NovelToon NovelToon
Bukan Tulang Rusuk

Bukan Tulang Rusuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen School/College / Mengubah Takdir
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwidia

Novel ini diilhami dari kisah hidup Nofiya Hayati dan dibalut dengan imajinasi penulis.

🍁🍁🍁

Semestinya seorang wanita adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung.

Namun terkadang, ujian hidup memaksa seorang wanita menjadi tangguh dan harus terjun menjadi tulang punggung. Seperti yang dialami oleh Nofiya.

Kisah cinta yang berawal manis, ternyata menyeretnya ke palung duka karena coba dan uji yang datang silih berganti.

Nofiya terpaksa memilih jalan yang tak terbayangkan selama ini. Meninggalkan dua insan yang teramat berarti.

"Mama yang semangat ya. Adek wes mbeneh. Adek nggak bakal nakal. Tapi, Mama nggak oleh sui-sui lungone. Adek susah ngko." Kenzie--putra Nofiya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 1 Sun

Happy reading 😘

Memang faktanya hidup tak semanis ekspektasi

Kebahagiaan terkadang hadir menyapa diri Namun air mata penderitaan lebih mendominasi

Saat terbelenggu rantai ujian yang tiada bersimpati

Aku terpaksa memilih jalan yang tak terbayangkan selama ini ....

-Nofiya Hayati-

...🌹🌹🌹...

"Baiklah." Nofiya menghirup udara dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

Kemudian ia mulai bercerita mengenai kisah hidupnya yang sangat pelik.

Bermula dari kisah kasihnya dengan Zaenal yang terjalin di bangku kuliah.

Manis di awal. Namun .....

...🍁🍁🍁...

Sebaris senyum terlukis indah di wajah Zaenal saat Ninja ZX-10R kesayangannya menginjak halaman rumah Nofiya--gadis berparas manis yang telah berhasil menawan hati.

Hati seorang Zaenal Pramudya. Putra tunggal pemilik perusahaan Pramudya Group.

Usai mengumpulkan segenap keberanian, Zaenal mengetuk pintu rumah Nofiya. Ia berharap, Nofiya sendiri yang membuka pintu rumah itu, bukan mama tiri ataupun papanya yang dikenal galak.

Zaenal menahan nafas ketika seseorang membuka pintu dengan perlahan. Terbesit rasa takut jika pintu itu dibuka oleh Ridwan--papa Nofiya.

Seketika Zaenal bernafas lega saat seorang gadis muncul dari balik pintu yang terbuka.

Siapa lagi jika bukan Nofiya, gadis berparas manis dengan kumis tipis yang terhias di wajahnya.

"Zen--" ucap Nofiya tertahan.

Berulang kali ia mengucek kedua mata, lalu mengedip-mengedipkan nya.

Nofiya tidak percaya dengan objek yang dilihatnya saat ini. Dipikirnya, ia sedang bermimpi.

"Fiya," sapa Zaenal disertai senyuman setipis kertas yang terlihat samar. Samar seperti rupa rembulan di malam ini karena tertutup mendung.

"Eng, Zen. Kamu --" Sebelum Nofiya melanjutkan ucapan, Zaenal mengulurkan boneka kelinci berwarna pink yang membawa bantal berbentuk hati ke arahnya, tanpa mengucap sepatah kata.

Sweet ....

Meski tidak ada serangkaian kata yang keluar dari bibir Zaenal, Nofiya tahu maksud kedatangan pemuda itu. Bahkan teramat sangat tahu. Karena dialah yang membuat Zaenal nekat datang ke rumah.

Rupanya, dua hari yang lalu Zaenal menghubungi Nofiya via telepon.

Zaenal bertutur bahwa ia menyukai Nofiya dan menginginkan hubungan mereka lebih dari sekedar teman.

Nofiya tidak lantas percaya, apalagi menerima Zaenal sebagai kekasih. Ia pun menantang Zaenal supaya datang ke rumahnya untuk membuktikan kesungguhan.

Tentu saja Zaenal langsung memenuhi tantangan gadis yang telah menjerat hatinya itu tanpa rasa ragu atau pun rasa takut, karena ia sangat ingin menjadikan Nofiya sebagai kekasih.

Selang dua hari setelah mengumpulkan pundi-pundi keberanian, Zaenal datang ke rumah Nofiya dengan membawa boneka.

Tanpa ia tahu, dari kecil Nofiya tidak menyukai boneka. Terlebih boneka imut berwarna pink seperti boneka yang dibawa oleh Zaenal saat ini.

"Fi, aku beneran datang 'kan. Jadi, gimana?" ucapnya kemudian tanpa basa-basi.

Nofiya menjawab tanya yang terlontar dari bibir Zaenal bukan dengan rangkaian kata. Namun dengan meraih boneka kelinci yang masih setia terulur ke arahnya.

"Yes!" Zaenal bersorak pelan dan melebarkan senyum begitu Nofiya menerima boneka kelinci pemberiannya. Ia teramat yakin bahwa Nofiya telah menerima nya sebagai kekasih atau 'pacar'.

"Fi, makasih ya," Zaenal berbisik tepat di telinga Nofiya sehingga membuat gadis berparas manis itu merinding.

"Makasih untuk apa?" Nofiya berusaha menahan diri dan memasang wajah datar. Seolah ia tidak memahami perkataan Zaenal.

"Makasih, karena kamu mau menerima boneka kelinci dariku."

"Lalu?"

"Itu tandanya, kamu mau jadi pacarku," tegas Zaenal dengan kepercayaan diri tingkat dewa.

"Nggak, Zen. Kamu salah! Aku nggak mau jadi pacar kamu." Nofiya menatap lekat sepasang netra bening pemuda yang masih setia berdiri di hadapannya itu.

Lunglai. Tubuh Zaenal seketika lunglai. Raut wajahnya yang semula terhias binar bahagia kini terlihat pasi dan segumpal daging yang bersemayam di dalam dadanya terasa nyeri. Bahkan teramat nyeri.

Namun, nyeri yang ia rasakan tak seberapa dibanding dengan rasa malu yang tengah menghinggapi.

"Ka-mu serius, Fi?" Suara Zaenal terdengar bergetar. Ia belum siap menerima penolakan yang dituturkan oleh Nofiya.

"Iya, aku serius. Bahkan teramat sangat serius."

"Lalu, kenapa kamu menerima boneka dariku?"

"Karena, boneka ini teramat manis. Manis seperti kamu yang nggak bisa aku abaikan begitu saja." Nofiya menjeda ucapan dan menghirup nafas dalam.

"Zen, aku nggak mau jika sekedar menjadi pacarmu. Tapi, aku mau menjadi wanita yang selalu kamu cinta dan kamu perjuangkan. Bukan menjadi persinggahan sementara, tapi menjadi pelabuhan terakhirmu."

Rangkaian kata yang keluar dari bibir Nofiya bagai hembusan angin surga dan berhasil menyentuh relung rasa.

Wajah Zaenal yang semula terlihat pasi, seketika kembali dihiasi binar bahagia. Bibir yang semula terkatup, seketika melengkung membentuk senyuman. Rasa nyeri yang terasa di ulu hati, seketika hilang tak berbekas.

Dan rasa malu yang sempat menghinggapi diri, seketika terhempas.

Ingin rasanya Zaenal meluapkan bahagia yang tengah dirasa dengan menarik tubuh Nofiya, lalu membawanya ke dalam dekapan dan menghujani wajah bidadari hatinya itu dengan kecupan.

Tapi, Zaenal ragu. Ia takut jika Nofiya marah dan menganggapnya lancang. Zaenal juga takut, jika tiba-tiba Ridwan muncul lalu menyaksikan sang putri tengah dipeluk dan dicium olehnya.

Bisa dipastikan, Ridwan akan menendang dan mengusirnya, dan yang terburuk adalah ... ia gagal menjadikan Nofiya sebagai kekasih karena tidak mendapat restu dari calon mertuanya itu.

Suasana hening yang sejenak tercipta, terpecah oleh suara petir yang menyapa bumi. Seakan, dia cemburu melihat dua anak Adam yang tengah berdiri saling berhadapan, berselimut atmosfer romantis.

"Zen, buruan pulang! Sepertinya, bakal turun hujan lebat." Nofiya meminta Zaenal untuk segera pulang meski sebenarnya ia masih ingin berlama-lama dengan Zaenal.

"Eng, iya Fi. Tapi sebelum aku pulang beri aku --” Zaenal menggantung ucapan, lalu menarik kedua sudut bibirnya. Ia sengaja membuat Nofiya penasaran.

"Kamu mau minta apa, Zen?" Nofiya menarik satu alisnya ke atas dan menatap curiga.

"Minta SUN."

Seketika mata Nofiya membulat sempurna saat mendengar jawaban yang terlontar dari bibir Zaenal.

Bukan kecupan yang ia beri, melainkan injakan kuat yang membuat Zaenal meringis kesakitan.

"Awww, sakit Fi."

"Makanya, jangan minta yang aneh-aneh sebelum kita berlabel halal."

"Iya, Fi. Tadi, aku cuma bercanda. Seandainya beneran di sun juga alhamdulillah."

"Ishhh ...." Satu jitakan mendarat cantik di kepala Zaenal. Bukannya marah atau merintih kesakitan, Zaenal malah tertawa kecil.

Lalu diraihnya tangan Nofiya dan ditatapnya lekat sepasang netra bening milik gadis berparas manis itu. "Fi, kapan aku bisa halalin kamu?"

"Setelah mendapat restu dari papa. Jadi, kamu harus berjuang meluluhkan hati papaku, Zen."

"Aku akan berjuang demi kamu, Fi. Tepatnya, demi kita."

"Makasih ya, Zen."

Zaenal mengulas senyum dan mengacak lembut rikma hitam Nofiya.

"Aku pulang dulu, Fi. Doain aku ya!"

"Doa apa?"

"Doain aku biar nggak dikejar Mbak Kun saat melewati jurang angker."

"Eh, iyaya. Apalagi malam ini Jumat Kliwon --"

Zaenal terkekeh karena candaannya ditanggapi serius oleh Nofiya.

"Udah ah, jangan ngingetin. Bisa-bisa aku numpang tidur di teras rumahmu karena takut pulang."

"Aku kok malah jadi khawatir sama kamu, Zen. Gimana ya?" Nofiya menggigit bibir bawahnya dan tampak berpikir.

"Nggak usah khawatir. Lagian, aku terbiasa berpetualang di hutan. Jadi nggak masalah kalau nanti bertemu Mbak Kun di jurang angker. Mungkin dia hanya menyapa dengan suara tawanya yang teramat khas dan melengking."

"Menakutkan." Nofiya bergidik ngeri.

"Tapi nggak se menakutkan papamu. Eh --"

"Ck, belum jadi menantunya aja udah berani ngatain papaku menakutkan." Nofiya mencebik dan melipat kedua tangannya di depan dada. Seolah ia tidak terima dengan celotehan Zaenal.

"Bercanda, Fi. Maaf ya."

Belum sempat Nofiya membalas ucapan Zaenal, terdengar suara petir menyambar diiringi suara teriakan yang berasal dari dalam rumah.

"Fiya ...."

🍁🍁🍁

Bersambung ....

1
Ririn Rira
Keren kak 😍
Ririn Rira
😅 berharap apa kamu Zen
Ririn Rira
Apapun pekerjaan nya yang penting halal mengais rezeki halal ya Atta.
Ririn Rira
Nggak kebayang kalau Seruni ngamuk 😅
Ririn Rira
Sama ya keluargaku 75% beda agama karena nenek kandungku kristen jadi yang mualaf cuma mama tapi sepupu² aku sudah banyak masuk islam.

Belajar sama² ya Zen udah ada lampu hijau dari Papa Ridwan.
Najwa Aini
iyahh..
semoga
Ririn Rira
Akhirnya mengantongi restu ya Zen
Ririn Rira
Tindakan papa Ridwan aku pelajari waktu jadi anggota UKS kak jadi kangen masa² itu
Ayuwidia: kesempatan cuci mata 😄
Ririn Rira: Iya kak apalagi waktu praktek cogan jadi pasiennya wah auto tebar pesona 😂
total 3 replies
Ririn Rira
gemesin si Nada
Najwa Aini
Baru aku mau nanya..
eh Authornya duluan.
Terus siapa yg bisa jawab nih
Ayuwidia: emoh, takut sama bidadarinya 😆
Najwa Aini: ogeh.
otw nanya.
yukk ikutt
total 3 replies
Najwa Aini
Batuk lagi aku....kannnn
Najwa Aini
Dia kan hanya sekeda mrenunjukkan eksistensi, Fiya. Tapi cinta no debatnya hanya kamu aja
Najwa Aini
uhuukkk..uhuukk...
konidin mana...
mana konidin
Najwa Aini: hik..hik...
Ayuwidia: Nggak ada konidin, adanya konmentar 😆
total 2 replies
Ririn Rira
Cerita yang bagus
Ririn Rira
yang di ingat masa kecil kok ileran sama upil sih 😂 Rena cinta sendiri ni judul nya.
Ririn Rira
ngobrol dari tadi papi-mami nya nggak di suruh duduk Zen 😅 jangan durhakim kaya si Zevin ya papa nya di kirim ke planet.
Ayuwidia: Wkkk kaya' nya mereka emang 1112, Kak 😆
total 1 replies
Ririn Rira
ternyata si papi posesif ya 😅
Ririn Rira
jangan di harap lagi lah Seruni
Ririn Rira
keren banget si bapak ini
Ririn Rira
Syukur Nofiya cepat datang ya Zen kalau enggak gagap sendiri 😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!