Badai besar dalam keluarga Cokro terjadi karena Pramudya yang merupakan putra pertama dari keluarga Cokro Tidak sengaja menodai kekasih adiknya sendiri, yaitu Larasati.
Larasati yang sadar bahwa dirinya sudah tidak suci lagi kalut dan berusaha bunuh diri, namun di tengah usahanya untuk bunuh diri, ia di kejutkan dengan kenyataan bahwa dirinya sedang hamil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuning dianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kau tega kepada adikmu?
" uhh.. Sayang.. Ini nenek.. kalian lucu lucu sekali.." mama tiri Pram terlihat gemas dengan kedua anak Pram.
Kebetulan Pram dan Cokro sedang berbincang di ruang tengah, jadi Laras dan mertua perempuannya itu berada di kamar dengan kedua bayinya.
Laras tidak banyak bicara, terus terang saja Laras merasa kikuk, dan terkesan takut dengan apa yang akan terjadi.
Suaminya sedang di luar sana, dengan mertua laki lakinya yang Laras tau benar pasti sedang menekan suaminya.
" jangan beraktifitas terlalu berat ras, sebelum jahitanmu benar benar kering jangan kau gendong bayimu.." suara mertua perempuannya itu terdengar begitu lembut.
Laras membisu, ia meremas tangannya tanpa sadar, hal itu sering ia lakukan ketika sedang dalam kegelisahan atau tekanan yang ia rasa tidak mampu ia lalui.
" apakah kalian tidur satu kamar?" tanya mertua perempuannya itu tanpa menatap Laras, perempuan yang masih bisa di bilang cantik itu menatap kedua bayi Laras dengan tekun.
" maksudnya? Dengan anak anak?" tanya Laras dengan suara kikuk,
" dengan Pramudya.. Apa kau tidur sekamar dengan Pramudya?" kali ini mertuanya itu mengalihkan pandangannya pada Laras.
Laras terlihat bingung dan gelisah,
" tidak.. Tante.." jawab Laras susah payah.
mendengar itu mertua perempuannya itu berjalan mendekat ke arah Laras yang masih terduduk di atas tempat tidur.
" kau tau bukan kalau Elang akan cuti?"
Laras lagi lagi diam, ia tertunduk.
" Seandainya kau dan elang tidak punya hubungan, aku akan senang sekali dengan hubunganmu dan Pram..
Apalagi ada dua makhluk kecil itu,
Aku juga seorang ibu ras..
Di pisahkan dari anak kandung kita sendiri pastinya tidak akan menyenangkan,
Tapi kau tidak benar benar berpisah dengan mereka,
Kau masih bisa melihat mereka setiap hari,
Bahkan mengasuh mereka sebagai tantenya,
Kau mengerti bukan apa yang mama maksud ras?" mertuanya itu duduk disamping Laras.
Menatap Laras yang tertunduk,
" mama tau, hal ini di luar kemauanmu..
mama tidak menganggapnya sebagai sebuah pengkhianatan karena di terjadi tanpa kalian sengaja,
Tapi mama akan menganggapnya sebuah pengkhianatan jika kau dan Pram tidak berpisah setelah ini.." suara yang lembut itu seperti sebuah peringatan yang halus.
" Elang sudah menumpuk rindunya, tega kah kau memberinya kenyataan yang sungguh pahit?
bukankah sebelum hal ini terjadi hubungan kalian sangat baik,
Kau bahkan berkata akan menunggunya selama ia menempuh pendidikan..
Jadi mama harap kau tetap pada keputusannya semula,
bertindak seperti tidak terjadi apapun dan kembali pada Elang,
Elang hanya cuti sebentar,
Selama cuti kau harus bertindak seperti biasanya,
Soal bekas jahitanmu kita usahakan mencari dokter yang baik agar bekas itu memudar,
Mama akan membantumu untuk mengembalikan bentuk tubuhmu seperti semula.."
Laras benar benar membisu sekarang, ia tertunduk dalam, menyembunyikan matanya yang sudah penuh oleh air mata.
" mama bukannya tidak melihat bagaimana cara Pram menyentuhmu,
Mama juga bisa melihat kau yang membalas sentuhan itu..
mama berpikir positive.. Kalian seperti itu mungkin karena kalian terlalu lama hidup dalam satu atap, bertemu dan melihat setiap hari..
Belum lagi kau sedang hamil, pastinya anak anak mu butuh di sentuh oleh papanya.
Baiklah, mama mengerti, mama tidak akan menjadikan itu masalah besar,
Tapi tolong, Minggu depan segeralah kau kembali pada keluargamu,
Tinggallah kembali disana demi kebaikanmu dan Pram,
Putra dan putrimu percayakan pada Pram,
Tentu saja mama akan membantu merawat mereka,
Dan dengan pengawasan Bu Yati semua akan baik baik saja,
Jangan khawatirkan apapun ras,
Semua akan berjalan kembali dengan benar jika kau teguh dengan rencanamu di awal.."
Dan akhirnya air mata Laras jatuh,
Tentu saja mertua perempuannya melihat itu.
Sementara di ruang tengah,
Cokro duduk di sofa besar berwarna hitam, sementara Pram duduk di bagian sofa yang lain tidak jauh dari papanya.
Suasana yang tegang dan kaku dapat dirasakan oleh para pembantu dirumah itu.
Bahkan Bu Yati yang sedang berdiri di dapur merasa khawatir dengan tuan mudanya itu.
Ruangan yang luas itu terasa begitu hening, hingga suara Cokro bisa terdengar dengan jelas oleh para pembantu yang sesungguhnya juga berusaha menguping dari kejauhan.
" Aku tidak mau tau Pram. Seminggu dari sekarang Laras sudah harus kembali kerumah orang tuanya." suara Cokro tegas.
" melihat sikapmu yang seperti itu kami sudah Tidak mungkin lagi percaya padamu.
Kau lupa Laras itu siapa?
Dia kekasih adikmu!
Bisa bisanya kau bersikap seperti itu?!
Dia itu masih sangat muda, aku tidak bisa menyalahkannya,
Tapi kau, kau yang seharusnya bisa menahan dirimu.
Untuk apa kau seperti itu? Kau sengaja membuatnya nyaman dan tidak bisa lepas darimu?!"
Pram terlihat menahan diri,ia masih duduk diam dan tenang.
" Papa yang akan mengurus perceraian kalian, kau fokus saja bekerja dan urus anak anakmu ketika kau senggang.
Mamamu juga tidak akan diam saja, dia akan membantumu dengan segala kebutuhan bayi bayimu." Cokro menatap putra pertamanya itu tanpa celah, seakan tidak akan memberi kesempatan Pram untuk menjawab apapun.
" Elang sudah mengamuk, karena ia tidak bisa menghubungi Laras selama ini.
jangan kau tambahkan kesedihan elang dengan sikapmu ini.
Ingat! Laras bukan milikmu! adikmu mencintai Laras! Dan Laras mencintai adikmu!
Disini kau harus sadar diri.
Apapun yang kau minta akan kuberikan.
Asal jangan kau usik kebahagiaan adikmu."
Entah kenapa ucapan papanya itu begitu menusuk hati Pram.
Sungguh dalam setiap kalimat papanya hanya ada elang dan elang,
Lucunya,
Meskipun dalam hukum Laras adalah jelas jelas istrinya,
papanya tetap tidak mau mengakui bahwa Laras adalah istri dari Pramudya.
Bagi papanya, Laras hanyalah milik Elang dan elang.
langsung main todong aja si bapak nih
apalagi bininya pake acara yg terencana hanya demi anak keduanya si Elang
heran sama modelan orang tua gini