Kisah cinta diantara para sahabat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunshine_1908, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Milikku seutuhnya
"Kemana anak-anak nakal itu?" ujar Tuan Austin Edgarda, yang tak lain adalah Ayah dari seorang Jaryan Edgarda.
Ia nampak muak menunggu kehadiran dari putranya yang tak pernah bisa membuatnya bangga.
"Kenapa dia gak bisa meniru kakaknya Zavian, anak itu selalu saja membuat masalah." gerutunya kesal.
Zavian yang berada di samping pun hanya bisa tersenyum bangga, karena lagi-lagi ia tak perlu repot-repot untuk menjatuhkan citra sang adik di hadapan ayahnya.
"Anak itu bergerak sendiri, jadi gue gak perlu lagi menghabiskan uang untuk bayar orang nyingkirin dia." batinnya senang.
Bukan hanya Tuan Edgarda saja, para orang tua lainnya nampak ikut jengah dengan ketidakhadiran anak-anak mereka.
Mereka sudah duduk di meja jamuan itu selama kurang lebih dua jam. Bahkan acara ramah tamah sudah selesai sejak lima belas menit yang lalu. Namun anak-anak mereka belum kelihatan satu pun.
Padahal, sekarang waktunya acara puncak. Waktu perkenalan para petinggi, sekaligus waktu yang sangat tepat bagi mereka untuk bisa membanggakan anak-anak mereka demi mendapatkan koneksi.
Selain Zavian, sebenarnya masih ada si kembar Vince yang kebetulan datang bersama orang tua mereka. Namun tanpa anak-anak yang lain, pasti takkan ada koneksi yang bisa tercipta. Dan itu bukan situasi yang menguntungkan bukan?
Anastasya baru saja muncul di tengah ketegangan. Ia melirik ke sekeliling dan duduk di dekat orang tuanya yang nampak tengah mencari keberadaan kakaknya, Marvin.
"Dimana kakakmu?" tanya sang ayah kesal.
"Ada insiden pada acara anak-anak di lantai atap. Nona Chloe Delmora, mengacaukan acara dengan datang dalam keadaan teller. Ada sedikit baku hantam, karena Nona Quincy ingin membantu Nona Delmora yang sedang dile-ceh-kan." jelasnya dengan raut wajah mengolok.
Semua orang tua panik, terutama orang tua Nicya yang mendengar bahwa anaknya turut menjadi korban. Tuan Edgarda selaku pemilik hotel langsung meminta rekaman kamera pengawas dan menampilkannya di screen projector di tengah panggung.
Tuan Delmora nampak begitu malu melihat penampilan putrinya Chloe yang lebih mirip seperti jalang. Dengan emosi yang membludak, ia pun pergi menelfon bawahannya untuk mencari keberadaan Caelen yang ia lihat telah membawa Chloe dari rekaman kamera pengawas.
"Sialan!! Cepat cari anak-anak sialan itu!" teriaknya di telfon, lalu langsung berlari keluar meninggalkan acara yang sudah mulai ricuh lantaran keributan para orang tua.
"Good Job, boy." Di sisi lain, ada Tuan Alderion Otway yang nampak bahagia karena melihat tindakan anaknya.
"Good catching! Tuan putri Quincy. Kamu bergerak cepat Nak, disaat semua orang masih mengatur siasat untuk mendapatkannya." ujar Alderion tersenyum bangga.
Berbeda dari orang tua yang lain, ia pun melangkah keluar dengan langkah yang tegap, serta raut wajah yang sumringah.
Mungkin untuk malam ini, ia tak lagi membutuhkan wanita untuk menghangatkan ranjangnya. Berhubung putra semata wayangnya telah memberikan kehangatan dengan cara yang istimewa.
"Jer, dimana kamu. Bisa-bisanya kamu gagal menjaga Nicya!" bentak Tuan Edgarda kepada putranya lewat sebuah panggilan telfon.
Namun hanya berselang beberapa detik, dan raut wajahnya pun berubah seketika ibarat mendapatkan durian runtuh.
"Oke, boy. Good Job!" ujarnya menyeringai.
...----------------...
Jaryan membawa Nicya ke salah satu kamar hotel terbaik di hotel nya yang berada di area penthouse.
"Aku cuma mau nolong dia Jer." Nicya meronta melepaskan cengkeraman Jery yang semakin menguat menggenggam tangannya.
"Aku gak larang kamu bantu Nona Delmora, tapi aku gak suka istri aku dekat sama laki-laki lain. Kenapa kamu gak paham juga sih!!" ia melemparkan tubuh Nicya ke atas ranjang dengan kasar.
Jaryan benar-benar terbakar emosi. Ia tak lagi bisa berfikir positif dan menganggap tindakan Jishan sebagai sebuah pertolongan.
Menurutnya dengan Jishan menolong Nicya, berarti ia sudah melihat bagian tubuh Nicya. Meskipun mungkin hanya bahu, atau lebih intim dari itu, karena gaunnya melorot.
Mau bagaimanapun, ia yang adalah suami sahnya saja bahkan belum pernah menyentuh tubuh itu. Bagaimana bisa Jishan melakukannya.
Kewarasannya seolah lenyap seketika. Tanpa bisa berfikir panjang, ia menggagahi tubuh Nicya, tanpa lagi menghiraukan air mata gadis itu yang sudah mengalir begitu derasnya.
Ia hanya mengikuti naluri kelaki-lakiannya, namun tindakannya cukup kasar lantaran dibumbui oleh api cemburu.
Ia bahkan melupakan kenyataan bahwa itu adalah pengalaman pertama bagi gadis yang tengah berada di bawah kungkungannya itu.
Saat ia mengalami rintangan, dan merasa kesulitan dalam langkah terakhirnya. Ia baru tersadar, bahwa ada darah segar yang mengalir di bawah sana.
"Astaga! Aku benar-benar telah merenggutnya." lirihnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Ia menghentikan kegiatannya di bawah sana, lalu mengecup kening gadis itu dengan sangat lembut, juga cukup lama. Harusnya ia tahu dari awal bahwa gadis itu pasti akan menjaganya. Bagaimana bisa keegoisannya membawanya ke dalam pikiran buruk dan begitu kotor.
Perlahan, ia melanjutkan kegiatannya setelah gadis itu merasa sedikit tenang.
"Aku berjanji bahwa kita akan menjadi satu untuk selamanya. Hanya kau milikku dan begitu juga sebaliknya." gadis itu hanya mengangguk. Isakannya tidak sederas tadi. Namun masih ada air mata yang mengalir lantaran desakan yang ia rasakan di area intimnya.
Untungnya, Marvin hanya menitipkan pakaian yang ia siapkan di ambang pintu. Tanpa mencoba untuk masuk, apalagi mengetuk. Ia hanya meninggalkan sebuah pesan singkat kepada Jaryan untuk memberitahunya bahwa ia telah menyelesaikan tugasnya.
Setidaknya ia telah berusaha untuk menjaga privasi Nicya. Ia tak mungkin memaksa Nicya untuk menemuinya karena kondisi pakaian gadis itu berada dalam kondisi yang jauh dari kata layak. Dibanding takut dengan emosi Jery, ia hanya berusaha untuk menghargainya sebagai seorang wanita.
Jaryan menutupi tubuh Nicya dengan selimut, lalu berlalu keluar untuk mengambil pakaian Nicya. Ia meletakkannya di atas sofa, lalu beralih ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tring.... Telfonnya berdering. Dengan menampilkan nama sang ayah di tampilan layar utama.
"Papa tenang saja, aku sudah menjadikannya milikku seutuhnya. dan bisa dipastikan takkan ada alasan lagi bagi Keluarga Quincy untuk membatalkan pernikahan ini. Sekarang tinggal tugas Zavian, dia harus memastikan hubungannya dengan Kelsey juga bukan?" Jery memutuskan panggilan itu sepihak setelah mendengar seringai dari ayahnya.
"Good job boy!"
Setidaknya perihal Nicya, ia benar-benar sepemikiran dengan ayahnya. Ia bisa menjauh dari amukan ayahnya untuk sementara sembari menghabiskan waktu dengan orang yang dicintainya.
Apalagi setelah kejadian malam ini, ia yakin bahwa akan semakin sulit bagi Nicya untuk bisa menolak kehadirannya bukan.
"Aku hanya egois karena mencintaimu Cya. Maafkan aku." lirihnya, lalu membenamkan tubuhnya di dalam bathtub yang sudah ia isi dengan pengharum juga aroma terapi.