Yeon ji : "Yeon ji, kau harus buang semua ketakutan mu ini demi kebaikan semua orang"
Tangannya gemetar, namun ia mengepalkan jari-jarinya erat, berusaha menahan rasa takut yang terus menggulung di dadanya. Napasnya terasa berat, tapi ia tahu tidak ada pilihan lain. Ia harus menghadapi ini.
Perlahan, ia melangkah mendekati Mingyu. Pria itu masih berdiri di dekat meja, punggungnya menghadap ke arahnya, gelas wine di tangannya bergetar halus.
Mingyu : Kenapa kau terus membela wanita sialan itu mama, kenapa kau bisa menangis untuk seseorang yang bahkan nyawanya tidak lebih penting dari hewan di rumah ini
Yeon ji : Tu-tuan
Suara Yeon Ji seakan menembus dinding kemarahan Mingyu, menariknya kembali dari gelapnya emosi yang menguasai dirinya. Tubuhnya menegang sesaat, napasnya yang memburu perlahan melambat. Dengan gerakan kaku, ia berbalik, menatap gadis itu—sorot matanya masih menyala.
Mingyu : Baiklah mama jika memang kau lebih memilih melindungi nya, maka putra mu sendiri lah yang akan menghancurkan nya
Yeon ji : Tuan Ma-maaf kan saya kakek meminta ku untuk ...
Kata-kata Yeon Ji terhenti mendadak saat suara keras terdengar—gelas wine di tangan Mingyu pecah berkeping-keping. Cairan merah gelap mengalir di atas meja sebagian menetes ke lantai, menyatu dengan pecahan kaca yang berserakan.
Mingyu menghela napas berat, tangannya mengepal hingga darah mulai mengalir dari telapak yang terluka oleh pecahan kaca. Ia tidak peduli. Amarah di matanya begitu nyata, Yeon Ji mundur selangkah tanpa sadar, tubuhnya bergetar hebat. Mata besarnya melebar, ketakutan jelas tergambar di wajahnya.
Yeon ji : Tuan...
Tanpa peringatan, Mingyu melangkah cepat dan langsung mencekik leher Yeon Ji dengan tangan yang masih berlumuran darah. la mendorong gadis itu ke dinding dengan kasar, suara benturan terdengar di ruangan yang sunyi. Sorot matanya gelap, penuh kemarahan yang membara tanpa kendali.
Mingyu : dasar wanita bajingan!!!!! Beraninya kau datang dalam kehidupan ku!!!
Yeon Ji terkejut, kedua tangannya refleks mencoba menarik tangan Mingyu dari lehernya, tapi kekuatan pria itu terlalu besar. Napasnya tersendat, wajahnya mulai memerah, dan air mata mengalir tanpa tahan.
Yeon ji : tuan tolong!!! Ampuni aku!!!!
Tak butuh waktu lama mingyu akhirnya menyadari ketika tubuh Yeon Ji mulai merosot lemas di tangannya. Napas gadis itu tersendat, matanya perlahan tertutup, dan kulit wajahnya memucat. Satu detik yang terasa seperti keabadian, tangan Mingyu yang mencengkeram leher Yeon Ji akhirnya terlepas.
Tubuh gadis itu jatuh ke lantai dengan keadaan tak sadarkan diri.
Sementara itu, di ruangan lain, Gae Yeong bersimpuh di lantai dengan wajah penuh kepanikan. Air matanya mengalir tanpa henti, kedua tangannya terkatup erat memohon kepada Do Hyun, yang duduk dengan tenang di kursi berlapis kulit. Ekspresinya hampir tanpa emosi, seolah tidak terpengaruh oleh kegelisahan Gae Yeong.
Gae yeong : Ayah tolong, jangan lakukan ini pada putra ku dia bisa melakukan kesalahan dalam kemarahan nya
Do hyun : Gae yeong apa kau tidak bisa percaya pada putra mu sedikit saja ?
Wang he: tuan besar
Sorot mata Do Hyun yang tajam mengamati Mingyu yang melangkah melewati pintu tanpa sepatah kata pun. Langkah Mingyu berat, tetapi penuh amarah yang terasa menggetarkan udara di sekitarnya. Do Hyun, yang biasanya tenang dan tak tergoyahkan, kini menyipitkan matanya, penuh tanya.
Do hyun : "Anak itu kenapa dia tidak pernah ada dalam genggaman ku"
Gae yeong : " mingyu? Jika dia disini lalu yeon ji??"
Do hyun : Wang he
Wang he : ya tuan
Do hyun : segera telepon dokter aska, dan minta dia datang malam ini juga
Wang he : baik tuan
Do Hyun berdiri dari kursinya dengan gerakan cepat, nyaris membanting sandarannya ke belakang. Wajahnya gelap, rahangnya mengeras seperti menahan amarah yang sudah tak terbendung lagi. Tanpa berkata apa-apa, ia melangkah lebar menuju kamar Mingyu, langkah-langkahnya penuh determinasi dan ancaman yang tak bisa disembunyikan.
Gae Yeong yang menyaksikan itu sontak berlari mengikutinya, napasnya tersengal oleh kecemasan yang merayapi seluruh tubuhnya. Pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan buruk, terutama mengingat Mingyu yang tak pernah ragu menyakiti Yeon Ji sebelumnya. Apa yang dilakukan pria itu kali ini? Pertanyaan itu terus bergema dalam benaknya, membuatnya semakin takut pada apa yang mungkin ia lihat.
Namun, tepat ketika Do Hyun berhenti di depan pintu kamar Mingyu, langkah Gae Yeong terhenti. Do Hyun berdiri diam, tubuhnya kaku, seperti patung.
Gae yeong : Ayah ada apa?
Do Hyun tak menjawab, bahkan tak menoleh sedikit pun ke arah Gae Yeong. Tatapannya terpaku ke dalam kamar, penuh dengan intensitas yang sulit dijelaskan, seperti sedang menahan badai yang siap meledak kapan saja.
Melihat hal itu, keberanian Gae Yeong memaksanya untuk maju. Ia melangkah perlahan mendekati pintu, melewati tubuh Do Hyun yang seakan menjadi dinding tak terlihat. Namun, baru saja ia berniat masuk, pandangannya menangkap sesuatu yang membuat tubuhnya membeku.
Gae yeong : Kim woon ???
Kim woon : Apa yang kalian lakukan pada putri ku ?
Wang he : Tuan do hyun, saya sudah coba hubungi dokter aska tapi kebetulan suster nya yang menjawab dan memberi tahu dia sedang menangani persalinan pasien nya
Do hyun : Wang he, siapkan mobil sekarang kita akan bawa yeon ji kerumah sakit sekarang
Wang he : Baik tuan
Wang He tidak membuang waktu. Begitu Do Hyun memberikan perintahnya, pria itu segera berbalik dan melangkah keluar tanpa sepatah kata pun.
Kim woon : Tuan, kau masih berhutang penjelasan pada ku
kakek yg egois dan berhati iblis...bagaimana jika cucux benci yeon ji berubah menjadi bucin...