Istri Bisu Milik Sang CEO

Tidak ada yang bisa Moira katakan sebagai jawaban setiap pertanyaan Leon tadi. Hanya bisa menunduk diam memikirkan ekspresi apa yang seharusnya ia tunjukan. Mengatai wajah jelek dan tidak memiliki kemampuan sama sekali hal itu sangat menyinggung hati Moira. Tapi, Moira kembali mengangkat kepalanya hingga saling tatap dengan Leon.

"Keahlianku adalah bahasa isyarat, untuk menjadi sekretarismu... aku tidak mampu, menurutku, aku sudah melakukan tindakan yang sangat tepat."

Moira berbicara dengan gerakan tangannya, ia enggan menulis apa maksud yang ia katakan. Tidak perduli meskipun Leon terus menatapnya aneh dan bingung tapi Moira tetap merebahkan tubuhnya dengan posisi membelakangi.

"Mulut pedas, suka bicara asal dan semaunya saja. Bagaimana bisa dia menjadi atasan dengan sikap buruk itu?"

Meskipun Leon tidak tahu apa maksud pergerakan tangan Moira tadi, tapi ia yakin jika wanita itu tersinggung dengan apa yang ia katakan barusan.

"Pastikan disaat kau bekerja nanti, tidak ada yang tahu jika kau adalah istri Leon Dante. Jaga baik-baik rahasia ini meskipun orang-orang tahu kau sudah menikah." Leon memberikan pesan yang sangat sakit bagi Moira.

Tanpa Leon mengingatkan Moira juga tahu pasti akan selalu menyembunyikan pernikahan mereka sampai kapanpun. Apakah harus diingatkan seperti itu? Berkali-kali?

"Aku tidak mau dunia tahu bahwa diriku yang sempurna telah menikah dengan wanita bisu. Ingat itu!" Leon merebahkan tubuhnya dengan posisi sama-sama membelakangi.

Moira tetap diam menahan air matanya yang akan jatuh, memangnya siapa yang bahagia akan pernikahan ini. Tidak ada, semua hanya melakukan keinginan orang tua yang menyiksa.

"Aku juga malu memamerkan siapa suamiku pada dunia, karna aku tahu... tidak akan ada yang percaya jika aku menikah dengan pria sempurna seperti Leon Dante."

Mata indah Moira yang penuh air mata terus menatap kearah jari manisnya. Sebuah cincin pernikahan yang selalu mengingatkan betapa beratnya pernikahan tersembunyi ini didalam hidupnya.

•

Terik matahari membangunnya Moira dari tidurnya yang sangat tidak nyaman. Ia menggeliat sembari bangkit untuk duduk menatap kearah jendela kamar. Hari ini adalah hari pertama bekerja, semuanya harus berjalan dengan sangat lancar.

Disaat Moira masih mengucek mata sembari berjalan menuju bathroom tanpa sengaja melihat sesuatu yang membuatnya gagal fokus. Ya, yaitu Leon yang tengah memakai pakaiannya dari mulai pakaian paling dalam.

"Astaga!" Untung saja Moira membekap mulutnya kalau tidak mungkin suaranya akan keluar tadi.

Leon malah tetap santai berpakaian meskipun ada Moira yang membelakangi. Tidak ada segan sedikitpun malah ada rasa kesal karena kejadian kemarin malam.

"Hari ini kau ikut denganku ke Mansion Yaston," Ucap Leon sembari memasang satu-persatu kancing kemeja.

"Apa? pergi ke Mansion Yaston katanya, lalu bagaimana dengan pekerjaanku hari ini?" Moira terus memikirkan semua itu didalam hati, ia masih saling tatap dengan dinding.

"Aku tunggu 15 menit, jika kau belum selesai juga maka aku akan membantumu memakai pakaian nanti." Ujar Leon dengan ekspresi tenangnya, ia berlalu pergi begitu saja meninggalkan Moira yang masih terkejut.

Kepergian Leon langsung Moira membuang napas secara kasar, tangannya berkacak pinggang sembari berdecak sebal.

"Pria itu suka sekali membuat agenda mendadak, lalu bagaimana dengan urusanku sendiri? Dia hidup seolah hanya urusannya yang harus diutamakan, benar-benar egois!" Moira mengumpat Leon secara terang-terangan.

Rasanya hanya membuat hatinya capek mengumpat Leon didalam hati. Ia tidak bisa membantah yang ada semuanya akan percuma saja.

"Waktumu hanya tinggal tiga belas menit lagi, Moira. Aku tidak pernah main-main dengan kata-kata, tahu!" Suara Leon dari luar kamar langsung membuat Moira berlari menuju bathroom.

Sangking terburu-buru sampai Moira sendiri kebingungan memakai pakaian. Ia tidak mau kalau sampai Leon yang memakaikan pakaian, bisa tidak bernapas nanti Moira.

"Cepat!" Leon terus menggedor pintu hingga Moira semakin kewalahan saja.

Disaat menyisiri rambutnya Leon memaksa masuk, ia menghela napas panjang disaat melihat Moira menata rambutnya.

"Kau ini lama sekali!" Leon berjalan menuju Moira yang tengah memakai lipstik, bahkan sempat memakai pemerah bibir itu.

Mata Leon tertuju pada tali dress yang belum dipasang oleh Moira. Ntah dasar keinginan hati atau tidak tapi Leon malah meraih tangan Moira hingga sangat dekat dengannya. Sampai Moira yang sedang memakai pemerah bibir terkejut, untung saja tidak membuat coretan diwajah cantiknya.

"Ada apa? Dia mau apa?"

Moira sangat gugup, ia melihat Leon dari kaca hias di depannya. Pria itu berdiri pas di belakangnya menunduk, jantung Moira berdegup sangat kencang.

"Kau benar-benar ceroboh.." Leon mengikat tali dress itu membentuk pita hingga penampilan Moira lebih menarik.

Tapi, Leon menyempatkan memegang pinggang Moira, tidak hanya memegang tapi juga melakukan elusan. Moira melirik kearah belakang, ia melihat Leon yang terus menatap penuh damba pada area belakang tubuhnya.

"Pinggangmu ramping banget, Moira. Bentuk yang sempurna, aku suka.." Bisiknya sampai membuat Moira merinding sekujur tubuh.

Dengan gerakan cepat Moira berbalik badan hingga saling tatap dengan Leon yang tersenyum sinis padanya.

"Jangan mesum!" Moira memberikan peringatan itu dengan bahasa isyarat, ia menatap tajam sebagai tanda jika sebenarnya ia sedang marah.

Memang Leon tidak tahu apa maksud bahasa Moira, tapi kalau dari ekspresi wajahnya pria tampan itu tahu. "Kau tidak suka aku mesum seperti tadi?" Tanya Leon memastikan jika dugaannya tidak salah.

Dengan cepat Moira mengangguk mantap, dia memegang pinggang sendiri memperagakan apa yang Leon lakukan tadi.

"Jangan lakukan hal itu lagi padaku, ingat dengan perjanjian kita!" Kembali Moira memberi peringatan, ia mengambil tas selempangnya lalu pergi.

Tapi, terhenti karena Leon menarik tangannya. Leon terus berjalan kamu maju sementara Moira terus mundur karna takut. Sampai Moira terpojok di dinding, ia merasa takut sekali mendapatkan tatapan tidak terbaca dari Leon.

"Larangan sama dengan suatu hal yang harus aku lakukan, itu rumus kehidupan Leon Dante." Ucap Leon tanpa beban sedikitpun.

"Apa maksudnya?"

Tangan Leon menyentuh pipi Moira sampai kedua mata wanita cantik itu terpejam karena takut. Tapi, hanya sebentar karna Moira kembali membuka mata untuk saling tatap dengan Leon.

"Kau tidak suka aku berprilaku mesum, maka seharusnya kau bekerja disisiku. Bukan bekerja sebagai penerjemah itu, bagaimana?"