Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29 (Bersitegang)
Marco pun memutuskan untuk pulang, karena tidak ingin Silva dan ibunya semakin bersitegang gara-gara dirinya. Setelah berpamitan pada ibunya Silva, Marco pun beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari rumah Silva.
"Ya udah yah, sayang, aku balik dulu" Marco berpamitan pada kekasihnya.
"Sayang, maafin sikap mami aku yah, tolong jangan kamu masukkan dalam hati semua perkataan mami tadi" Silva meminta maaf pada Marco.
"Iya, sayang, gak apa-apa kok, santai aja, oke" Marco mengerlingkan sebelah matanya sambil mengacak rambut Silva.
"Sifat kamu yang seperti ini, yang buat aku makin cinta sama kamu" kata Silva. Saat Marco ingin masuk kedalam mobil, ibunya Silva keluar dan memanggilnya. Dia meminta Marco untuk tidak pergi dan ikut mengantarnya ke bandara.
"Kamu tetap disini dan antar aku ke bandara" pinta ibunya Silva. Silva dan Marco bingung, lalu saling bertatapan. Hanya dalam hitungan detik, ibunya Silva berubah pikiran. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba berubah pikiran seperti itu.
"Baik kalau begitu, Tante" jawab Marco.
Tak berselang lama, Alex datang dengan motor sport kesayangannya. Tak ingin membuang waktu lagi, mereka berempat masuk kedalam mobil yang dikendarai oleh Marco, setelah Marco memasukkan semua barang bawaan ibunya Silva atas permintaan ibu dari kekasihnya itu.
Sepanjang perjalanan menuju bandara, ibunya Silva dan Alex terlihat begitu akrab, bahkan terkesan tidak memperdulikan Marco yang jelas-jelas sudah membantunya memasukkan barang miliknya dan dengan sukarela juga mengantarkan ke bandara. Namun, ibunya seolah tidak peduli dengan hal itu dan malah menganggap Marco seperti supirnya sendiri.
Silva sendiri kesal dengan sikap ibunya pada Marco. Dia jelas tidak terima kekasih yang dia sayangi diperlakukan seperti itu oleh ibunya.
Sekitar 1 jam kemudian, mereka pun sampai di bandara.
"Eh, kamu turunin semua barangku yah, jangan sampai ada yang ketinggalan" perintah ibunya Silva.
"Sini aku bantu, sayang" Silva menawarkan bantuan.
"Gak usah dibantu, dia bisa sendiri kok, dia kan laki-laki, masa nurunin barang gitu aja gak sanggup" ibunya Silva menarik tangan Silva yang hendak membantu Marco. Alex tertawa dalam hatinya, melihat perlakuan ibunya Silva pada Marco.
"Kasihan nasib kamu, Marco, dijadikan pesuruh sama maminya Silva, rasain tuh" batin Alex kegirangan.
Ibunya Silva mengucapkan salam perpisahan pada Silva serta Alex dengan berpelukan. Namun, saat Marco yang ingin melakukan hal serupa, ibunya Silva malah langsung melengos pergi dan tidak memperdulikan Marco.
Lagi, Marco mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan hatinya. Alex tentu saja tertawa melihatnya, karena dia bisa menilai kalau ibunya Silva tidak menyukai Marco.
"Maminya aja gak suka sama kamu, itu artinya kamu lepasin aja Silva buat aku, karena aku udah diterima baik oleh maminya, tinggal meluluhkan hatinya Silva aja" kata Alex.
"Apa kamu pikir aku mau menuruti permintaan konyol kamu itu, jangan harap! Aku dan Silva saling mencintai, soal maminya Silva, aku yakin suatu saat nanti maminya Silva akan memberikan restu untuk hubungan kita berdua, ini cuma masalah waktu aja" balas Marco dengan percaya diri.
"Kita lihat saja nanti, siapa yang pada akhirnya bisa jadi suaminya Silva, aku yang kaya raya ataukah kamu yang miskin ini" Alex menatap Marco dengan tatapan intimidasi.
"Apa kamu pikir Marco akan terus seperti ini? Hidup ini seperti roda yang berputar, yang diatas bisa dibawah begitupun sebaliknya, jadi, jangan sombong dengan apa yang kamu miliki sekarang, bisa jadi di masa yang akan datang kamu akan kehilangan semua harta yang kamu banggakan, apalagi cuma harta orang tua aja" Silva membela Marco.
"Udahlah, malas aku disini, mending pulang aja" Alex pun berlalu meninggalkan sepasang kekasih itu.
"Sumpah yah itu cowok ngeselin banget, rasanya pengen aku cekik lehernya, biar mampus sekalian!" Silva benar-benar geram pada Alex.
"Udahlah, sayang, gak usah kamu pedulikan orang seperti itu, mending kita balik kerumah yuk" Marco mencoba menenangkan Silva yang tengah marah.
"Ya udah, ayo, tapi, aku mau jalan-jalan bentar sama kamu, kemana gitu, sebagai ganti kencan kita yang gagal waktu itu, gimana, yang" Silva mengusulkan. Sebelum Marco menjawabnya, dia melihat jam di handphonenya. Dimana jam menunjukkan pukul 11:10, yang artinya masih ada waktu sekitar 3 jam lagi, karena Zea sudah pulang sekolah jam 2 siang.
"Kayaknya sih kita masih cukup banyak waktu, ya udah kalau gitu, aku bersedia untuk menuruti kemauan tuan putri" Marco bertingkah ala prajurit kerajaan.
"Apasih, yang, kelakuanmu random gitu" Silva tersenyum melihat tingkah kekasihnya itu.
Mereka berdua pun berjalan sambil gandengan tangan. Silva benar-benar bahagia dan selalu bisa membuatnya tersenyum saat berada disamping Marco. Marco seolah tahu cara agar Silva melupakan masalah yang datang menghampirinya.
Setelah mereka berdua masuk, mobil pun melaju meninggalkan parkiran bandara. Silva menikmati momen berdua dengan kekasihnya, yang tidak selalu bisa dia rasakan.
"Sayang, aku pengen deh setiap hari kayak gini" kata Silva dengan senyuman sumringah.
"Aku juga maunya gitu, tapi, gimana, mami kamu belum merestui hubungan kita. Meskipun begitu, aku akan selalu setia sama kamu dan gak akan berpaling ke yang lain, kecuali...." Marco tidak meneruskan perkataannya, lalu melirik kearah Silva.
"Kecuali apa?" Silva penasaran.
"Kecuali kalau kamu yang ninggalin aku, akan lain lagi ceritanya" jawab Marco.
"Gak dong, sayang, aku gak akan ninggalin kamu, apapun keadaanya aku gak akan berpaling dari kamu" kata Silva dengan yakin. Marco membalas dengan senyum sambil mengelus lembut puncak kepala Silva.
"Eh, sayang, coba deh kamu lihat cewek yang berdiri disana itu" Silva menunjuk seorang wanita yang berdiri di pinggir jalan.
"Eh!" Marco terkejut melihat sosok wanita tersebut.