Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 - Pembunuh
Dentuman keras memecah keheningan malam di pusat kota. Tabrakan maut yang tidak dapat terhindarkan ini membuat sebuah mobil sedan hitam yang ditumpangi seorang wanita bersama pria yang diduga sopirnya itu rusak parah.
Sirine ambulance memekakan telinga, dengan pandangan yang mulai gelap dia masih dapat melihat darah mengalir di tubuh wanita yang terpental beberapa meter di sana. Mikhayla hanya bisa menatapnya dari kejauhan, batinnya terpanggil untuk melangkah namun apa daya dia tidak bisa.
Entah apa yang terjadi kini, dia hanya berharap dunianya belum berakhir. Tenaga medis bergerak cepat, beberapa orang yang menjadi saksi kecelakaan maut itu hanya bergidik ngeri begitu menyaksikan wajah korban sudah tidak berbentuk lagi, membentur aspal dengan aroma darah yang mulai menyeruak indera penciuman.
Maafkan, Khayla ... Papa
Dunianya mendadak gelap usai megucapkan kata maaf, Mikhayla tidak mengetahui lagi apa yang terjadi setelahnya. Yang jelas, saat ini dia beberapa orang tengah berusaha megeluarkannya dari dalam mobil.
Mereka bergerak cepat, karena kemungkinan mobil akan meledak. Benturan tersebut terlampau keras, korban dipastikan meninggal di tempat. Sungguh memilukan, mereka yang ada di sana hanya bisa mengurut dada kala melihat darah yang bersatu dengan tetesan air hujan itu kian menyebar.
"Masih sangat-sangat muda, kasihan sekali."
Kini, di rumah sakit, tampak pria bertubuh tegap melangkah pelan menuju salah satu brangkar tempat istrinya berbaring. Tidak pernah dia duga pertemuan malam ini akan berakhir begiru tragis, padahal beberapa jam sebelum kejadian dia bahkan bercumbu via telepon bersama sang istri.
"Selamatkan istriku," titahnya dengan suara dingin tak terbantahkan, dokter dan beberapa orang di sana hanya diam tanpa kuasa mengucapkan apa-apa.
"Kalian buta? Istriku butuh pertolongan!! Wajahnya terluka, kenapa kalian hanya diam saja?" bentaknya kemudian dengan emosi yang berapi-api, matanya mulai membasah dan menatap tubuh yang kini terbujur kaku dengan mata sendunya.
"Pak, maaf sekali lagi ... istri And_"
"Tutup mulutmu!! Sejak tadi kalian sama sekali tidak memeriksanya, istriku tidak butuh selimut hingga ke atas wajahnya! Kau dengar itu?!!" Kembali dia mengguncang pria berjas putih di sana, secara sadar dia paham betul bahwa yang dihadapannya hanyalah tubuh tak berjiwa.
"Cepat, Dokter ... saya mohon, berapapun saya bayar tapi tolong kembalikan dia, Dokter!! Kasihan bayi kami di dalam kandungannya!!"
Harus dengan cara apa dia memohon agar pria itu tersentuh, saat ini tidak ada yang dia butuhkan kecuali sang istri. Sayangnya, mau bagaimanapun memohon dokter hanya diam hingga akhir.
"Sayang bangun! Jangan tidur di sini, ini bukan kamar kita, Sayang ... bukankah kamu tidak suka temat tidur keras begini? Hm?" tanya pria itu menyentuh menangis sendu, bak diiris sembilu hatinya luar biasa seperih itu.
Satu menit, dua menit, tiga menit hingga kini tak terhitung lamanya belum juga ada pergerakan. Istrinya tidak lagi mendengar, tak peduli seberapa keras dia menangis, istrinya tetap diam begitu saja.
.
.
.
Pemirsa! Tragedi menggegerkan ibu kota kembali terjadi di jalan Ahmad Yani pada hari rabu, sekitar pukul 00:30 dini hari. Salah satu korban meninggal di tempat, sementara satunya luka parah. Diduga pengemudi yang merupakan seorang wanita muda itu melaju dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi dalam keadaan mabuk hingga hal itu tidak dapat dihindari.
Hingga hari ini hampir seluruh stasiun televisi masih menyiarkan kabar duka tersebut. Pria tampan yang tengah terpaku hanya menatap nanar tanpa arah. Napasnya seakan tercekat, wajahnya sudah pucat sejak malam itu, istrinya menjadi berita utama berhari-hari.
"Aaaaarrrggghhhg Liora!!!"
PRANK
Televisi itu retak seribu dengan sekali lemparan, ponsel beradu dengan layar televisi itu jelas saja hancur dengan mudah.
Jiwanya sudah cukup sakit begitu mendengar kabar kematiannya kemarin malam. Kini, televisi tak henti-hentinya membahas hal itu hingga kepala pria itu seakan pecah rasanya. Air matanya sudah kering, sesal mendalam kini bersemayam dalam hatinya. Menyesal, kenapa tidak dia saja yang menjemput sang istri tadi malam.
Keyvan Wilantara, pria tampan yang baru saja menikah beberapa bulan lalu di usianya yang ke 30 tahun terpaksa menelan pil pahit saat ini juga. Jiwanya terasa mati, dia tidak memiliki siapapun sebagai tempat bersandar selain Liora.
Sulit baginya, mana mungkin seorang Keyvan mampu menerima semua ini dengan mudah. Bahkan dia sempat menolak prosesi pemakanan dilakukan dengan harapan istrinya yang sudah terbujur kaku itu dihidupkan kembali.
"Kembali, Lio ... atau kalau tidak bawa saja aku bersamamu!! Aku mohon!!"
Dia memeluk erat foto pernikahan yang ada di atas nakas, seorang Keyvan berurai air mata dan ini luar biasa sakitnya. Pria itu meraung seolah meminta Tuhan membawa serta dirinya juga.
"Dasar pembunuh, jika kau tidak bisa mengembalikan istriku maka akan ku hancurkan duniamu anak kecil," ucap Keyvan menatap tajam sekitarnya, rahangnya mengeras dan dengan tangan terkepal begitu kuatnya.
Dia beranjak pergi meninggalkan kamar tidurnya. Sejak tadi siang hanya menghabiskan waktu sendirian di kamar hingga kini menjelang malam. Setelah kematian kedua orang tuanya, kini Keyvan juga harus melihat wanitanya pergi lebih dulu tanpa aba-aba, hal wajar jika dia terpukul luar biasa. Terlebih lagi kala dia mengingat bagaimana kondisi sang istri yang bahkan hampir tidak bisa dikenali, wajahnya hancur dengan beberapa tulang yang patah.
"Wibowo kemari!!"
-To Be Continue-
bener kata mikayla walau hanya dalam pikiran,jangan ok...