Gadis suci harus ternoda karena suatu keadaan yang membuat dia rela melakukan hal tersebut. Dia butuh dukungan dan perhatian orang sekitarnya sehingga melakukan hal diluar batas.
Penasaran dengan ceritanya, simak dan baca novel Hani_Hany, dukung terus yaa jangan lupa like! ♡♡♡♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Sepulangnya Diana dari rumah Hana, dia menuju rumah yang pernah dia tempati. Dia datang mengambil ijazah di kampus tapi dia tidak bermalam di rumah tersebut melainkan di kos yang dia sewa beberapa malam saja.
"Kosong, apa Zain gak pernah kesini? Bahkan kelihatan tak pernah dihuni." Gumam Diana pelan kemudian masuk karena masih memiliki kunci cadangan. Mereka memang sudah lama tidak komunikasi, terputus begitu saja!
Ketika sampai di dalam Diana merasa kaget, sudah beberapa bulan dia tinggali kondisinya masih sama.
"Zain gak pernah kesini sekali pun. Apa dia ke rumah orang tuanya ya?" Gumamnya lagi sambil memulai membersihkan debu yang menempel di meja mau pun didinding ruangan. Usai membersihkan seluruh ruangan, hari menjelang sore. "Sudah sore, pantesan perut keroncongan." Akhirnya Diana memesan makanan melalui Grab Food supaya cepat. Malamnya Diana bermalam di rumah tersebut untuk mengingat kenangan mereka.
"Kayaknya memang aku harus merantau, mungkin Zain tidak disini." Ucap Diana lirih, dia merasa sedih tapi apa yang bisa dia perbuat? Zain bukanlah orang sembarang yang akan mudah dia gapai. Dia sadar diri, siapa lah Diana, pikirnya.
Beberapa hari di Palopo, Diana meluncur ke Morowali untuk mencari pekerjaan disana menjadi dosen. Berbeda dengan Zain yang sibuk honeymoon dengan Zulfa setelah mereka menikah. Tepat bulan Agustus 2019 Zain menikahi Zulfa atas restu kedua orang tuanya. Zain tidak ikut wisuda di Pascasarjana tetapi dia langsung mengambil ijazahnya.
"Kamu suka gak?" Tanya Zulfa genit menempel dibelakang Zain hingga kedua buah**** nya menempel lekat pada punggung Zain yang membelakanginya menghadap laut. Mereka honeymoon di Bali, Zain tidak mau pergi jauh². Percuma honeymoon jauh² jika tidak saling cinta, pikirnya.
"Suka." Jawab Zain datar, dia tetap fokus pada pantai yang ada di depannya. Zulfa terus menggoda dengan menggesekkan buah**** dipunggung Zain. Zain memutar badan dan langsung mengecup bibir Zulfa kemudian melumatnya. Zain pria normal, dia sudah pernah melakukannya sehingga dia mudah terangsang jika terus digoda. Akhirnya penyatuan terjadi di Bali dengan nuansa pantai.
"Ish. Kenapa semua terjadi?" Gumam Zain saat bangun dari tidurnya. Dia melangkah menuju kamar mandi tanpa sehelai benang pun. Zulfa juga terbangun, menatap Zain yang menggerutu.
"Kamu milikku seutuhnya sayang." Gumamnya sambil tersenyum senang. Zulfa baik, hanya dia terlalu seksi! Zulfa anak dari teman ibu Rianti di Makassar bahkan pergaulannya bebas tetapi dia mampu menjaga diri.
"Ternyata Zulfa masih gadis." batin Zain saat mandi dengan guyuran air di bawah sower. "Sit." umpat Zain, baru membayangkan kegiatan panas mereka senjata Zain langsung berdiri. Dia cukup menikmati kegiatannya dengan Zulfa karena sama² mau. Tapi Zain masih menyimpan nama Diana dihatinya, bahkan Hana.
"Kenapa mandi gak ajak aku sayang?" tanya Zulfa bangkit dari duduknya kemudian mendekati Zain yang hanya mengenakan handuk saja. Zulfa mendekat tanpa pakaian sehelai pun. Dia melangkah tertatih.
"Aw. Sssttt sakit juga." gumamnya pelan sambil melangkah. Zain menatap tanpa kedip, Zulfa memang seksi apalagi tanpa busana, payudara yang montok, putih mulus, ingin dia melahapnya kembali, pikirnya.
"Sini aku bantu, kenapa gak bilang?" tanya Zain mengangkat Zulfa ketika sudah berada dihadapannya. Zain membawa Zulfa ke kamar mandi tepat dibawah sower.
"Makasih sayang." ucap Zulfa ketika Zain keluar dari kamar mandi. "Dia manis juga." gumamnya pelan sambil membasuh badannya dengan air.
Usai mandi, Zulfa mencari Zain.
"Dimana dia?" tanyanya sambil celingukan. Dia mencari pakaian di koper lalu memakainya dikamar. "Mungkin keluar cari angin." imbuhnya. Selesai berpakaian ternyata Zulfa melihat Zain di balkon kamar.
"Kamu suka dibalkon sayang." ucap Zulfa lembut.
"Berhentilah memelukku dari belakang Fa." peringat Zain. Zulfa hanya tersenyum menanggapinya. Kemudian Zulfa berdiri disamping Zain.
"Kamu sudah pernah melakukan ya sebelumnya?" tanya Zulfa sambil menatap Zain sekilas. Zain menatap Zulfa mendengar pertanyaan itu.
"Kenapa kamu tanya begitu?" tanya Zain heran.
"Aku tau dari ibumu. Segitu inginnya kamu Zain padahal dia bekas ayahmu." ucap Zulfa enteng.
"Stop. Jangan hina dia! Kamu tidak tau apa yang sebenarnya terjadi." Ucap Zain dengan nada keras dan suara tinggi membuat Zulfa terlonjak kaget. Setelah cukup tenang, Zulfa menjawab.
"Sampai begitunya kamu membelanya? Aku isterimu Zain. Isteri!" ucapnya dengan penuh penekanan. Usai mengucapkan hal tersebut Zulfa masuk ke dalam kamar meninggalkan Zain sendiri.
"Apa aku keterlaluan ya?" sesalnya sambil menjambak rambutnya. "Aku juga menikahinya karena ibu." gumamnya lagi masuk ke dalam kamar dan ternyata kosong. "Dimana dia?" tanyanya pada diri sendiri.
Di tempat lain Zulfa berlari menuju pantai dengan menangis. Dia tidak peduli apa kata orang yang memandanginya.