Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
“Klek,” Adrian membuka pintu unit apartemen nya dan mendorong Elsa masuk ke dalam. Mereka menaruh bungkusan makanan nya di meja kemudian duduk di ruang tengah,
“Akhirnya pulang juga hehe,” ujar Elsa yang berpindah ke sofa.
“Iya, lama juga ya kita di mall,” balas Adrian.
“Iya, nonton, makan, jalan jalan,” balas Elsa.
“Kita ngapain lagi ya ?” tanya Adrian.
“Hehe aku juga bingung,” jawab Elsa.
“Mau ke dunia sebelah ?” tanya Adrian.
“Hmm yuk,” jawab Elsa.
“Ok, buka aja langsung kan,” balas Adrian.
“Iya, langsung aja, kita berdua pakai jam tangan ini,” balas Elsa.
Keduanya menekan tombol merah di bagian atas jam tangan mereka, portal terbuka dan keduanya masuk ke dalam. Begitu sampai, Adrian menurunkan Elsa, tapi keduanya tercengang,
“Wah malam, berarti dunia ini kebalikan dari dunia kita ya,” ujar Adrian.
“Iya, sayang sekali, padahal aku mau ke pantai hehe,” balas Elsa.
“Yuk, ke pantai,” ajak Adrian.
“Eh malem malem gini ?” tanya Elsa.
“Loh emang kenapa ? ga di larang kan,” jawab Adrian.
“Iya sih, yuk deh,” balas Elsa.
Keduanya berjalan ke pintu kemudian membukanya, mereka berjalan melintasi halaman dan membuka pagar, keduanya berjalan di tanah lapang sebelum pantai sambil bergandengan tangan, panorama laut ketika malam hari yang indah, suara deburan ombak yang sayup sayup terdengar, aroma laut yang segar dan pasir yang berwarna putih menambah suasana malam mereka menjadi indah, Adrian menggulung celana panjangnya dan duduk di tepi pantai,
“Waaaw keren, sini Dri,” ujar Elsa yang berlari ke pantai dan bermain di laut.
“Wah ga deh, aku di sini aja,” balas Adrian.
Elsa mendekati Adrian dan berdiri di depannya, dia langsung menarik tangan Adrian agar berdiri,
“Ayo ah, kapan lagi,” ujar Elsa.
“Haha kapan aja bisa kok kapan lagi,” balas Adrian.
“Biarin hehe,” balas Elsa.
Keduanya berlari agak ke tengah laut dan mulai bermain air, wajah keduanya terlihat sangat ceria dan mereka saling bercanda. Setelah lelah bermain, keduanya duduk kembali di tepi pantai sambil melihat langit yang cerah bebas polusi dan penuh bintang bintang.
“Dri, lihat deh, bulannya ada dua, satu biru satu merah,” ujar Elsa menunjuk ke langit.
“Iya ya, wah beneran kita di isekai ya,” balas Adrian.
“Hehe iya, tidak di sangka ya, kita ga perlu bayar tiket mahal mahal buat ke ancol kalau mau ke pantai,” ujar Elsa.
“Haha bener, tapi disini ga ada tukang makanan dan tukang perahu,” ujar Adrian.
“Baiklah, aku sudah putuskan,” balas Elsa.
“Putuskan apa ?” tanya Adrian.
“Aku mau belajar sihir, di dalam kan banyak buku, aku coba mau baca baca,” jawab Elsa.
“Hmm menarik juga ya, boleh deh aku juga mau,” balas Adrian.
“Kali aja kita bisa jadi pasangan kayak papa dan mama di sini, jadi pahlawan hehe,” ujar Elsa.
“Yah asal ga di tangkep aja,” balas Adrian.
“Tangkep ya kabur hehe,” balas Elsa.
“Blaaar,” terdengar ledakan keras di belakang mereka, keduanya menoleh melihat ke belakang karena kaget namun mereka langsung mendongakkan kepala mereka dan langsung berbalik sambil saling berpelukan. Seekor naga besar berwarna merah turun di belakang mereka menimbulkan bunyi kencang,
“Na..naga....kita mati Dri,” ujar Elsa memeluk Adrian.
“Te..tenang, Sa...te..tenang,” balas Adrian yang juga memeluk Elsa dengan erat.
“Groaaaaar,” naga itu meraung kencang ke atas kemudian kembali menatap keduanya dan memiringkan kepalanya,
“Aaaaaa....tolong jangan bunuh kami,” ujar Elsa.
Tiba tiba naga itu menjulurkan kepalanya dan menatap keduanya dari jarak dekat, “huf,” naga itu menyemburkan nafasnya ke arah keduanya yang sudah sangat ketakutan sampai gemetar.
“Di..dia ngapain ?” tanya Adrian.
“Ga tau...ga tau...tolong,” teriak Elsa.
“Hrrrrrh,” sang naga menarik lagi kepalanya kemudian dia melangkah mundur dan langsung merebahkan kepalanya di depan keduanya.
“Huh ?” tanya keduanya bingung.
“Hrrrh,”
Sang naga memejamkan matanya dan kembali membukanya, sorot mata yang siap membunuh berubah menjadi seperti hewan peliharaan yang jinak. Adrian yang penasaran, menjulurkan tangannya perlahan ke hidung naga di depannya, “tap,” telapak Adrian menyentuh hidung naga dan naga itu terlihat sangat senang.
“Ka..kayaknya dia jinak Sa,” ujar Adrian.
“Tarik tangan mu cepet....aku takut,” teriak Elsa.
“Dia takut tuh,” ujar Adrian kepada sang naga.
“Hrrh,”
Sang naga mengangkat kepalanya sedikit dan membuka mulutnya, “sluurp,” lidahnya keluar menjilat Elsa di sebelah Adrian.
“Waaaaaaa....bau.....bau......basah,” teriak Elsa.
“Hahahaha....lucu juga,” balas Adrian tertawa.
“Sluuurp,” kali ini Adrian yang di jilat dari kaki sampai kepala oleh sang naga, Elsa yang melihatnya langsung menutup mulutnya,
“Hahahaha rasain, enak kan di jilat,” ujar Elsa membalas meledek.
“Dasar kamu,” ujar Adrian sambil memeluk Elsa.
“Waaaaaa....hahahah, kita sama sama bau deh,” ujar Elsa yang rela di peluk.
Sang naga memiringkan kepalanya dan mengangkat lagi kepalanya, kemudian “druk...druk,” dia berputar dan menjulurkan ekornya yang besar, “blung,” dia duduk dan menoleh melihat keduanya,
“Huh kamu mau kita naik ?” tanya Adrian.
“Hrrrh,” jawab sang naga mengangguk.
“Ayo Sa,” ujar Adrian.
“Eh...kamu yakin nih,” balas Elsa.
“Ya, kalau mati sama sama ini,” balas Adrian.
“Kamu tuh ya, tolong jangan bercanda,” balas Elsa.
Akhirnya keduanya memanjat ekor sang naga dan berjalan ke punggungnya di tengah, “groaaaaar,” “blak....blak,” sang naga mulai mengepakkan sayapnya sampai Adrian dan Elsa terpaksa menutup wajahnya karena terterpa angin. Sang naga mulai melayang di atas tanah dan akhirnya terbang melesat ke angkasa.
“Waaaaaa,” Adrian dan Elsa berteriak.
Namun ketika sudah di angkasa, mereka bisa melihat pemandangan yang indah dan barulah mereka melihat keseluruhan pulau peninggalan Jimmy dan Irene. Elsa terus mendekap pinggang Adrian yang berpegangan pada tanduk di punggung sang naga. Setelah itu sang naga bergerak menuju ke benua tengah dengan kecepatan tinggi melewati samudra. Begitu sampai di benua tengah, Adrian dan Elsa bisa melihat desa seperti eropa abad pertengahan di pantai dan pelabuhan yang berisi kapal kapal seperti kapal bajak laut jaman dahulu.
Karena malam, desa di terangi oleh lampu lampu seperti lampu jalan pada jaman pertengahan eropa yang menggunakan lilin namun terlihat jauh lebih terang. Adrian yang pernah melihat berkas di rumahnya tahu kalau lampu lampu itu menggunakan sihir karena tertulis di berkas. Lampu lampu itu benar benar membuat suasana desa menjadi indah.
Naga semakin melesat ke tengah benua melewati desa di tepi pantai, mereka bisa melihat padang rumput yang luas dengan jalan di tengahnya, tak lama kemudian mereka tiba di sebuah kota yang di kelilingi benteng dan ada sebuah istana di atas bukit di dalam kota.
“Wah istana, kita bener bener di isekai Dri,” ujar Elsa.
“Iya, ini menyenangkan,” balas Adrian.
“Hrrrh,” naga melesat naik ke atas menghindari istana namun Adrian dan Elsa bisa melihat mereka terbang jauh di atas istana dan melewatinya. Elsa memeluk pinggang Adrian dan tersenyum, Adrian juga memegang lengan Elsa yang memeluknya dan memegang tanduk di punggung naga sambil tersenyum.
“Kalau seandainya kita hidup di sini, kamu mau ?” tanya Adrian.
“Asal ada kamu, di dunia ini atau dunia kita sebenarnya, sama saja,” jawab Elsa.
Mereka terbang melintasi pegunungan dan turun masuk ke lembah kemudian keluar lagi, walau hati mereka berdebar dan detak jantung mereka meningkat, mereka terlihat senang dan bahagia. Setelah keduanya puas berkeliling,
“Bisa antar kita pulang ?” tanya Adrian.
“Hrrrh,”
Sang naga berputar dan mengarah kembali ke samudra luas untuk menuju ke pulau mereka. Setelah sampai kembali di pantai dan turun dengan kaki gemetar, sang naga kembali menjulurkan kepalanya kepada keduanya, dia menatap keduanya dengan matanya yang besar. Adrian dan Elsa memegang hidungnya dan mengelusnya, naga itu terlihat senang, kemudian dia mengangkat kepalanya ke atas “groaaaaar,” dia meraung kencang.
“Kamu...kangen sama papa dan mama ya ?” tanya Adrian.
“Kamu ngerti raungan dia ?” tanya Elsa.
“Dia terlihat senang, sepertinya dia mengenali kita karena jantung kita,” jawab Adrian.
“Gitu ya, aku jadi semakin ingin belajar sihir, naga ini punya nama ga ?” tanya Elsa.
“Galvin,” ujar Adrian.
“Hah kok tau ?” tanya Elsa.
“Entah kenapa aku mendengar suaranya, coba nih (menoleh ke arah sang naga) Galvin,” teriak Adrian.
“Hrrrh ?” sang naga menoleh dan langsung merebahkan kepalanya di depan Adrian, matanya menatap Adrian.
“Tuh kan bener,” ujar Adrian.
“Hehe aku kok ga denger ya, mungkin dia peliharaan papa, soalnya papa kan menyelamatkan mama pakai naga kan,” ujar Elsa.
“Haha bener,” balas Adrian.
Adrian mengelus Galvin kemudian memintanya pulang ke tempatnya, Galvin terlihat mengangguk dan langsung mengepakkan sayapnya untuk terbang, Adrian dan Elsa menutup wajah mereka menggunakan lengan dan melambaikan tangan mereka.