Hitam tak selamanya buruk dan kotor, putih tak selamanya bersih dan suci. Hidup Kapten Rilanggana menjadi pribadi yang keras, dingin dan tidak mudah di taklukkan. Banyak yang tidak paham atau mengerti akan jalan pikir serta 'caranya bekerja'. Berawal dari pertemuan pertama yang tak terduga, dirinya bertemu dengan adik kesayangan seniornya yang membuatnya kesal. Namun menang taruhan dengan rekannya membuat takdirnya harus mendekati gadis itu kembali.
Niatnya yang hanya bermain-main akhirnya menimbulkan perkara dan harus berhadapan langsung dengan seniornya tersebut. Hingga waktu berganti, kisah masa lalu di antara mereka membuat prahara.
Disisi lain, kehidupan Letnan Auriga tak kalah sadis. Demi sang kakak dan juga sang istri membuatnya harus melawan pahit dan kerasnya dunia sekeras hati dan jiwanya hingga petaka besar datang mengubah seluruh hidupnya. Dalam kesepian hatinya, Tuhan mengirim Payung hitam penenang jiwanya.
KONFLIK TINGGI. SKIP bagi yang tidak cocok KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Ada sedikit kedamaian.
Lira duduk menangis sendirian di belakang rumahnya. Ia sampai sesenggukan memikirkan Priyadi. Ada rasa tak biasa di dalam hatinya. Perasaannya terasa hancur lebur.
Bang Rilo merasa begitu sakit hati melihatnya namun ia juga memahami apa yang terjadi pada Lira bukan sepenuhnya kesalahan sang istri.
"Dek..!!" Sapanya lembut.
Secepatnya Lira menghapus air matanya agar tidak terlihat lagi oleh Bang Rilo.
"Sayang.. boleh saya bicara?" Perlahan Bang Rilo mulai membujuk Lira.
Lira mengangguk dan pastinya ia tidak akan mungkin bisa menjauh dari Bang Rilo.
"Saya ingin kamu terus terang tentang apa yang ada di hatimu.. tentang Priyadi juga tentang saya. Kita sudah menikah, seharusnya komunikasi kita bisa lebih baik. Hmm.. setelah kamu mengandung anak saya, benarkah masih juga tidak ada rasa dalam hatimu???" Tanya Bang Rilo.
Lira menunduk, kemarin ia melihat bagaimana seorang Rilo jika sedang marah besar dan hal itu begitu membuatnya ketakutan. Kode mata Bang Rilo terus menatapnya.
Sejenak Lira mengatur nafasnya, ia menarik nafas panjang kemudian membuangnya perlahan.
"Jujur Lira tidak begitu paham apa yang Lira rasakan. Lira kecewa dengan sikap Bang Pri, tidak bisa melupakannya begitu saja tapi Lira juga tidak ingin bohong kalau Om Rilo juga menyentuh hati Lira. Bagaimana bisa Om Rilo berjuang demi Lira yang baru saja Om kenal." Kata Lira.
Tangan Bang Rilo mengusap puncak rambut Lira dengan sayang. "Apa perlu mengenal lama untuk melindungi mu? Apa harus mengenal lama untuk mengutarakan cinta pada istri??" Tanya Bang Rilo, jelas ia memahami bagaimana perasaan Lira. "Tidak apa-apa kamu belum bisa mencintai saya."
Lira terkejut dengan ucapan Bang Rilo, bagaimana bisa suaminya itu menerka hal demikian.
"Om mau pulangkan Lira??"
Bang Rilo mendekatkan wajahnya pada Lira. "Iya.. pulang, tapi ke rumah kita..!!" Jawab Bang Rilo.
"Oom.. maaf..!!!" Lira menangis tersedu-sedu mendengar jawaban suaminya yang bahkan tidak marah karena di hatinya mencintai lelaki lain.
Bang Rilo mengangguk. "Saya akan selalu memaafkanmu, asalkan tidak 'bermain api' di belakang punggung saya..!!"
//
Bang Bayu mengusap puncak kepala Shita yang menangis sesenggukan. "Apa Priyadi terlalu tampan sampai kamu tidak bisa lupa???"
"Nggak tau, Om. Sebenarnya Shita juga tidak secinta itu dengan Bang Priyadi tapi Shita juga tidak tau kenapa bayang Bang Priyadi tidak bisa hilang." Jawab Shita.
"Perkara Priyadi ini juga buat kamu dan Lira jadi tidak akur lagi."
Shita terdiam. Rasanya teguran suaminya kini tidak membuat hatinya panas seperti sesaat yang lalu. Ia mulai menyadari bahwa memang Priyadi sudah membuat dirinya dan Lira bertengkar dan bermusuhan.
Shita mengusap perut datarnya. "Apa karena............"
"Dia anak saya..!!!!" Bentak Bang Bayu hingga membuat Shita tersentak. "Sampai kau berani bilang dia bukan anak saya.. habis kau, dek..!!"
//
"Masih sakit ya, Abang?" Tanya Anriya cemas sambil menyuapi Bang Riga.
Sebenarnya Bang Riga sudah merasa baik-baik saja namun perhatian Anriya seakan tidak bisa di tepisnya begitu saja. Bang Riga sengaja memercing kesakitan untuk menarik perhatian Anriya.
"Sakit sekali." Jawab Bang Riga.
"Tapi makannya habis, Bang." Kata Anriya.
Bang Riga bingung mencari alasan namun siapa yang bisa melawan 'mulut besar' Danton macam Bang Riga.
"Abang ini laki-laki, jelas Abang berusaha sehat demi kamu. Kalau Abang sakit, kamu sama siapa??" Jawab Bang Riga memasang wajah memelas.
Anriya mengangguk polos mendengarnya. Masih nampak gurat sedih di wajahnya.
"Hmm.. dek. Tolong bilang sama dokter, Abang mau pulang sekarang..!!" Pinta Bang Riga.
"Kenapa, Bang??" Tanya Anriya mencemaskan suaminya.
"Gerah."
"Gerah??? Ruangan ini VIP lho, Bang. AC nya dingin sekali." Ujar Anriya bingung sendiri.
.
.
.
.