Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29 : Gila bin Ajaib
Keesokan paginya, Justin melihat Soraya tidak ada di kasur. Ia panggil wanita itu di seisi kamarnya. Hingga Shella datang melaporkan dengan panik.
"Tuan! Tuan Justin!"
Justin mengerutkan dahi dengan tingkah laku pembantunya yang khusus membantu istrinya itu. Ia bertanya tegas, "Ada apa? Cepat jawab! Dan jangan panik seperti orang habis di kejar anjing galak seperti itu."
Shella mengatur pernafasannya, dan menjawab setelah merasa lega sedikit, "Nyonya, Soraya, muntah-muntah seperti mabuk."
"Apa?! Mabuk minum anggur 🍷?"
"Bukan. Kemungkinan, beliau hamil lagi."
Mendengar itu, dunia Justin serasa hancur. Ia mengepalkan tangannya, meskipun masih dalam dugaannya saja.
"Pasti dia. Pastinya, yang menghamili istriku," gumamnya mulai geram.
...***...
Di kantornya Hugh...
*BRAAAK!*
Hugh yang tengah merokok sambil menatap jalanan kota lewat jendela atas, tiba-tiba saja tersenyum kecil. Menyeringai mendengar dobrakan pintu ruangannya agar bisa terbuka.
"Tiba juga yang ku nantikan," ucap Hugh santai.
Justin sudah setengah mati menahan amarahnya. Dan sekarang ia akan meledakkan amarahnya, "Kau menungguku?! Bagus! Lagipula, aku juga menunggumu untuk menonjok orang yang macam-macam pada istriku!"
"Oh, sungguh? Ku rasa kau juga memperalat dirinya. Menjadikannya boneka untuk memancingku agar bisa mengundangku."
"Kau salah! Aku benar-benar mencintai Soraya. Berbeda jauh denganmu, Hugh!"
Hugh mulai emosi. Ia meniupkan asap rokok dan menjatuhkan batang rokok itu ke lantai. Begitu mendekati Justin, batang rokok tersebut ia injak dengan mantap agar bisa mati apinya.
*TEP!*
*SREK-SREK!*
Justin menunggu di tempat ia masih berdiri. Tidak kemana-mana. Dengan ganas, Hugh mencekiknya dan menahan badan Justin di tembok dengan kasar.
*BRAAAK!!!*
Dengan tegas dan penuh rasa kebencian, Hugh berkata, "Dengar ini! Ku peringatkan, untuk tidak memberikan keburukanmu itu pada bayi dalam kandungannya wanita itu! Jangan sakiti dia! Jika ku dengar kau menyakiti fisik, mental, apalagi hatinya, kau akan ku bunuh sungguhan, Justin! Camkan itu!"
Justin tetap bisa bertahan dengan raut wajah jahatnya tanpa merasa kesakitan, meskipun Hugh mencekiknya dengan kuat. Dan ia membalas, "Ku ingatkan juga hal yang sama padamu. Namun sekali saja kau membuat air matanya jatuh, setetes saja, bersiaplah nyawamu melayang di tanganku!"
Saling ancam, hingga akhirnya Hugh menurunkan perlahan Justin dan melepaskan cekikannya di leher Justin. Justin menata dasi dan mengatur gerak kepala dari lehernya. Serta suaranya agar tetap normal karena sudah tercekik.
Tatapan mata tajam, dingin, dan penuh dendam yang menusuk Hugh dari Justin saat ini. Justin pun pergi dari ruangan itu tanpa pamit. Carson dan Dennis yang melihat Justin melewati mereka pun sangat kesal dengan adanya pria berambut perak itu ke sini.
Keduanya segera memasuki ruang kerjanya Hugh. Terlihat Hugh masih berdiri, bertahan di tempatnya barusan ketika mencekik leher Justin dan menahannya ke tembok.
"Boss?" tanya Dennis memanggil.
Tidak ada respon. Dennis dan Carson pun saling bertatap muka. Bingung mau melakukan apa pada atasan mereka.
"Biarkan dia sendiri dulu! Kita balik ke tugas masing-masing," ucap Carson.
Dennis mengangguk, dan ikut Carson keluar ruangan Hugh.
...***...
Kembali ke rumahnya Justin...
Soraya terduduk di kasur. Ia menatap kakinya yang ditutupi selimut oleh Shella. Tatapannya kosong dan penuh kebingungan. Sambil mengusap perutnya yang masih kecil.
Di rahimnya sudah benar-benar bertambah calon janin bayi. Yang pertama pembentukan janin bayi dari Justin, dan yang kedua janin bayi dari Hugh. Hanya dengan hubungan gigitan taring serigala Justin yang kedua, serta cakaran dari 3 kuku runcingnya Hugh saja, sudah bisa buat hamil seperti ini.
"Ini bukan aneh bin ajaib. Tapi..." kata-kata gumamnya terputus sejenak. Dan ia melanjutkan lagi sesaat kemudian.
"Tapi gila bin ajaib!!!"
Sudah ada satu dan sekarang ditambah 2 calon janin bayi dari ayah yang berbeda. Namun yang satu tidak memiliki ikatan pernikahan dengan Soraya.
"Ya Allah! Benar-benar mereka itu sama sarapnya! Sama tidak warasnya! Dan aku ketularan!" serunya mengeluh. Sungguh membuatnya mati rasa dan kehilangan kesadaran untuk berpikir secara logis.
"Berhubungan intim lewat taring dan cakar. Sungguh gila bin ajaib," gumamnya lagi. Kemudian Soraya terdiam, dan memilih untuk tidur.
{Tambahan: Hugh merokok terserah mood-nya. Jika mood-nya ingin, pasti merokok. Jika tidak, pastinya tidak. Sementara Dennis hanya pecandu alkohol. Tapi bukan pecandu rokok}