Rahmadhani gadis yang menikah setelah ia lama berpacaran dengan kakak kelas saat mereka SMA bernama Vino Subagyo Dua bulan pernikahan mereka Rahma tidak menemukan kebahagiaan dalam pernikahannya, mertuanya yang suka ikut ikutan dengan urusan pernikahan mereka berdua. Dan suami yang mulai berubah dari perangai dan sikapnya. Hingga akhirnya Rahma sering bertengkar dengan ibu mertuanya yang selalu memojokkan dirinya karena sang suami tidak pernah betah di rumah.
Rahma pun akhirnya memutuskan untuk mengambil peputusan dalam menyikapi polemik dalam rumah tangganya, sampai akhirnya Rahma menemukan kejangalan pada snag suami.
Lalu bagaimanakah kisah rumah tangga Rahma dan Fino? apakah Rahma akan mempertahankan rumah tangga nya atau ia akan menyerah dengan apa yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazry Fazriyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wajah kakak kenapa?
"Hal ini tidak bisa disepelekan, karena ini mengangkut keselamatan Rahma." Ucap Yazid kepada pihak berwajib saat dimintai keterangan oleh polisi.
Polisi sedang mengorek informasi dari dua penjahat yang ditangkap oleh security tadi.
Yazid meminta polisi untuk mengusut semuanya sampai si pelaku sesungguhnya di tangkap.
Malam ini Yazid berjaga jaga dan meminta satu kemanan untuk menunggu di depan ruangan dimana Rahma di rawat. Dari pihak Rumah sakit sudah memindahkan Rahma ke tempat perawatan yang aman, karena Yazid tak ingin hal itu terulang lagi.
Tepat pukul dua belas lewat dua puluh menit, Rahma sadarkan diri dari obat bius pasca operasi tadi. Matanya perlahan terbuka sedikit demi sedikit dan penglihatannya masih remang remang saat ia menatap langit langit ruangan.
Yazid masih sibuk dengan benda pipinya belum menyadari Rahma yang sudah siuman.
"Kak Yazid?" Panggil Rahma. Seketika Yazid menoleh ke arah Rahma yang masih berbaring. Rahma hafal benar dengan postur tubuh Yazid walau penglihatan belum sempurna.
"Alhamdulillah, akhirnya kamu sudah siuman!" Ucap Yazid seketika mendekat pada ranjang Rahma.
Rahma menatap wajah Yazid yang penuh luka saat mata Rahma sudah bisa melihat dengan jelas setiap apa yang ia lihat sekarang.
"Wajah kakak kenapa?" Tanya Rahma dengan suara yang masih lemah, dan mencoba untuk duduk, namun perutnya masih terasa sakit karena bekas jahitan yang masih basah.
Yazid dengan sigap ingin membantu Rahma.
"Jangan banyak bergerak dulu! lukanya masih basah jadi lebih baik kamu tiduran saja, ya?" Yazid menatap ke arah Rahma, ia tersenyum dan menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Rahma.
Rahma masih bingung dengan apa yang ia lihat. "Apa yang terjadi, kak?" Tanyanya lagi.
Tak lama suster datang untuk mengecek kondisi Rahma yang sudah siuman atau belum.
"Bagimana mba Rahma, sekarang sudah tidak sakit lagi kan?" Tanya suster yang mengecek infusan dan kondisi Rahma.
"Alhamdulillah, sudah lebih baik." Jawabnya dan ia melihat Yazid duduk di sofa yang tak jauh darinya. "Sus, apa yang terjadi saat saya belum sadarkan diri?"
Rahma bertanya kepada suster untuk memastikan apa yang terjadi pada wajah Yazid saat ini, apakah itu bekas luka karena adanya kejadian di rumah sakit atau memang Yazid jatuh.
Yazid memberikan isyarat kepada suster untuk tidak mengatakan kejadian tadi kepada Rahma.
"Maksudnya?" Suster balik tanya kepada Rahma, pura pura tidak mengerti dengan pertanyaan yang Rahma ajukan. "Oh, saya baru paham maksud mba Rahma kenapa wajah suami mba sampe luka luka gitu?... tadi suami mba jatuh di kamar mandi, tapi kami sudah mengobati luka nya kok!"
Yazid yang sudah membaringkan tubuhnya di sofa tak menghiraukan percakapan diantara mereka, karena rasa kantuk yang sudah menyapa kedua matanya hanya mendengar sayup sayup perbicangan mereka lalu tak lama kemudian kedua matanya terpejam.
"Dia adik ipar kakak saya, sus. Bukan suami saya." Jawab Rahma yang tak mau suster salah paham.
Suster menjelaskan kekhawatiran Yazid saat pertama kali Yazid membawa Rahma ke rumah sakit, semua orang pasti akan mengira kalau Yazid adalah suami Rahma, karena kesetiaannya menunggu Rahma dari ruang UGD sampai selesainya operasi.
"Gak apa apa sekarang belum menjadi suami istri, siapa tahu Tuhan berkehendak menyatukan kalian berdua." Ucap suster yang usianya mungkin sebaya dengan kakak pertama Rahma.
Rahma terdiam mendengar apa yang dikatakan suster barusan. Ia mengingat apa yang selalu Yazid lakukan kepadanya saat kemarin dan hari ini memang tak bisa Rahma pungkiri, entah ia bisa membalas kebaikan Yazid dengan apa kelak. Yazid ada disaat Rahma butuhkan, bahkan ia tidak tahu bila tidak ada Yazid. Mungkin dia masih ada di rumah kontrakan dengan kondisi yang tidak ada orang yang tahu.
Suster pergi meninggalkan Rahma setelah ia selesai dengan tugasnya. Rahma masih terdiam dengan lamunannya. Dengan semua pikiran yang seolah sedang beradu menjadi satu antara kesedihan, kesakitan dan keberuntungan nya karena Allah mengirimkan sosok Yazid di situasi dan kondisi nya saat ini.
Rahma menatap wajah teduh Yazid dari ranjangnya. Ia memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Yazid sehingga wajahnya bisa seperti itu.
"Kalau hanya jatuh, tidak mungkin kedua sudut bibirnya sampai memar seperti itu. Apa kak Yazid habis berkelahi?"
Rahma bertanya pada dirinya sendiri, dan ia mengingat ketika dirinya di tampar oleh Vino sampai menyisakan bekas memar, namun tidak separah Yazid saat ini.
"Aku yakin itu bukan luka bekas jatuh, bisa jadi itu luka bekas pukulan. Tapi kenapa kak Yazid bisa berkelahi dan kenapa semua itu bisa terjadi di sini. Atau mungkin saat kak Yazid ke luar ada preman yang mengganggunya? atau kenapa?" semua pertanyaan itu ingin Rahma tanyakan sendiri pada laki laki yang saat ini menemani dirinya di rumah sakit.
Rahma sedang berandai andai pada kisah percintaannya. Rahma mengumpamakan seandainya Vino melakukan apa yang saat ini Yazid lakukan kepadanya, tapi takdir tidak sesuai dengan yang ia harapkan. Semakin Rahma berandai andai, hatinya semakin bertambah sakit. Ia berharap pada cinta pertama yang akan menghadirkan kebahagiaan tapi pada kenyataanya, sebuah luka yang tersisa sekarang.
"Tak selamanya yang kita inginkan itu baik untuk diri ini. Aku terlaku egois pada kehidupanku... seandainya dulu aku bersabar untuk menunggunya, mungkin hal ini tidak terjadi pada diriku... ah... apa sih kamu Rahma." Rahma bermonolog pada dirinya sendiri tatkala ia menatap ke arah laki laki yang saat ini sedang berada di alam mimpi.
.
.
.
Si tempat lain.
Vino mendengus kesal ketika mendengar orang suruhannya tidak berhasil membawa Rahma. Namun di hati nya bertanya tanya karena mendengar Rahma sedang di rawat di rumah sakit. Hal ini bisa ia gunakan agar bisa bertemu dengan Rahma dengan leluasa, tanpa harus takut Rahma akan pergi dengan ketidak berdayaan Rahma yang sedang sakit.
"Gue gak mau tahu, jangan sampai temen kalian bilang kalau ini semua suruhan gue." Ucap Vino dengan marah karena mendengar dua dari orang suruhannya tertangkap polisi.
"Kalau semuanya tidak mau terungkap, anda harus memberikan bayaran lebih untuk kami dan dua teman kami yang tertangkap.... kalau tidak gue akan ungkap semuanya di depan polisi." Sahut ketua penjahat tersebut, hingga membuat Vino semakin marah.
"Ok, gue akan baya kalian dua kali lipat, dan kalau teman kalian sudah keluar dari penjara, pastikan mereka pergi jauh dari sini." Ujar Vino.
"Baik... gue pegang omongan lo!" Kata penjahat berbadan tinggi besar, lalu menjabat tangan Vino tanda kesepakatan mereka.
Vino pergi setelah menyelesaikan urusannya dengan orang suruhannya. Di dalam perjalanan Vino sedang memikirkan cara untuk membawa Rahma pulang ke rumah, bila Rahma tetap mengelak maka ia akan melakukan rencana yang ke dua, dimana rencana itu akan menjadi peringatan dalam kehidupan Rahma. Entah, apa yang membuat Vino begitu ketakutan kalau Rahma membuka rahasianya. Padahal selama ini Rahma tidak sama sekali memiliki niat untuk membongkar kelainan Vino kepada siapa pun.
Rahma hanya ingin bisa terlepas dengan Vino, yang selalu membuat hidupnya tak tenang.
Vino melajukan mobilnya ke arah apartemen Dimas, selama ini Vino tidak pernah melakukan lembur, yang ada ia selalu pulang ke apartemen Dimas.
"Kamu mau di belikan apa?, aku sedang menuju apartemen. Malam ini ku mohon jangan membuat aku marah lagi sama kamu, ok!" Ucap Vino saat menerima panggilan dari Dimas.
Vino menutup teleponnya, setelah itu ia mampir ke sebuah toko untuk membelikan kue kesukaan Dimas.
aku butuh dukungan kalian... tebarkan mawar indah kalian... terima kasih😘💕
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
lanjut thor 🙏💪😘
semangat terus thor /Determined/