Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14.Surat.
Sedangkan gadis bersurai blonde yang tertutup oleh jubah bertudungnya. Kini tengah berdiri di balik pohon untuk memperhatikan sebuah kereta kuda yang akan segera pergi dari tempat tersebut.
"Ternyata ini tempat mereka!" Gumamnya, memperhatikan dengan mata yang tidak berkedip.
Senyuman miring terbit di bibir ranumnya. Melangkah ringan tanpa peduli lumpur basah itu akan mengotori sepatunya. "Persetan dengan itu semua!" Batinnya angkuh.
"Berhenti!" Teriaknya datar dan dingin.
Berdiri angkuh di depan kereta kuda yang tengah berjalan, untung kusir kereta itu dengan cepat menarik tali kekang kudanya. Hingga kedua kuda meringis dengan kakinya yang terangkat tinggi. Kereta kuda bergoyang kuat akibat ketidak seimbangan yang terjadi.
"SIAPA KAU BERANI MENGHAMBAT PERJALANAN,KU!" Teriak kusir kereta tak kalah dingin.
"KAU INGIN TAU SIAPA,AKU? AKU ADALAH GADIS PENCABUT NYAWAMU!" Seringainya tersenyum tipis.
Benar saja,dengan ucapan seperti itu kusir kereta kuda menjadi geram dan marah. Dia, menjalankan kereta kuda hendak menabrak Raeba yang berdiri angkuh di depannya.
"HAHA..KAU TERTIPU!" Ledeknya saat kereta kuda meluncur begitu saja tanpa mengenai apapun, hanya angin yang di terjang oleh kereta kuda.
"KURANG AJAR!" Geram kusir kereta kuda menggema. Namun kereta kuda yang di jalankan terus melaju tanpa mau di berhentikan, kudanya.
Raeba, berlari mengejar kereta kuda yang tak kunjung berhenti melompat naik,dan menggantikan posisi kusir itu.
"KAU!!"
Buk!
Kusir kereta langsung terjungkal,terjatuh di tanah basah setelah Raeba memukul leher bagian depannya.
•••
Aya, berseru riang ketika melihat Nonanya berjalan ke arah mereka sambil membawa lima orang anak-anak,3 perempuan dan 2 laki-laki.
Anak-anak itu terlihat sangat bahagia, karena temannya kembali. Berbeda dengan anak laki-laki bernama,Kibra, Dia terlihat melamun dengan tatapan mata yang sulit di artikan.
Raeba, mengetahui itu,tapi ia tidak mau bertanya. Karena mereka harus segera pergi dari tempat tersebut sebelum komplotan kusir itu datang,dan menghambat langkahnya untuk membawa pergi anak-anak itu.
Tidak lama kemudian seorang pemuda datang dengan membawa tiga kereta kuda yang masing-masing dari kusir itu adalah anak buahnya.
"Ayo cepat,masuk! Sebelum penjahat itu datang lagi." Suruh Raeba yang di angguki ke lima belas anak-anak gelandangan tersebut.
Kereta kuda segera pergi membawa anak-anak,tinggal Raeba, Aya, dan satu orang pemuda yang menggunakan pakaian jubah hitam, wajahnya yang tidak tertutup apapun terlihat begitu tampan.
Kulit pemuda itu putih dengan surai berwarna cokelat,iris matanya berwarna kuning kecoklatan.
"Kau terlihat sangat tampan malam ini." Puji Raeba, saat menatap pemuda itu.
"Anda, terlalu jauh memuji Saya, Nona Raeba." sahutnya dengan tenang, tidak termakan oleh candaan,Raeba.
"Terima kasih, atas bantuan Anda,tuan muda,Zagra Narous. Saya, sangat terbantu sekali dengan kerja keras, Anda." Ucap Raeba dengan formal.
"Sama-sama,Nona Raeba. Saya jauh lebih berterima kasih kepada Anda karena sudah membantu Saya,dan Ayah Saya,melindungi anak-anak itu dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab." Jawabnya,dengan menunduk sambil memegang sebelah dadanya sebagai tanda hormat.
"Hem." angguk Raeba dengan santai.
Zagra Narous adalah anak dari pasangan Viscount Geragna Narous dan Viscountess Azmare Hipka Narous. Mereka pemimpin kota Delia. Selama ini mereka yang kurang mengetahui bagaimana situasi keadaan pelosok desa karena di tiap-tiap desa sudah di berikan pengurus seperti kepala desa, sebagai pemimpin keseluruhan kota, Viscount Geragna Narous hanya meminta bantuan kepada para bawahannya untuk memberikan informasi.
Zagra Narous, mengikuti pandangan mata Raeba pada pohon besar di sana. Betapa bodohnya Dia yang mengira bahwa Raeba dan Aya berjalan kaki ketempat tersebut.
"Anda menunggangi kuda itu,Nona Raeba?" tanya zagra dengan polosnya.
Raeba, tersenyum tipis menutupi kelucuan yang di tampilkan wajah keterkejutan,Zagra. Bagaimana tidak, pemuda itu belum mengetahui banyak hal tentang gadis bercadar tipis itu.
"Hem. Jika menggunakan kereta kuda,akan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mengunjungi tempat tersembunyi seperti ini, jadi lebih baik menunggangi kuda agar lebih cepat." Tutur Raeba menjelaskan.
Zagra Narous, tidak lagi bertanya. Ia, begitu takjub dengan bakat Raeba dan Aya yang seharusnya masih anak manja sepertinya Nona pada umumnya. Zagra Narous yang sangat jarang berbaur dengan wanita jadi sedikit penasaran dengan yang namanya wanita.
Pemuda itu sangat sibuk dengan urusan pekerjaan yang di berikan sang,Ayah. Sebagai anak tunggal Dia harus bisa menjadi seperti Ayahnya,yang mengurus kota dengan baik,sebagai pewaris turun temurun.
"Berhati-hatilah, Nona Raeba! Saya akan menunggu kedatangan Anda di markas besok siang." Ucap Zagra, saat mereka akan melakukan perjalanan.
"Hem. Terima kasih,aku akan datang sesuai dengan rencana kita. Jangan lupa, mengabariku tentang perkembangan kasus anak-anak!" Jawab Raeba dengan santai.
Mereka segera menaiki kuda masing-masing, melakukan perjalanan ke arah yang berbeda. Raeba harus kembali sekarang karena tadi sore ia mendapatkan kiriman surat dari,Cintea Maglio. Untuk urusan pekerjaannya dengan Zagra Narous,besok siang ia akan menemui pemuda itu di markasnya.
•••
Di sebuah kediaman yang berada di tengah hutan lebat,seorang pemuda memandang senyapnya malam hari dari jendela kamarnya yang terbuka. Menghirup udara segar di waktu malam hari adalah kecanduannya.
Dengan di temani secawan teh panas dan kudapan sebagai pelengkapnya. Tangannya sibuk membalik buku tanpa di bacanya, hanya sebagai teman di kala sepi.
Pintu kamar di ketuk tiga kali dari luar. Mengalihkan atensi pemuda itu hingga akhirnya menyudahi hiburan sepinya.
Berjalan mendekati pintu kamar, membuka pintu untuk mengetahui siapa yang mengganggu waktu kesendiriannya.
"Leader?" Datarnya.
Leader, yang di panggil langsung mendongakkan kepalanya menatap ke arah tuannya. "Tuan,ada surat dari Tuan muda Zagra Narous." Ucapnya, memberikan selembar kertas yang di gulung kecil dan di ikat dengan benang sutra.
"Hem." Angguknya, mengambil surat itu dari tangan,Leader.
Rain—pemuda berkulit putih pucat, hidung kecil dan mancung, wajahnya tirus dengan rahang tegas, matanya kecil bulat seperti bola api yang menyala begitu terang.
Rain,mengambil posisi duduk bersandar pada kepala sofa yang menghadap ke arah luar jendela kamarnya. Sebelum membuka surat itu, Dia membenarkan letak kacamatanya terlebih dahulu agar lebih jelas saat di gunakan untuk membaca.
Seringai tipis menutupi degupan jantungnya. Pemuda itu menautkan kedua alisnya saat membaca bagian terakhir dari surat yang di kirimkan Zagra Narous untuknya.
"Saya tunggu kehadiran Anda, Tuan Rain yang terhormat!!"
Buru-buru meremas surat itu dan menyimpan di laci meja yang di pakai untuk menaruh makan,beranjak dari duduknya dan berjalan lebar keluar dari dalam kamar.
"Leader?" panggilnya, saat pintu sudah terbuka dengan lebar.