Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 19
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Iqbal pamit pulang. Saat Vina hendak masuk kedalam. Rasti memanggil Vina.
"Oo,,, jadi kamu tinggal disini. Rumah bekas kami dulu." ejek Rasti. Sambil memutari tubuh Vina.
"Aku kira kamu istimewa, padahal cuma dapat bekas." tekan Rasti lagi.
"Dari empat rumah Iqbal, kok kamu dapat yang paling kecil ya? Cuma tiga kamar. Bukan mendapat rumah yang ada lantai duanya." cemooh nya lagi.
Iqbal memang mempunyai empat rumah yang berbeda, satu ditempati Vina, satu ditempati dirinya dan dua lagi disewakan pada temannya yang sesama dokter. Karena kebetulan rumah tersebut dekat dengan Rumah sakit. Iqbal memiliki satu rumah yang berlantai dua, dulu dia membeli rumah tersebut untuk menjadi kado pernikahannya dengan Rasti. Tetapi malah Rasti menggugat cerainya tepat sehari sebelum ulang tahun pernikahannya. Rumah itu, baru dihuninya semenjak berpisah dengan Rasti. Dulu dia dan Rasti, tinggal di salah satu rumah yang disewakan tersebut.
"Asal kamu tau ya, selama kami menikah Iqbal sangat mencintaiku. Jadi tidak mungkin baginya untuk melupakan aku secepatnya." ungkap Rasti.
"Kamu ini, bukan tipenya Iqbal. Dia suka sama perempuan cantik, tinggi, dan juga seksi. Nggak kayak kamu." berang Rasti lagi.
"Kenapa kamu diam saja hah!" bentak Rasti, dia geram pasalnya dari tadi Vina diam saja.
"Aku lagi nungguin kamu selesai bicara. Kalau sudah, sekarang aku yang bicara, ya!" jawab Vina santai.
"Saat sebelum kamu tau, kalo aku calon istri Iqbal. Kamu muji aku loh. Manis. Aku masih ingat kok." cibir Vina.
"Untuk rumah, tenang saja sebelum nikah saja aku udah tinggal disini. Jadi kalo sudah menikah, kamu bayangkan saja dimana aku tinggal. Dan, untuk tipenya Mas Iqbal, kayaknya kamu masih ingat deh, aku cinta pertamanya. Jadi, sudah sewajarnya dong. Kalau dia, dulu lebih menyukai aku dibandingkan kamu." Jawab Vina tegas.
Rasti emosi mendengar jawaban Vina, dia hendak menampar Vina. Tapi Vina menahannya.
"Jangan berani-beraninya kamu menyentuh aku. Atau kamu akan tau akibatnya." ucap Vina tegas. Dan menghempaskan tangan Rasti.
"Kamu!" tunjuk Rasti, sambil meninggalkan rumah Vina.
🍁🍁🍁🍁🍁
Sementara itu, ditempat yang berbeda. Adit sedang duduk di kursi taman kampus. Akhirnya setelah perdebatan dengan dirinya sendiri. Dia memilih jurusan keperawatan. Dia takut jika jurusan kedokteran akan memakan biaya yang sangat banyak. Dia tidak mau menyusahkan Bundanya.
Saat dia sedang menyendiri, ada sepasang mata yang terus menatapnya dengan perasaan kagum. Adit dengan pribadi dinginnya membuat para gadis-gadis penasaran. Pasalnya ada beberapa mahasiswi yang terang-terangan mendekatinya. Adit terus terang mengatakan, jika dia ingin kuliah dengan tenang. Bukan ingin menambah masalah dengan namanya pacaran.
Padahal yang mendekatinya termasuk gadis-gadis yang berada. Tetapi Adit tetap cuek. Karena dia teringat akan pesan Bundanya. Untuk belajar yang benar.
Lain di Adit, lain si Saka. Saka seorang siswa yang berprestasi, dia dijuluki pria idaman di sekolahnya. Pasalnya selain tampan, dia juga tinggi. Saka termasuk siswa yang aktif di berbagai ekskul. Seperti voli, futsal, renang dan lainnya. Dia juga ramah pada semua orang. Tidak perduli jika itu cewek cantik, atau cewek miskin sekalipun.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Aku nggak bisa kayak gini, bagaimanapun caranya Iqbal tidak boleh menikahi Vina, aku nggak terima. Masak dia nikah dengan cewek yang lebih jelek dari aku. Ini namanya penghinaan." ucap Rasti yang mondar mandir di kamarnya.
Rasti, sekarang dia menikah dengan seorang pengusaha. Suaminya termasuk salah satu orang terkaya di kotanya. Tetapi dia selalu saja merasakan kesepian. Walaupun kaya, suaminya jarang di rumah. Dia terlalu sibuk dengan dunia bisnisnya.
Berbeda saat menikah dengan Iqbal. Walaupun sibuk Iqbal, selalu menyempatkan untuk memberi kabar kepada Rasti. Walaupun hanya sebuah pesan WA. Dan Iqbal selalu mengajak Rasti liburan di akhir pekan, walaupun hanya untuk keliling kota. Tetapi dia bahagia.
"Aku harus ke rumah sakit, ya aku harus bertemu dengan Iqbal." ucap Rasti mengambil tasnya.
Sampainya di rumah sakit, ternyata Iqbal sedang melayani pasien di poly. Jadi, Rasti memutuskan untuk menunggu di mobilnya. Karena jika dia ke rumah Iqbal. Nanti, dia takut akan di usir oleh Iqbal.
Sudah sampai siang hari, akhirnya dia melihat Iqbal keluar menuju mobilnya. Buru-buru Rasti keluar dan memanggil Iqbal.
"Mas Iqbal." panggil Rasti berteriak.
Iqbal yang mendengarkan namanya disebut, mengedarkan pandangan. Akhirnya dia tahu siapa yang memanggilnya.
"Aku ingin minta maaf untuk yang kemarin." ucap Rasti saat sudah sampai depan Iqbal.
"Oke, sudah aku maafkan." jawab Iqbal, melangkah menuju mobilnya.
"Mas, dengarkan aku dulu. Aku ingin bicara serius denganmu. Boleh?" ujar Rasti, menggenggam tangan Iqbal.
"Bicaralah, akan aku dengarkan." tegas Iqbal. Melepaskan tangan dari genggaman Rasti.
"Jangan disini, ikut aku." seru Rasti.
"Disini, atau tidak sama sekali." ucap Iqbal tegas.
"Baiklah, aku ingin kita tetap berhubungan. Jangan menikah dengan Vina. Ku mohon." rajuk Rasti.
"Kamu bukan siapa-siapaku lagi, jadi tolong jangan kau halangi urusanku." ucap Iqbal meniggalkan Rasti.