***
Karena kebodohannya sendiri, Grace harus menghadapi sebuah insiden tak terduga di dalam hidupnya. Dimana dia terpaksa harus terlibat dengan seorang laki-laki yang ia temui disebuah club. Saat itu dia mendapatkan dare untuk mencium seorang pria random disana. Namun sayangnya karena ciuman sialan itu mengantarkannya pada sebuah penyesalan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Pria yang ia cium itu ternyata bukan orang yang sembarangan. Dia merupakan CEO dari sebuah perusahaan besar yang sangat berpengaruh sekali. Karena pengaruhnya itulah mau tak mau Grace harus membayar mahal atas tindakan bodohnya malam itu.
Akankah Grace sanggup membayar hal tersebut?
***
HALLO GUYS IM BACK!!!
BIJAK DALAM MEMBACA YA! BANYAK MENGANDUNG UMPATAN, DAN TENTU SAJA ADEGAN YG HM-HM. DOSA DITANGGUNG SENDIRI. SIAP-SIAP BAPER WKWK.
Ig : oviealkhsndi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ovie NurAisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
***
Marvin menatap wajahnya yang dipenuhi cukup banyak lebam. Lebam itu berasal dari tinjuan dan pukulan yang ia dapatkan dari Atlas. Marvin akui, dia memang tidak sepandai Atlas dalam bela diri. Tapi untuk urusan lain, Marvin selalu yang terdepan.
Sebenarnya menganggu gadis itu tidak masuk dalam rencananya. Tapi karena dia dekat dengan Atlas dan bahkan bekerja pada pria itu, alhasil dia akan dijadikan sasaran juga. Salah sendiri bergabung dengan perusahaan itu. Mana lagi dia langsung diangkat sebagai sekretaris. Karena setahu Marvin, selama bertahun-tahun ini Atlas tidak pernah mempekerjakan wanita sebagai sekretarisnya. Makanya saat mendapatkann kabar itu dia seketika terkejut dan tentu langsung menyusun rencana.
"Tuan."
Marvin mengalihkan tatapannya dan menatap anak buahnya yang baru saja tiba di ruangannya.
"Bagaimana?" tanya Marvin.
"Cctv berhasil kami hapus. Atlas tidak akan menemukan bukti apapun, selain itu cleaning service yang tidak sengaja melihat adegan itu sudah kami amankan. Setelah diselidiki lagi, tidak ada orang lain yang tahu selain cleaning service itu," jelasnya.
"Baguslah kalau begitu. Bun*h saja cleaning service itu, dari pada nanti ditemukan oleh bajingn Atlas, yang ada hal itu malah akan membahayakan aku."
"Baik tuan."
"Apa kau sudah menemukan data gadis itu? Aku ingin tahu siapa dia sebenarnya sampai-sampai Atlas menjadikannya sekretaris."
Bawahannya itu mengeluarkan tablet dan menunjukan data diri gadis yang dimaksudnya. Yaitu Grace.
"Hanya ini? Apa tidak ada yang lain?" tanya Marvin. Masalahnya data diri gadis ini sangat singkat sekali, hanya terdiri dari tiga baris saja. Bahkan tanggal lahirnya pun tidak ada disini. Hanya ada nama panjangnya saja, yaitu Gracellina.
"Hanya itu yang kami temukan tuan. Kami sudah mencona mencarinya kemana-mana, bahkan kami juga mencoba meretas identitasnya, sayangnya sangat sulit sekali. Ada security yang melindungi datanya. Dan saya belum menemukan siapa security yang berada dibalik itu semua."
"Misterius sekali. Bukankah dia hanya seorang gadis lemah biasa?" gumam Marvin keheranan.
"Kembalilah."
"Permisi tuan."
Marvin kembali menatap wajah gadis itu melalui foto yang ada di dalam tablet tersebut. Dia memang cantik, wajahnya khas sekali. Apalagi dengan warna matanya itu.
"Sepertinya bajingn Atlas menyukainya atau mungkin hanya menjadikan wanita ini sebagai mainannya saja. Kasihan sekali."
***
Dihari ia sadar dan merasa tubuhnya lebih baik, ia memutuskan untuk segera kembali ke rumah ibu Lita. Namun sayangnya Atlas menahannya dan tidak membiarkan ia pergi begitu saja.
Selain kesal karena tidak dibiarkan pulang, Grace juga kesal karena Atlas tidak menyetujui kemauannya untuk keluar dari perusahaan itu. Dia tidak mengatakan dengan pasti tujuannya mempertahankan Grace dan menolak kemauan Grace itu. Tapi sepertinya ada hal yang membuatnya mempertahankan dia diperusahaan.
Helaan nafas kasar keluar dari mulut Grace. Sudah dua hari berlalu dia berada diruangan serba putih yang cukup bau dengan obat. Memang tidak intens, tapi bau itu tetap saja selalu ada. Kadang-kadang Jenna selalu mual ketika mencium baunya. Hal itu mengingatkan ketika ia dulu.
Dulu ketika ia masih kecil, ia memaksa sang ayah untuk mendaftarkannya sekolah kedokteran saat ia dewasa. Tapi sang ayah menolaknya. Ternyata penolakan ayahnya itu benar-benar tepat. Grace kurang cocok berada di bidang kedokteran. Meskipun kesal saat itu karena ditolak.
Ah iya, ayah dan ibunya. Dia merindukan mereka berdua. Apa mereka berdua tahu tentang keadaannya ini? Sepertinya iya. Mereka tidak mungkin menutup mata dan telinga dengan apa yang ia alami. Grace juga yakin, setelah ia keluar dari rumah sakit, ia pasti akan diceramahi oleh mereka berdua.
Grace mengalihkan pandangannya ke arah pintu saat mendengar pintu terbuka. Disana muncul sosok Atlas sembari membawa satu paper bag yang entah apa isinya.
"Makanan untuk mu," ucapnya.
"Aku tidak butuh makan. Aku hanya ingin kau menuruti kemauan ku," tutur Grace.
"Hal itu tidak akan mungkin. Jadi jangan banyak berharap."
"Sebenarnya apa masalah mu? Bukankah itu hak ku?"
"Tapi kau sudah menandatangi kontrak kerja selama satu tahun ke depan, dan kontrak kerja di perusahaan selama tiga tahun ke depan."
Tiga tahu?! Apa dia gila?!
"Setahu ku saat menandatangi kontrak, tidak ada perjanjian kerja sama selama tiga tahun. Aku hanya perlu melakukan masa percobaan sekitar satu bulan dan sisanya aku bekerja selama sebelas bulan. Satu tahun pas!"
Atlas tersenyum miring. "Seharusnya sebelum kau memutuskan bekerja sama dengan ku, kau mencari tahu tentang ku dulu."
Atlas mengambil duduk disamping Grace. Kebetulan gadis itu tengah duduk di sofa yang berada di dekat jendela keluar.
"Kurang kerjaan."
"Karena kurang kerjaan itu membuat mu tidak bisa keluar dengan mudah dari perusahaan ku."
"Crazy! Sebenarnya apa tujuan mu dengan menahan ku?" tanya Grace.
"Kau kompeten, aku tidak akan melepaskan orang kompeten begitu saja."
"Listen! Diluar sana masih banyak orang yang lebih kompeten dibanding aku. Jadi aku harap, ACC kemauan ku keluar dari perusahaan mu!" sentak Grace dengan nada cukup tinggi.
"In your dream's, Naughty girl."
Grace meremas kuat jarinya. Demi apapun dia sangat kesal sekali dengan sikap pria ini. Belum lagi ekspresinya itu, argh! Grace tidak tahan ingin mencakarnya!!
Memilih mengabaikannya, Grace langsung bangkit dari duduknya dan berjalan membawa tiang infusan. Anehnya, kenapa dia masih harus diinfus? Padahal dia saja sudah merasa lebih baik.
Tanpa aba-aba, Grace menarik jarum infusan yang menempel di tangannya dan menghempaskan infusan itu begitu saja. Atlas yang berada cukup berjarak dari gadis itu langsung berdiri dan berjalan cepat menghampirinya.
"KAU GILA?"
"Kau yang lebih gila."
"Tangan mu berdarah!" ucap Atlas seraya menarik tangan kiri Grace.
Dan benar saja, punggung tangan kiri gadis itu terluka. Dengan cepat Atlas menghapus darah itu, namun ternyata ia masih kalah cepat dengan gadis ini. Sebab gadis ini menarik tangannya dan menjil*t darah itu dengan gerakan sensual, seolah sedang menggoda Atlas.
"Lebay," rutuknya.
Grace pun segera pergi dari hadapan Atlas dan berjalan ke kamar mandi. Sementara Atlas, dia hanya diam melongo melihatnya. Dasar gadis nakal!
Di dalam kamar mandi, Grace langsung menyalakan keran dengan cukup keras, untung turbin airnya besar, jadi suara air bisa meredam dirinya yang sedang mual karena baru mejil*t darahnya sendiri.
Wajah Grace memerah menahan jijik sekaligus mual. Dia paling anti dengan darah dan bau obat-obatan. Dan dengan gilanya tadi dia malah menjil*t darahnya sendiri.
"Gue kadang ogeb juga ya? Udah tahu anti sama yang begituan, ini malah dijil*t. Sarap anjir!" umpatnya pelan sembari menatap pantulan wajahnya di depan cermin.
Tok... tok.. tok..
Tiba-tiba....
tbc.
makasih ya udah 1.2k nih popnya. Bisa yu makin banyak hehehe
kalau mau kan mesti Sah in dulu aduhhh bang sabar Napa bang
cuman belum sampai perkenalan aja ini duh Thor lanjut
sorry Thor Baru sempet baca
takut kecebur dalam cinta karena kepura-puraan .....💪💪