NovelToon NovelToon
Lagu Dendam Dan Cinta

Lagu Dendam Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa / Menikah dengan Musuhku / Pengasuh
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Susri Yunita

Dalam hidup, cinta dan dendam sering kali berdampingan, membentuk benang merah yang rumit. Lagu Dendam dan Cinta adalah sebuah novel yang menggali kedalaman perasaan manusia melalui kisah Amara, seseorang yang menyamar menjadi pengasuh anak di sebuah keluarga yang telah membuatnya kehilangan ayahnya.

Sebagai misi balas dendamnya, ia pun berhasil menikah dengan pewaris keluarga Laurent. Namun ia sendiri terjebak dalam dilema antara cinta sejati dan dendam yang terpatri.

Melalui kisah ini, pembaca akan diajak merasakan bagaimana perjalanan emosional yang penuh liku dapat membentuk identitas seseorang, serta bagaimana cinta sejati dapat mengubah arah hidup meskipun di tengah kegelapan.

Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sebenarnya dari cinta dan dampaknya terhadap kehidupan. Seiring dengan alunan suara biola Amara yang membuat pewaris keluarga Laurent jatuh hati, mari kita melangkah bersama ke dalam dunia yang pennuh dengan cinta, pengorbanan, dan kesempatan kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susri Yunita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29. Mia Kritis

yang pasti, Tanpa terasa, tiba-tiba jatah makan siang pasien pun tiba, Menandakan Amara akan segera pulang hari itu. Dante mengambil nampan berisi makanan serta sayuran yang diantarkan petugas rumah sakit.

“Aku tidak lapar,” ucap Amara ketika Dante menyodorkan sendok.

“Kau harus makan,” balas Dante tegas. “Kau butuh tenaga untuk pulih sepenuhnya.”

Amara menatapnya tajam. “Dante, aku bisa makan sendiri.”

“Tentu saja bisa,” jawab Dante dengan nada yang sama seperti sebelumnya. “Tapi biarkan aku menyuapimu kali ini.”

Amara menggeleng, tetapi Dante tetap menyodorkan sendok ke bibirnya. Setelah beberapa detik ragu, ia akhirnya menyerah. Ia membuka mulut dan membiarkan Dante menyuapinya. Momen itu terasa semakin canggung, karena mereka berhadapan dengan begitu dekat. sangat menyiksa tetapi juga penuh kehangatan.

“Aku merasa seperti anak kecil,” gumam Amara, akhirnya sedikit tersenyum.

Dante tertawa pelan, lalu menatap lekat Amara,  “Setidaknya kau anak kecil yang patuh sekarang. Itu yang penting,” Dante menggodanya. Amara terpaksa menghabiskan semua makanannya sesuai keinginan Dante, kalau tidak, Dante mengancam akan menyuapi wanita yang ada di hadapannya itu melalui mulutnya.

"Kau menjijikkan," caci Amara dengan jengkel sembari memuku-mukul dada atletis milik Dante dengan tenaganya yang lemah. Dante menangkap tangan kecil Amara dengan tangan kanannya, sementara tangan lainnya masih memegang piring makan Amara.

Dante lalu berkata setengah berbisik sembari menggenggam dan meletakkan telapak tangan Amara di dadanya, tepat di hatinya, "Kau menyakitinya, Amara. Begitu menyakitinya," katanya. Hening, mereka bertatapan, Amara merasakan irama jantung lelaki yang ia rindukan itu dengan jelas. Detak jantung yang tidak teratur, namun dalam. Jemarinya tak terasa bergerak pelan mengelus seperti lagu yang ingin menenangkan dan menghalau semua rasa sakit itu.

Begitu tersadar, dan kembali pada kenyataan, Amara menarik tangannya cepat. Dante tersenyum tipis merasakan kehangatan yang telah lama ia rindukan itu, ia masih menatap wajah salah tingkah Amara dengan cermat, wajah pucat, namun tetap begitu cantik di hati Dante, sakitnya tidak menutupi keindahannya.

Dante lalu membantu Amara menyipakan dan memastikan Amara untuk meminum obatnya sebelum pulang.

Setelah memastikan semua barang Amara sudah dibawa, Dante membantunya berdiri. Amara mencoba berjalan sendiri, tetapi tubuhnya masih lemah. Tanpa berkata apa-apa, Dante membungkuk dan mengangkatnya ke dalam gendongan.

“Dante! Apa yang kau lakukan? Aku bisa berjalan sendiri!” protes Amara, wajahnya memerah.

“Kau mungkin bisa, tapi aku tidak akan membiarkanmu,” jawab Dante tenang, langkahnya mantap menuju lift.

Amara akhirnya menyerah, menyandarkan kepala di bahu Dante. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena lemah, tetapi karena kehadiran pria itu yang masih terasa begitu akrab.

Saat mereka tiba di mobil, Dante dengan hati-hati menempatkan Amara di kursi penumpang, memasangkan sabuk pengaman untuknya. Amara hanya diam, menatapnya dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan.

Ketika mereka tiba di rumah, Dante kembali membantu Amara keluar dari mobil. Alessia dan Nico sudah menunggu di depan pintu, wajah mereka penuh kekhawatiran. Nico berlari menghampiri Amara, memeluknya erat.

“Ibu ... Ibu Mara, kau sudah pulang! Aku takut sekali,” kata Nico, hampir menangis.

Amara membelai rambutnya dengan lembut. “Aku baik-baik saja, Nico. Maaf membuatmu khawatir.”

Dante berdiri di samping, menyaksikan momen itu dengan senyum kecil. Alessia menghampirinya, menepuk bahunya pelan.

“Kau melakukan yang terbaik, Dante,” bisik sang kakak.

Dante hanya mengangguk, pandangannya masih tertuju pada Amara. Dalam hatinya, ia tahu Alessia benar dan tahu apa maksudnya. Tetapi untuk saat ini, yang penting adalah memastikan Amara benar-benar pulih, meskipun itu berarti ia harus tetap berada di sisinya, meski hanya dari kejauhan.

Tak lama setelah Dante mengantar Amara pulang siang itu, sebuah telepom yang Mengancam masuk ke ponsel Dante. Sebuah panggilan darurat dari rumah sakit tempat Mia dirawat. Di telepon, Nyonya Hart menangis histeris, meminta Dante segera datang dan memenuhi permintaan terakhir Mia. Hal itu membuat Dante semakin panik. Ben, yang menyetir mobil, melirik Dante melalui kaca spion.

“Semua ini terasa aneh, Bos. Panggilan mendadak ini… dan kondisi Mia yang tiba-tiba kritis?”

Dante hanya menggelengkan kepala, wajahnya tampak tegang. “Aku tak bisa ambil risiko. Kalau benar-benar terjadi sesuatu, keluarganya akan menuduhku,” tanggap Dante

Begitu tiba di rumah sakit, Dante disambut oleh orang tua Mia, Tuan dan Nyonya Hart, yang tampak berurai air mata.

“Mia kritis, Dante! Dia menyebut-nyebut namamu sebelum pingsan, keinginan terakhirnya adalah menikah denganmu” ucap Nyonya Hart histeris.

Dante tak percaya dengan semua itu, ia kemudian bergegas menuju kamar Mia. Begitu masuk ke Ruang ICU, ia melihat Mia terbaring dengan selang oksigen, wajahnya tampak pucat. Seorang dokter berdiri di samping tempat tidur, mencatat sesuatu di clipboard-nya.

“Bagaimana keadaannya, Dokter?” tanya Dante dengan nada cemas.

“Saat ini kondisinya kritis, ada tekanan emosional yang memperburuk penyakitnya,” jawab dokter itu. “Saya sarankan dia tidak mengalami stres lebih lanjut dan berharap keluarganya memenuhi semua yang ia inginkan,” terang dokter itu. Dante berdiam beberapa saat di samping ranjang pesakitan Mia setelah berbicara dengan dokter yang menangani Mia.

Jauh di lubuk hatinya, sebenarnya Dante juga sangat prihatin terhadap Kesehatan Mia yang menderita gagal jantung kongestif di usianya yang masih relative muda. Namun Dante juga tidak bisa ditekan untuk menjadi satu-satunya orang yang mampu memberinya semangat, terutama perhatian itu harus lebih dari seorang teman.

Di Tengah kekalutan pikirannya itu, Mia membuka matanya perlahan, lalu tersenyum lemah ketika melihat Dante.

“Kamu… datang…” suaranya terdengar serak.

Dante masih duduk di kursi di samping tempat tidurnya. “Tentu saja aku datang. Jangan terlalu banyak bicara, Mia. Kamu butuh istirahat.”

Mia menggeleng pelan. “Aku takut, Dante… Takut kehilangan kamu…”

Dante hanya diam tak menanggapi.

“Mau kah kau…”

Tiba-tiba Mia Kembali pingsan. Semua perawat dan dokter dipanggil, kedua orang tua Mia Kembali histeris. Tuan Hart menarik Dante keluar ruangan setelah beberapa saat kondisi Mia dikatakan Kembali stabil oleh dokter.

“Lihat sendiri, Dante. Mia mencintaimu sepenuh hati. Dia tidak akan bertahan jika kau meninggalkannya,” kata Tuan Hart dengan nada penuh tekanan.

Dante menatap mereka dengan mata tajam. “Aku tidak pernah menjanjikan apa pun kepada Mia. Jika aku ada di sini, itu karena aku peduli sebagai teman, bukan lebih.”

Nyonya Hart menghela napas berat. “Dante, kamu tahu keluarga kami tidak akan tinggal diam kalau Mia terluka. Ingat, ada banyak hal yang bisa kami lakukan jika kamu tidak memenuhi harapan kami.  ”

Dante mengepalkan tangannya, tetapi ia mencoba tetap tenang. “Aku sudah bilang, aku akan bertanggung jawab terhadap semua urusan keluarga dan bisnis. Tapi memaksaku menikahi Mia bukan solusi," katanya.

Setelah berbicara dengan kedua orang tua Mia, Dante kembali masuk ke kamar Mia. Mia tampak lemah, tetapi ada kilatan di matanya yang menunjukkan bahwa ia mendengar sebagian dari percakapan Dante dengan orang tuanya.

“Kau… masih tak mau, ya?” tanya Mia dengan nada lirih.

“Mia, bukan seperti itu…” Dante berhenti, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Aku nggak ingin kamu merasa aku di sini karena paksaan. Aku mau kamu fokus sembuh dulu.”

Mia tiba-tiba menangis pelan, air matanya mengalir. “Tapi aku sakit, Dante… Aku nggak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan…”

Dante terdiam, hatinya diliputi rasa bersalah. Ia tahu Mia menggunakan kondisinya sebagai alat untuk menekan dirinya, tetapi ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa Mia memang sakit.

“Beristirahatlah, Mia. Aku akan selalu memastikan kau mendapatkan perawatan terbaik,” ucap Dante akhirnya, menghindari pembicaraan tentang pertunangan atau pernikahan.

Saat Dante hendak berpamitan pulang sore itu, Tuan Hart mencegah Dante dan menunjukkan sebuah foto seorang Wanita kehadapan Dante.

“Kurasa kau tidak asing dengan Wanita ini, bukan? Dante terbelalak.

1
Umi Barokah
bab 23..?
Umi Barokah
wah .. wah ... hai Dante....🤗 sini tak bujuk...
Umi Barokah
recommended sih. . bikin penasaran sama tokoh Amara akan ambil keputusan akhirnya gimana...
Shuyu: terima kasih supportnya..
total 1 replies
Umi Barokah
huuuuwwww.... ditunggu
Umi Barokah
nanti kalau ketahuan gawat si Amara ini
Umi Barokah
semangat kaka..
Shuyu: siip...
total 1 replies
Apaqelasyy
Perasaan campur aduk. 🤯
Shuyu: owke, nanti ku chek lagi ya buat perbaikan. btw makasih komen nya.
total 1 replies
edu2820
Makin penasaran dengan kelanjutannya!
Shuyu: siap siap episode selanjutnya kaka...insyallah up hari ini. makasih sdh baca.../Applaud/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!