NovelToon NovelToon
Gejolak Cinta Tuan Erick

Gejolak Cinta Tuan Erick

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Teen Angst / Diam-Diam Cinta
Popularitas:531.6k
Nilai: 4.6
Nama Author: Park alra

"Berapa uang yang harus saya keluarkan untuk membeli satu malam mu?"

Erick Davidson, pria tajir dengan sejuta pesona, hendak menjebak seorang gadis yang bekerja sebagai personal assistan nya, untuk jatuh ke dalam pelukannya.

Elena cempaka, gadis biasa yang memiliki kehidupan flat tiba-tiba seperti di ajak ke roler coster yang membuat hidupnya jungkir balik setelah tuan Erick Davidson yang berkuasa ingin membayar satu malam bersama dirinya dengan alasan pria itu ingin memiliki anak tanpa pernikahan.

Bagaimana kisah cinta mereka? ikuti bersama!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Park alra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GCTE | Bab 27

"Elena ... " Bagas memanggil nama gadis itu membuat Elena yang sedang menunduk seketika terpaku, memandangnya.

Erick mengulum senyum lebih terlihat getir, ia masukkan kedua tangannya ke saku celana, matanya menatap Elena dengan sorot yang sangat teduh.

"Pergilah, calon suami mu memanggil." suara serak yang ia keluarkan berusaha menelan kesedihan yang saat ini mendera hatinya.

"Oh ya, soal ibu asuh mu ... aku turut berdukacita," kata Erick kemudian, sedikit terlambat mengetahui wanita pengurus panti asuhan yang beberapa kali pernah ia temui tanpa sengaja, ternyata sudah tiada.

Elena menganggukan kepala, ia mengusap bulir bening yang sempat luruh di pipinya. Melihat Erick yang hendak berbalik,ia terkesiap tanpa sengaja menahannya.

"Tuan ... " Elena nampak kikuk sejenak saat Erick balas menatapnya. "Apakah ... pak Erick akan datang ke pernikahan saya nanti ... " pelan, Elena berucap ia mengulurkan kartu undangan di tangannya.

Erick menatap gamang, ia menerima uluran kartu undangan itu. "Aku tidak tahu, tapi ya ... kau sudah mengundang ku. Tidak alasan untuk ku tidak datang."

Elena lalu tersenyum namun entah kenapa kaca-kaca di matanya tak bisa ia kondisikan. "Kalau begitu saya pergi ... " Mereka saling bertukar pandang seraya mengangguk, lalu Elena lebih dulu membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan pria itu.

Erick menatap punggung Elena yang mulai menjauh, lalu mengalihkan netra pada kartu undangan pernikahan di tangannya, kemudian ia pun mulai berbalik berjalan ke arah yang berbeda. Di antara riuhnya lalu lalang para manusia, dua insani itu seperti obyek tak terlihat namun sangat terasa kepedihan di hati keduanya. Di saat dua hati sudah mulai dekat namun dua raga tak bisa saling memiliki.

***

"Oh God, kau dari mana saja sayang? aku sudah mencari mu sejak tadi," pekik Clarissa mendekat ketika melihat Erick, yang sempat tak ada di sampingnya.

"Tadi aku bicara dengan teman sebentar," jawab Erick sedikit berbohong.

Clarissa mendesah pelan. "Syukurlah ku pikir kamu hilang," ucap wanita berhidung bengir itu, jenaka. "Oh ya, lihat aku sudah bawa dua cup coffe kita." ia menunjukkan kedua tangannya yang memegang dua cup berisi minuman berkafein itu.

"Eh, itu undangan dari siapa?" matanya tak sengaja tertuju pada kartu biru muda yang di lapisi kertas plastik tipis di tangan Erick.

"Ini dari ... "

"Coba ku lihat." Tukas Clarissa memotong kalimat pria itu. Dua cup coffe sudah berpindah di tangan Erick dan kartu undangan itu pun sudah ada di tangan Clarissa.

"Mmm, ada yang mau menggelar pesta pernikahan rupanya."

"Ya, itu adalah mantan sekretaris ku dia akan menikah."

"Wow! wanita yang waktu itu pernah kita temui di restoran? personal assistan mu itu?"

Erick mengangguk. "Ya."

Entah kenapa dalam hati Clarissa merasa senang, tanpa sengaja bergumam syukur. Karena Elena akan segera menikah dan ia tak perlu risau lagi tentang perempuan itu yang bisa saja membuat Erick berpaling.

...***...

Sementara di tempat lain. Di butik rekomendasi sendiri dari Bagas, mereka melihat- lihat gaun pengantin yang di perlihatkan sang desainer. Bagas nampak terlihat begitu excited berbeda halnya dengan Elena yang tampak tak fokus dan terkadang melamun.

Sejak tadi Bagas memang sudah menyadari perubahan sikap Elena, setelah gadis itu berbincang dengan mantan bos nya. Membuat laki-laki berkulit sawo matang itu penasaran apa yang sebenarnya di bicarakan oleh mantan atasan dan mantan karyawan itu.

"Kenapa Elena? kau terlihat murung?" akhirnya Bagas beranikan bertanya setelah sekian lama mereka sibuk masing-masing.

Elena menggeleng pelan. "Tidak apa-apa kok."

"Tapi kau terlihat melamun?" tanya Bagas lagi, kini posisi duduknya ia arahkan pada gadis itu hingga keduanya beradu pandang. "Sebenarnya ada apa?"

Cukup lama Elena diam, seakan gadis bermata bulat itu sedang menyusun kata-kata yang pas di dalam kepalanya.

Ada seorang pria yang sangat mencintai mu bahkan rela mengorbankan hidupnya untuk mu.

Kalimat yang Erick berikan kini kembali terngiang di dalam otaknya, menggema hingga ke hati Elena menimbulkan kembali desir perih yang terasa sampai dadanya.

"Bagas ... Apa kau percaya pada seseorang yang jatuh cinta bahkan rela mengorbankan hidupnya untuk seseorang yang di cintainya?"

Mendengar pertanyaan Elena entah kenapa membuat Bagas tak bisa menahan kekehannya, padahal itu bukanlah sesuatu hal yang lucu.

"Kenapa tiba-tiba kau bertanya itu?"

Elena termenung lantas bola matanya bergerak menatap Bagas dengan lekat. "Jadi kau tidak percaya ... "

Bagas menjadi tergagap. "B-bukan seperti itu. Aku percaya ... tapi kau tahu hal seperti itu biasanya hanya terjadi di dalam film-film romantis, seseorang yang bahkan rela mengorbankan hidupnya untuk orang lain hampir mustahil terjadi. Bukan berarti aku tak percaya, hanya saja itu hampir mustahil ... Memangnya kenapa kau bertanya seperti itu?"

Bukan menjawab, Elena kembali tercenung. Air matanya tiba-tiba saja tak bisa ia tahan, membuat Bagas terkesiap karenanya.

"H-hei, kenapa kamu mendadak menangis?" Bagas hendak mengusap air mata Elena namun urung ia lakukan.

Elena menelengkan kepala nya. "Tidak. Aku baik-baik saja, aku tidak apa-apa." seraya mengusap kasar air matanya. Kenapa sekarang semuanya menjadi membingungkan dan menyakitkan untuk nya?

...***...

"Sudah di tetapkan, pesta pertunangan kalian akan di laksanakan lusa ini, bagaimana?" pak Rey memberi usulan, di pertemuan keluarga mereka yang kedua kali, ada ibu Clarissa yang juga datang jauh-jauh dari London. Bisa di pastikan walaupun masih dalam tahap pertunangan, pesta yang akan di selenggarakan pastilah akan sangat megah dan mewah.

"Mommy setuju." nyonya Sarah menjawab lebih dulu. Pak Rey mengecup pipi istrinya, karena kekompakan mereka.

"Aku juga setuju." seru Mona dengan riang.

"Kalau kami sudah pasti setuju." tuan Edward memberi suara menatap pada sang istri.

"Lalu bagaimana dengan keputusan calon pengantin nya?"

"Aku ikut saja pah." jawab Erick kemudian.

Clarissa menatap pria di sampingnya, ia mengangguk perlahan. "Aku ikut bagaimana calon suami ku saja."

"Okay, sudah di putuskan!" pak Rey bersorak senang.

"Segera kita akan menghubungi pihak hotel bintang lima yang akan menjadi tempat pesta Akbar ini akan di laksanakan."

"Jangan lupa pihak WO nya pah. Aku akan merekomendasikan yang paling eklusif." sahut Mona ikut excited.

Di bandingkan kedua calon mempelai yang akan bersanding, yang lebih bersemangat untuk ini adalah kedua orang tua mereka. Selanjutnya obrolan seputar pesta yang akan di lakukan, mengalir lancar seraya di iringi dengan gurauan jenaka dari kedua pria paruh baya itu.

Sementara yang lain begitu menikmati pertemuan keluarga ini, Clarissa bisa melihat Erick yang semakin hari semakin lesu terlihat. Seakan pria itu tak punya gairah untuk melakukan apapun.

...***...

Dua jam berlalu, perjamuan antar dua keluarga sudah selesai, Erick kembali ke kamar nya sementara Clarissa mengikuti.

"Kenapa Erickson? sejak di pertemuan keluarga kau semakin tidak bersemangat saja."

"Tidak apa-apa, hanya memikirkan proyek yang akan datang." jawab Erick sekenanya. Clarissa tahu itu sebuah kebohongan.

Mengalihkan perhatian, Clarissa mengambil surat undangan dari Elena yang ada di atas meja.

"Sepertinya kita tidak bisa menghadiri pernikahan mantan sekretaris mu itu, waktunya ternyata bertabrakan dengan pesta pertunangan kita," ucap Clarissa.

"Memang, aku juga tidak berniat untuk datang." tandas Erick lalu berlalu ke kamar mandi.

Clarissa terlihat termenung, seperti ia sedang memikirkan sesuatu.

Aku tahu kenapa kau seperti ini Erickson.

1
fayna
sama mas dokter aja clar 🫰🏻
Mayora
tenanglah Elena,,,tuh ada Erick💜💜💜
Flowers
Lumayan
Aris Bos
Menarik tapi kok konfliknya panjang bangat
Devi Handayani
duh bahagia nya bila dicintai😍😍😍😍
Devi Handayani
bagus erick ini baru laki..... punya prinsip👍🏻👍🏻👍🏻😍😍😍
Devi Handayani
bisa yaa begicuu.... oke deh😌😌😅😅
Devi Handayani
waduhh 😳😳😳😳😳😳
Devi Handayani
yaahhhhhh😩😩😩😩
Devi Handayani
jangan kasih nikah ama bagas dong thor elenanya 😒😒😒😒
Devi Handayani
aahhh..... so tuittt deh pak bos😍😍😍😍
Devi Handayani
wow kaka ketemu gede🤭😁😁
Devi Handayani
lanjut thor😍😍
Devi Handayani
semoga ada malaikat tanpa sayap nolongin elena.... yang sabar yaa😥😥😥
Devi Handayani
waahhh cowo matre cowo matre ga ada otak nyeee..... ke laut sje sono😒😒😒😒
Inar Fajar
Kecewa
deta
jangan dulu tamat donk thor.... kasih lah bagaimana kehidupan erick dan elena setelah menikah dan punya anak...
Sry Ainun
haduh GK sabar pengen lanjut cerita Marvin deh
Sry Ainun
aduh selamat kan dua" nya thor
Rahmi Rahmi
rasaiin itu mona
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!