Ciara lemas setengah mati melihat garis dua pada alat tes kehamilan yang dipegangnya. Nasib begitu kejam, seolah perkosaan itu tak cukup baginya.
Ciara masih berharap Devano mau bertanggung jawab. Sialnya, Devano malah menyuruh Ciara menggugurkan kandungan dan menuduhnya wanita murahan.
Kelam terbayang jelas di mata Ciara. Kemarahan keluarga, rasa malu, kesendirian, dan hancurnya masa depan kini menjadi miliknya. Tak tahan dengan semua itu, Ciara memutuskan meninggalkan sekolah dan keluarganya, pergi jauh tanpa modal cukup untuk menanggung deritanya sendirian.
Di jalanan Ciara bertaruh hidup, hingga bertemu dengan orang-orang baik yang membantunya keluar dari keterpurukan.
Sedangkan Devano, hatinya dikejar-kejar rasa bersalah. Di dalam mimpi-mimpinya, dia didatangi sesosok anak kecil, darah daging yang pernah ditolaknya. Devano stres berat. Dia ingin mencari Ciara untuk memohon maafnya. Tapi, kemana Devano harus mencari? Akankah Ciara sudi menerimanya lagi atau malah akan meludahinya? Apakah Ciara benar membunuh anak mereka?
Apapun risikonya, Devano harus menerima, asalkan dia bisa memohon ampunan dari Ciara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeni Erlinawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerinduan
In Indonesia
Kiara tengah berada di dalam kamar Ciara yang sudah tak berpenghuni selama beberapa bulan terakhir. Rasa rindu selalu menghampirinya dan yang ia bisa lakukan untuk melepaskan rindunya yaitu dengan berlama-lama di dalam kamar sang Kakak. Menghirup aroma khas Ciara yang seakan-akan masih menempel di dalam kamar tersebut dan memandangi foto indah Ciara.
"Kak. Apa kamu tau? Rumah ini sekarang benar-benar berubah. Rumah yang dulunya selalu hangat dan penuh canda tawa, kini semuanya hilang setelah kepergianmu, Kak," gumam Kiara sendu.
"Kenapa kamu begitu jahat sekali meninggalkan rumah hanya dengan meninggalkan sepucuk surat begitu saja? Kenapa Kak kenapa? Dulu saat aku mulai menyerah dengan masalah yang sedang aku hadapi, kamu selalu bilang untuk membagikan masalahku ke kamu tapi saat kamu punya masalah besar, kamu sama sekali tak melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan. Dan kamu juga pernah bilang kemanapun kamu pergi, kamu akan membawaku pergi juga. Tapi sekarang apa? Kamu bahkan meninggalkan ku sendirian disini. Hiks, Kenapa kamu tega sekali Kak? Hiks aku mohon pulanglah dan jemput aku ikut pergi denganmu," sambungnya dengan tangis yang sudah pecah.
Di lain sisi, Mama Mila masih setia melamun di balkon kamarnya. Semangat hidupnya selama ini telah berkurang. Mata yang dulu sangat cantik kini berubah menjadi sembab. Wajah frustasi pun dapat dilihat di dirinya.
"Sayang. Kamu makan dulu ya," kata Papa Julian menghampiri Mama Mila dengan nampan yang berisi makanan untuk istrinya.
Mama Mila hanya menjawab dengan gelengan.
"Ciara sudah pulang?" Tanya Mama Mila tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya.
Papa Julian pun menghela nafas panjang. Setiap hari bahkan setiap menit Mama Mila akan menanyakan pertanyaan yang sama seperti tadi. Papa Julian menaruh nampan tadi dan ia menjongkokan tubuhnya di depan Mama Mila. Menatap wajah sendu dari istrinya tersebut.
"Ciara pasti akan pulang sayang. Tenang saja ya. Sekarang kamu makan dulu. Kalau kamu gak makan Ciara pasti akan sedih dan gak mau ketemu sama kita lagi. Emang kamu mau hmm?" Mama Mila menundukkan kepalanya untuk menatap mata Papa Julian sekilas, lalu pandangannya kembali mengarah ke jalan raya.
Papa Julian kembali berdiri dan mengambil piring berisi makanan. Setelah itu ia akan menyuapi Mama Mila dengan telaten.
Tak berselang lama makanan tadi telah habis. Papa Julian pun tersenyum walaupun hatinya masih terasa teriris saat menatap wajah istrinya tanpa ada kebahagiaan di sana bahkan senyum yang dulu selalu terlihat kini sudah tak pernah ia lihat sama sekali.
"Cia, pulanglah nak. Maafin semua kesalahan Papa dan keegoisan Papa dulu. Pulang ya nak, kami benar-benar merindukanmu," batin Papa Julian.
"Papa berangkat kerja dulu ya. Jangan lupa istirahat dan makan." Lagi-lagi ucapan Papa Julian tak mendapat respon sedikitpun dari Mama Mila.
Papa Julian pun hanya bisa pasrah. Ia mengecup puncak kepala sang istri sebelum keluar dari kamar tersebut.
...*****...
Kini Ciara telah diperbolehkan untuk pulang kerumah setelah 3 hari ia menginap di rumah sakit.
"Semuanya sudah siap?" tanya Olive yang baru datang.
"Udah dari tadi." Bukan Ciara yang menjawab melainkan Dea.
"Ya udah kalau gitu kita pulang sekarang atau mau mampir kemana gitu dulu?"
"Baby Al masih kecil Liv bahkan umurnya baru 3 hari, ya kali kita ajak keluar jalan-jalan. Langsung pulang aja ya," ucap Ciara. Olive pun mengangguk dan segera menghampiri barang-barang Ciara dan juga baby selama di rumah sakit.
"Let's go kita pulang!" teriak Olive yang sudah membawa tas baby Al dan melenggang keluar ruang inap Ciara.
Ciara hanya bisa menggelengkan kepalanya sembari tersenyum melihat sikap bar-bar dari sahabatnya itu
"Dea, kamu bisa bawa itu kan? Atau kamu aja yang gendong baby Al, biar Kakak yang bawa tas Kakak?"
"Aku bawa tas Kakak aja lah. Kalau disuruh gendong baby Al, jangan dulu aku masih takut." Ciara menganggukkan kepalanya paham.
"Ya udah kamu jalan duluan. Kakak sama baby Al dibelakang kamu," ucap Ciara.
Mereka berdua pun akhirnya keluar dari ruangan tersebut dan segera menghampiri Olive yang sudah nangkring di dalam mobil.
Setelah semuanya siap, Olive langsung melajukan mobilnya kearah rumah Ciara yang hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja.
...*****...
In New York city
Devano masih bergulat dengan lembaran kertas di mejanya. Hingga konsentrasi terpaksa harus hancur saat dering telepon miliknya berbunyi.
"Halo," jawab Devano.
📞 : "Hay sayang. Kamu sibuk ya sampai tadi gak masuk kuliah?" Devano menghela nafas dan langsung menjauhkan ponselnya. Ia tatap nomor yang tertera di ponsel tersebut. Nomor baru lagi? Astaga ia tak habis pikir dengan semua orang yang telah menerornya selama di New York ini. Namun suara perempuan tadi nampak tak asing ditelinganya. Siapa lagi kalau bukan si Bella. Ia sudah memblokir nomor perempuan tersebut namun dengan cermatnya, Bella membeli nomor baru hanya untuk mengganggu ketenangannya.
"Memuakan," sentak Devano. Setelah itu ia memutuskan sambungan telepon mereka.
Bella yang saat ini berada di club malam seperti biasanya hanya bisa mengumpat dan terus menggerutu.
"Arkh. Kenapa sih gue harus suka sama Devano si dingin kayak es balok begitu," ucapnya frustasi.
Tangannya kini menuangkan kembali Vodka kedalam gelasnya dan menenggak minuman tersebut hinggap tuntas. Begitulah sampai berulangkali hingga dirinya mabuk.
Tak berselang lama ada seorang laki-laki yang mendekati dirinya dan duduk di sebelahnya.
"Hey cantik. Sendirian aja, aku temenin ya?" Bella menatap sekilas laki-laki tersebut dan menganggukkan kepalanya tanpa ragu.
Laki-laki tadi tersenyum miring saat Bella terus menengguk minuman beralkohol tersebut tanpa henti hingga satu botol Vodka habis tanpa ada sisa setetes pun.
"Mau nambah lagi?" tanyanya.
Bella menggelengkan kepalanya. Ia mendekatkan tubuhnya dan sekarang tangannya sudah bergelayut manja di leher laki-laki tersebut.
"Kamu sudah tak sabar untuk bermain denganku?" Bukannya menjawab ia malah menyambar bibir laki-laki tadi dengan sangat liar. Laki-laki tersebut mengigit bibir Bella supaya ciuman mereka terlepas.
"Kamu sangat liar sekali sayang. Tapi aku suka itu dan aku akan memuaskanmu malam ini," bisik laki-laki tersebut ditelinga Bella hingga membuat Bella meremang, tak sabar.
Laki-laki tersebut memanggil pelayan club tersebut dan memesan kamar yang ada di dalam club itu. Setelah mendapat kunci kamar, laki-laki tersebut langsung membawa tubuh Bella yang masih bergelut manja di lehernya bahkan bibir Bella telah menjelajahi leher laki-laki itu.
Hingga akhirnya mereka berdua telah berada di kamar. Laki-laki tersebut merebahkan tubuh Bella. Tanpa rasa malu dan canggung, Bella langsung membuka seluruh pakaiannya. Laki-laki tersebut tersenyum lebar dan segera menerjang tubuh Bella dengan sangat ganas hingga suara lenguhan kenikmatan dari keduanya terdengar bersahutan.
Begitulah kehidupan Bella yang tak lepas dari dunia malam, minuman beralkohol, rokok dan hubungan badan tentunya. Seperti yang dikatakan oleh Rafa jika seorang Bella sering gonta-ganti pasangan demi kepuasan untuknya sendiri.
love you sekebon /Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
kayak mo nggruduk apa gitu serombongan si berat /Smirk//Smirk/