Janda hanyalah statusku.
Nadira Ayu, seorang gadis muda yang berparas cantik. Tak pernah terbayangkan oleh Nadira, jika dirinya akan menjadi seorang istri diusianya yang masih begitu muda.
Lika liku serta permasalahan dalam hidupnya seolah telah berhasil membuatnya terlempar dari keluarganya sendiri. Hingga pada suatu hari, dengan tanpa sengaja, dirinya dipertemukan dengan seorang gadis kecil yang begitu cantik.
Dan alangkah terkejutnya Nadira, saat gadis kecil itu menginginkannya untuk menjadi sang mommy baginya. Namun sayang, daddy dari gadis kecil itu memandang dirinya dengan sebelah mata hanya karena ia berstatus sebagai seorang janda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan Hadiah Untuk Aida
Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
Suhu yang menyapa alam sekitar sudah mulai terasa sejuk. Mungkin karena sang mentari sudah mulai condong ke arah ufuk barat, sehingga menyebabkan wilayah di daerah itu tak begitu terasa panas.
Suara - suara seruan yang begitu tak asing dalam indera pendengaran terasa begitu memenuhi lorong kampus bahkan hingga pintu keluar. Setelah hampir seharian menimbah ilmu pengetahuan di kampus, kini semua mahasiswa dan mahasiswi itu sudah mulai berangsur - angsur keluar untuk pulang.
" Dir, bagaimana tadi kegiatan kamu di dalam kelas? ". Tanya Putri di sela - sela langkahnya.
" Ya seperti biasa Put lancar - lancar saja, kalau kamu bagaimana tadi lancar juga kan? ". Sahut Nadira.
" Waktu sebelum istirahat sih lancar, tapi setelah istirahat, jadi malas mengikuti jam kuliah ". Sahut Putri apa adanya.
" Kenapa bisa begitu? ". Tanya Nadira.
" Ya bagaimana aku tidak malas kalau ada trio gelandangan yang sok cantik itu di dalam kelas, gara - gara mereka mood ku jadi berubah ". Sahut Putri, bahkan raut wajahnya nampak berubah.
Mendengar jawaban dari sang sahabat, membuat Nadira tahu siapa trio gelandangan yang dimaksud nya, pasti mereka adalah Riska, Yanti, dan juga Tina, tiga sosok wanita yang selalu membuat ulah dan suka mencari gara - gara dengannya.
Seusai kalimat itu, Nadira tak bertanya apa - apa lagi, ia tak ingin jika pertanyaannya malah akan memancing api kemarahan sahabatnya.
Hingga kini, langkah kedua gadis itu pun sudah sampai di pintu luar lorong kampus. Namun, baru saja mereka sampai di sana, pandangan mereka malah di suguhkan dengan keberadaan seorang pria tinggi nan gagah yang sudah berdiri dengan menyandarkan punggungnya pada mobil mewahnya.
Pria itu menjadi sorotan bagi semua orang yang ada di sana. Tubuhnya yang tinggi nan gagah, serta wajahnya yang begitu rupawan, benar - benar menarik perhatian setiap pasang mata yang melihatnya apalagi bagi kaum hawa, sudah pasti banyak dari mereka yang tak berkedip karena melihat makhluk Tuhan yang nyaris sempurna ini.
" Ya sudah Dir, kalau begitu aku pulang duluan ". Ujar Putri dan langsung melenggang pergi begitu saja dengan meninggalkan Nadira seorang diri di dekat pintu itu.
" Putri kok kamu begitu sih Put, aku mau pulang sama kamu Put ". Seru Nadira.
" Mau ke mana? ". Tahan Andra tiba - tiba dengan mencekal tangan Nadira.
Entah dari mana datangnya, Andra sudah berada di dekat Nadira.
" Lepas mas, aku mau pulang dengan Putri ". Sahut Nadira lalu gadis itupun berusaha melepas cekalan dari Andra.
" Tidak, kenapa kamu harus pulang dengan orang lain jika ada aku?, ayo kita masuk ke mobil ". Sahut Andra dan ia pun berusaha membawa Nadira.
" Tidak mas, aku ingin pulang dengan Putri saja, mas Andra pulang lah ". Sahut Nadira yang masih berusaha menolak.
" Dira, jangan seperti ini, aku kan sudah mengatakan padamu jika mulai hari ini akulah yang akan mengantarmu, apa kamu lupa itu? ". Terang Andra.
Nadira tak menyahut, ia bukannya tak ingat akan kalimat Andra, hanya saja Nadira berusaha agar tak banyak orang yang semakin salah paham karena kedekatannya dengan Andra. Meski Andra sudah menjadi pacarnya, namun tetap saja membuat Nadira tak ingin memanfaatkan hubungan mereka yang akan dianggap hanya menginginkan kenyamanan.
Nadira bukanlah tipe wanita yang seperti itu, yang suka memanfaatkan seseorang apalagi pacarnya sendiri hanya demi kenyamanannya, hal itu sangatlah bertolak belakang dengan kepribadiannya yang tulus.
" Ayo ". Ajak Andra dengan menarik kembali tangan Nadira.
Nadira pun akhirnya menurut dan mengikuti saja apa yang menjadi keinginan Andra. Sementara di beberapa posisi lain, masih banyak mahasiswa dan mahasiswi yang memperhatikan kebersamaan Andra dan juga Nadira. Mereka sangat kagum dengan sepasang kekasih itu.
" Aduh, aku jadi ingin deh jadi seperti Dira, punya pacar yang tampan, kaya, peduli lagi, sampai - sampai ke kampus saja harus diantar jemput ". Seru salah seorang mahasiswi yang masih setia dengan tatapan kagumnya.
" Iya aku juga ingin seperti Dira, tak apalah meski janda, asalkan cantik, pasti banyak yang suka, apalagi dapat pacarnya seperti tuan Andra, bisa klepek - klepek aku ". Sahut teman yang di sampingnya juga.
" Huum, mungkin sudah jodohnya ya, janda ketemu duda ". Timpal yang lainnya.
Dan begitulah seruan - seruan mereka yang merasa sangat kagum dengan hubungan Andra dan juga Nadira. Bagi mereka hanya wanita yang beruntung yang akan mendapatkan pasangan seperti tuan Andra.
*****
Kendaraan roda empat itu pun hanya melaju dengan kecepatan rendah tak seperti biasanya. Dalam perjalanannya menuju pulang, seolah tak merasa bosan, Nadira masih terus memandang ke arah samping jendela mobil. Pandangannya terus mengarah pada tepian jalanan di ibu kota.
Pikirannya masih berkelana terngiang akan ucapan Riska dan kedua sahabatnya. Nadira tak tahu apakah hubungannya dengan Andra adalah hal yang baik. Bagaimana jika apa yang dikatakan oleh Riska memang benar adanya. Andra adalah pria yang sangat kaya raya dan juga tampan. Masih sangat banyak wanita - wanita muda dan berkelas yang bisa saja menjadi kekasihnya, lalu mengapa Andra malah memilih dirinya.
" Ada apa? ". Seru Andra dengan masih fokus pada arah jalan.
" Mas, tidak ada ". Sahut Nadira dengan segera mengarahkan pandangannya ke arah depan.
" Apa ada masalah? ". Tanya Andra lagi.
Nadira tak menyahut, meski sebenarnya ingin menjawabnya, namun jawabannya adalah pertanyaan yang akan dia ajukan.
" Aku bertanya padamu ada apa? ". Seru Andra lagi.
" Ti-tidak ada mas ". Sahut Nadira.
Nadira terpaksa berbohong. Sebenarnya ia ingin menceritakan tentang kejadian yang dialaminya di kampus yang hampir setiap hari dirinya dapatkan. Namun Nadira masih sadar akan pilihannya yang tidak akan mengatakan masalah itu pada Andra. Mungkin mendapatkan cacian dan penghinaan karena statusnya sebagai seorang janda dan juga pacar Andra memanglah harus dirinya terima dengan sadar.
" Untuk menjadi pacarmu, ternyata sangat tidak mudah mas ". Batin Nadira.
Mobil yang dikendarai itupun masih terus melaju, namun kali Andra sedikit menambah kecepatannya, mungkin karena dirinya ingin segera cepat sampai mengantarkan Nadira.
Dan benar saja, setelah sekitar hampir dua puluh menit lamanya berkendara, kini mobil mewah Andra pun telah sampai di halaman rumah bu Dewi.
Nadira keluar dari mobil mewah itu, namun tak lupa, ia juga membawa buket bungan dan juga cemilan coklat yang sempat diberikan oleh Andra tadi pagi.
"'Terima kasih ya mas sudah mengantarkan sampai rumah, apa mas Andra ingin mampir dulu sebentar? ". Seru Nadira.
" Tidak, lain waktu saja aku mampirnya, jangan lupa coklatnya dimakan ". Sahut Andra.
" Iya mas itu pasti ". Sahut Nadira dengan tersenyum.
" Aku masih ada urusan, aku harus pergi ". Ujar Andra.
" Iya mas, berhati - hatilah di jalan ". Sahut Nadira dengan masih tersenyum.
Dan akhirnya Andra pun benar - benar melajukan mobilnya kembali meninggalkan area halaman bu Dewi.
Hati Nadira cukup senang dibuatnya. Sikap Andra kali ini benar - benar tak biasa. Meski terkesan cuek dan tak ada senyuman yang terpancar dari rautnya, namun Andra sudah bersikap lembut hari ini. Dan hal itu tentu membuat hati Nadira menjadi bertambah yakin jika apa yang diucapkan oleh Riska dan kedua temannya tidaklah benar. Lagipula Andra adalah pria terhormat, tidak mungkin dirinya melakukan hal rendah apalagi menjadikan nya sebagai wanita pelarian. Dan Nadira pun sudah mulai melangkah untuk memasuki rumahnya. Bahagia, itulah yang Nadira rasakan.
*****
Malam hari ini cukup menenangkan bagi dua orang gadis yang saat ini tengah duduk santai di atas ranjang kasur mereka.
Mereka berdua sedang begitu asyik dengan aktivitas malam mereka masing - masing. Namun malam ini ada yang sedikit berbeda dari salah satunya.
Putri sedang sibuk belajar untuk menambah wawasan ilmu pengetahuannya, sedangkan untuk Nadira saat ini malah sibuk menyekrol handphone pintarnya itu, entah apa yang sedang dilakukannya, nampaknya ia begitu sangat serius.
" Dir ". Seru Putri.
" Iya ". Sahut Nadira tanpa mengalihkan pandangannya.
" Kamu tidak belajar malah lebih serius ngecek handphone, memangnya bada apa sih, tumben kamu seperti ini? ". Sahut.
" Ini Put, aku sedang sibuk untuk mencari hadiah untuk aku bawa ke acara ulang tahun Aida ". Sahut Nadira.
" Jadi putrinya tuan Andra mau ulang tahun? ". Sahut Putri.
" Iya, ulang tahunnya sudah sekitar dua mingguan lagi, tapi aku bingung ingin memberikan hadiah apa. Rencananya sih aku ingin memberikan dua hadiah untuk Aida, satu hadiah akan aku berikan sebelum hari ulang tahunnya, dan hadiah kedua akan aku berikan pas malam ulang tahunnya ". Sahut Nadira karena memang itulah keinginannya.
" Waduh, kenapa harus dua hadiah Dir, dan kenapa harus di waktu yang berbeda, ya kalaupun kamu ingin memberikan dua hadiah untuk Aida, yang tinggal kamu berikan pas waktu hari ulang tahunnya biar tidak repot ". Sahut Putri yang memberikan saran.
" Bukan persoalannya Put, hadiah pertama untuk Aida, aku ingin memberikannya gaun agar bisa dipakai sewaktu hari ulang tahunnya nanti, dan hadiah keduanya baru akan aku berikan sewaktu hari ulang tahunnya ". Jelas Nadira.
" Ooh jadi begitu, ya tidak apa - apa sih, ternyata kamu ini sangat sayang ya pada Aida ". Sahut.
" Iya, aku sangat menyayangi Aida, disaat pertama kali aku melihatnya di taman, aku sudah jatuh hati padanya, aku sangat senang karena Aida mau menganggap ku sebagai bundanya ". Sahut Nadira tersenyum.
Putri pun juga tersenyum. Ia merasa bangga sekaligus kagum pada sosok temannya ini. Baginya Nadira adalah sosok perempuan yang begitu penyayang apalagi terhadap anak - anak. Meski bukan anak kandungnya sendiri, namun kasih sayangnya pada seorang anak tak kalah dari kasih sayang seorang ibu kandung pada anaknya sendiri. Dan sepertinya, dirinya memang harus banyak belajar dari Nadira agar menjadi sosok wanita yang begitu menyayangi anak - anak.
*****
Malam yang indah pun telah berlalu dan berganti menjadi pagi yang begitu cerah. Terasa begitu singkat memang, rasanya baru tadi malam, malam itu sendiri datang, dan kini sudah berganti menjadi pagi yang begitu terasa menyejukkan.
Kini, dua gadis cantik itupun sudah siap untuk kuliah kembali. Tak lupa mereka pun bersalaman terlebih dahulu pada bu Dewi untuk pamit selaku ibu mereka sebelum akhirnya dua gadis cantik itupun keluar dari dalam rumah.
" Meski kita keluar bersama, tetap saja kita berangkatnya terpisah ". Seru Putri dengan tersenyum.
" Ya mau bagaimana lagi Put kalau sudah begini jadinya ". Sahut Nadira pasrah dengan mengedikkan kedua bahunya.
Lalu kedua gadis cantik itupun melangkah menuju garasi rumah mereka. Tak seperti hari - hari biasanya, di dalam lubuh hatinya Nadira sudah tak sabar ingin bertemu dengan Andra.
" Selamat pagi nona ". Seru seorang pria paru baya yang mulai mendekat ke arah Nadira.
" Selamat pagi pak ". Sahut Nadira.
Nadira memandang ke arah belakang pria paru baya ini, namun ternyata tidak ada mobil Andra yang biasa digunakan yang terparkir di sana, malah mobil mewah lain yang terparkir.
" Permisi nona, saya ke mari di suruh tuan Andra untuk mengantar nona kuliah, tuan Andra tidak bisa mengantar sekarang karena tuan sedang menjemput temannya di bandara ". Tuturnya yang menjelaskan.
Setelah mendengar hal ini entah mengapa hatinya menjadi sedikit kecewa. Padahal dirinya sangat ingin Andra mengantarnya lagi apalagi seperti waktu kemarin.
" Ya sudah Dir aku berangkat duluan, sana kamu naik mobil biar bisa diantar oleh pak supirnya ". Seru Putri.
Dan Nadira hanya mengangguk saja mengikuti perintah pria paru baya ini.
" Pak, nanti siang jangan jemput saya pulang ya, karena saya masih ada urusan untuk membeli sesuatu ke super market ". Seru Nadira di tengah - tengah langkahnya.
" Baiklah nona saya mengerti ". Sahut pria paru baya itu.
Dan Nadira sudah siap berangkat dengan diantar oleh supir kepercayaan Andra, seorang supir yang sudah hampir sepuluh tahun bekerja untuk sang tuan yang kaya raya itu.
Bersambung..........
🙏🙏🙏🙏🙏❤❤❤❤❤
🌿🌿🌿🌿🌿