Ibrahim, ketua geng motor, jatuh cinta pada pandangan pertama pada Ayleen, barista cantik yang telah menolongnya.
Tak peduli meski gadis itu menjauh, dia terus mendekatinya tanpa kenal menyerah, bahkan langsung berani mengajaknya menikah.
"Kenapa kamu ingin nikah muda?" tanya Ayleen.
"Karena aku ingin punya keluarga. Ingin ada yang menanyakan kabarku dan menungguku pulang setiap hari." Jawaban Ibra membuat hati Ayleen terenyuh. Semenyedihkan itukah hidup pemuda itu. Sampai dia merasa benar-benar sendiri didunia ini.
Hubungan mereka ditentang oleh keluarga Ayleen karena Ibra dianggap berandalan tanpa masa depan.
Akankah Ibra terus berjuang mendapatkan restu keluarga Ayleen, ataukah dia akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
Ayleen masih terisak saat mobil yang dikendarai Aydin melaju menuju rumah. Pikirannya terbelah, antara memikirkan kondisi Ibra, dan cara menghadapi kemurkaan keluarganya nanti. Dia yakin, dirumah nanti, dia akan langsung disambut dengan amarah dan kekecewaan.
Dengan nafas yang masih memburu, beberapa kali Aydin tampak merilik adiknya. Dia benar-benar tak habis pikir, gadis yang dia kira polos, pendiam, gak neko-neko, ternyata telah berubah liar.
"Apa yang ada diotakmu Leen?" Aydin yang biasa bicara lembut, malam ini sampai mengeluarkan kata-kata kasarnya. "Apa yang kau pikirkan sampai berani-beraninya tengah malam masuk ke kandang berandalan. Ada belasan pria disana, dan kau satu-satunya perempuan. Bagaimana jika mereka semua mem_" Dia tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Memilih memukul stir untuk meluapkan emosi.
"Mereka gak seburuk apa yang Abang pikirkan."
"Jangan naif kamu," bentak Aydin yang langsung membuat Ayleen terjingkat. "Dimana-mana, yang namanya kucing, disodorin ikan asin, gak bakalan nolak."
"Tapi aku gak diapa-apain, aku berani sumpah."
"Sekarang kamu sudah pandai berbohong, Leen. Jangan kamu pikir, sekarang Abang akan percaya begitu saja dengan omongan kamu."
Ayleen tertunduk sambil meremat jemarinya. Sepertinya, masalah yang dia hadapi akan lebih rumit dari apa yang dia bayangkan. Kebohongannya akan membuat semua orang kecewa, dan yang pasti, hilang kepercayaan padanya.
Tak ada lagi obrolan ataupun pertengkaran diantara keduanya. Aydin terus melajukan mobil hingga memasuki halaman rumahnya.
"Bang, Leen mohon jangan ceritakan ini sama Mama dan Ayah." Pinta Ayleen sambil memegangi lengan Aydin yang hendak membuka pintu. Meski dia tak yakin abangnya mau diajak kerjasama, tapi tak ada salahnya dicoba.
"Mereka harus tahu kelakuan anak perempuannya." Sahut Aydin sambil menatap Ayleen tajam. "Abang sangat kecewa sama kamu." Aydin membuka pintu yang saat keluar tadi lupa belum dia kunci kembali. Dia yang hendak mengetuk kamar kedua orang tuanya, batal tatkala melihat ayahnya baru keluar dari mushola.
"Darimana kalian? Tadi yang buka gerbang kamu, Ay,?" tanya Ayah Septian. Tadi saat dzikir setelah sholat tahajud, dia mendengar suara pintu gerbang. Dia yang hendak mengecek gerbang, malah melihat dua anaknya yang baru pulang.
Ayleen yang baru selesai menangis, kembali menjatuhkan air mata melihat ayahnya. Pria paruh baya yang saat ini masih mengenakan koko, sarung dan peci rajut itu, pasti akan sangat kecewa jika tahu kelakuannya.
"Kamu kenapa, Leen?" Ayah Septian berjalan mendekati Ayleen, dan gadis itu langsung memeluknya.
Ingin sekali Ayleen bilang maaf, tapi tenggorokannya terasa tercekat, lidahnya kelu. Yang keluar hanya suara isakan.
"Ada apa ini, Ay?" Ayah menoleh kearah Aydin. "Leen, bukankah kamu bilang menginap dirumah Ajeng? Lalu kenapa pulang jam segini?"
"Dia bohong, Yah," sahut Aydin. "Leen gak nginep dirumah Ajeng."
Ayah Septian melepas pelukan Ayleen lalu menatap kedua netra putrinya yang merah dan basah. "Apa itu benar, Leen?" Ayleen hanya menjawab dengan anggukan. "Astaghfirullah, Nak," ucapnya sambil mengelus dada. "Lalu kamu kemana tadi?"
"Dia ada dibasecamp geng motor," sahut Aydin sambil melirik Ayleen dari ekor matanya.
Deg
Jantung Ayah Septian seperti berhenti berdetak. Anak gadisnya tengah malam ada di basecamp geng motor. Dia langsung memegang kedua bahu Ayleen, memperhatikan dari atas kebawah, takut terjadi sesuatu yang buruk. "Apa yang terjadi, Leen? Mereka tidak melakukan hal yang buruk padamukan?" Pikirannya sudah bercabang kemana-mana, bahkan sampai memikirkan hal yang paling buruk, yaitu Ayleen diperkosa. Apalagi saat ini, penampilan Ayleen lumayan acak-acakan.
Ayleen menggeleng, "Enggak, Yah."
"Tapi kenapa kamu sampai bisa ada ditempat itu?"
"Ta-tadi Leen pingsan, terus Leen dibawa kesana."
"Innalillahi," pekik Ayah Septian. Mendengar anaknya sempat pingsan, makin kacau pikirannya.
"Tapi Leen baik-baik saja, Yah. Leen gak diapa-apain sama mereka." Ayleen berusaha meyakinkan ayahnya.
Ceklek
Mama Nara tiba-tiba keluar dari kamar. Dia yang sedang tidur, terbangun karena suara bising didekat pintu kamarnya.
"Ada apa ini?" Tanya wanita yang tampak masih mengantuk itu.
"Tapi bagaimana ceritanya kamu bisa pingsan dan dibawa ke basecamp geng motor?" Bukannya menjawab pertanyaan istrinya, Ayah Septian masih fokus bertanya pada Ayleen. Karena dia sangat ingin tahu detail kejadiannya.
"Ketua geng motor itu pacarnya Leen, Yah," jawab Aydin.
Mama Nara langsung menutup mulutnya yang menganga dengan telapak tangan, begitupun dengan Ayah Septian. Mereka syok mengetahui putrinya pacaran dengan ketua geng motor.
"Tadi saat Aydin kesana, mereka sedang berduaan dikamar."
Mendengar itu, Mama Nara langsung naik pitam. Dia menarik lengan Ayleen kasar lalu mencengkeramnya kuat. "Benar yang dikatakan Abang kamu?" bentaknya sambil melotot. Ayleen yang ketakutan hanya menjawab dengan anggukan kepala.
Tubuh Mama Nara langsung lemas, tangannya yang mencengkeram lengan Ayleen terlepas dengan sendirinya. "Kenapa kamu kayak gini, Leen, kenapa?" Mama Nara tak kuasa menahan air matanya. "Dimana harga dirimu sebagai perempuan. Datang menemui laki-laki dan berduaan tengah malam didalam kamar. Apa yang sudah kalian lakukan?" Tangis Mama Nara pecah, tubuhnya bergetar, hampir saja dia jatuh kalau Ayah tidak memegangi bahunya.
"Ayleen dan Kak Ibra gak ngapa-ngapain, Mah. Ayleen berani bersumpah."
"Ibra?" Mama Nara mengerutkan kening. Tadi Aydin menyebut ketua geng motor. Jangan-jangan pacar Ayleen adalah. "Ibrahim?"