Seorang remaja benama Freis Greeya hari memikul takdirnya sebagai penerus dari WIND. Untuk menghentikan pertumpahan darah dan pemberontakan yang dilakukan Para Harimau.
Ini adalah kisah cerita perjalanan Freis Greeya dalam memenuhi takdirnya sebagai seorang WIND, Sang Pengendali Angin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MataKatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal dari Sebuah Akhir
Bulan ke 6, Tahun 1248
Pertemuan untuk mengadakan perundingan tentang persekutuan antara tiga Ras Half-blood di prosdimos pun telah usai. Dirinya, Rivian Aaron, dan juga Thaos Greg pun telah mencapai sebuah kesepakatan. Segala tentang perencanaan penyeranganpun telah dikerjakan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Prosdimos, para Ras Half-blood mengadakan sebuah persekutuan yang menggabungkan para prajurit milik mereka.
Sejumlah pasukan Ras Elang pun telah tiba kemarin. Mereka ingin ikut serta dalam latihan bersama yang diadakannya untuk para prajuritnya bersama dengan prajurit Ras Harimau milik Thaos Greg. Semua demi keberhasilan penyerangan yang nantinya akan mereka lakukan. Penyerangan ke istana kerajaan The Tiger Kingdom, lebih tepatnya ke bekas kuil suci dataran prosdimos, Kuil Anemos.
Rivian pun mulai terlihat sesekali berbincang dengan Thaos untuk membahas latihan-latihan yang harus dijalani para pasukan. Hal itu cukup melegakan baginya melihat Rivian mulai menerima kehadiran Thaos.
Ia sendiri di jauh dalam lubuk hatinya merasa sangat bersyukur dengan adanya pelatihan gabungan ini. Karena pada dasarnya dirinya, bukan tapi seluruh pasukannya tidak memiliki pengalaman berperang yang cukup baik. Itu semua dikarenakan para leluhur Raja terdahulu dari Kokki’al selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kedamaian, serta menentang dengan keras segala hal yang berbentuk kekerasan, termasuk peperangan.
Baginya, kemenangan para prajuritnya atas pasukan The Tiger Kingdom saat pertempuran di Ibukota Kerajaan yang lalu merupakan sebuah keajaiban yang menakjubkan. Para prajuritnya yang tidak begitu memiliki pengalaman berperang mampu mengalahkan para pasukan yang telah mengalahkan Kerajaan Lef’tigris serta Kerajaan Kokki’al. Itu adalah sebuah kemenangan yang luar biasa.
Kemudian Raja Lorrias mendongakkan kepalanya serta menatap ke langit dan bergumam,
“Dan inilah awal dimulainya sebuah akhir. Akhir yang menentukan seluruh dataran Prosdimos.”
Tidak lama kemudian ia kembali berjalan menuju ke ruangan pribadinya.
\*\*\*
Sore itu Frank Reog sedang berjalan menyusuri lorong-lorong istana Kokki'al. Ia mengingat kejadian Beberapa saat yang lalu, ketika Paul Eleor datang menemuinya serta menceritakan segala rencana yang telah disiapkan saat penyerangan ke The Tiger Kingdom nanti. Paul pun menjelaskan kepadanya bahwa saat ini para prajurit Ras Elang telah ikut serta dalam latihan gabungan antara Ras Rubah dan Ras Harimau. Bukan hanya itu, latihan gabungan itu sendiri saat ini dipimpin langsung oleh Sang Pahlawan Ras Elang, Rivian Aaron, dan pepimpin dari Ras Harimau, Thaos Greg.
Dan tentu saja, Raja Lorrias Eleor juga mengharapkan keterlibatan dirinya dalam peyerangan itu. Bukan hanya dirinya, tetapi juga Freis Greeya, Sang Elementary Owner WIND. Karena sudah tentu keikutsertaan dirinya dan Freis Greeya akan berdampak sangat besar dalam penyerangan itu. Mungkin tidak bagi dirinya, tapi keberadaan Freis Greeya sudah tentu akan mempengaruhi arah jalannya pertempuran nanti. Sang WIND yang merupakan simbol penjaga prosdimos.
Tapi ia masih tidak dapat berhenti memikirkan mengapa Freis tidak pernah menggunakan kemampuan pengendalian anginnya untuk menyerang langsung lawannya. Hingga saat ini, selama berasamanya pemuda itu hanya menggunakan teknik pedangnya. Kalaupun dirinya menggunakan pengendalian angin, itu pun hanya untuk membantu tubuhnya bergerak seperti melompat, menerjang dan menghindar.
Meski begitu harus ia akui kemampuan pemuda itu dalam berpedang benar-benar menakjubkan. Di bantu dengan pengendalian anginnya, tubuh Freis seperti melayang-layang serta menari di udara saat memainkan Pedang Tachi miliknya. Mungkinkah itu adalah Teknik Pedang Tarian Dewa Angin milik Kuil Anemos yang terkenal itu. Ia selalu bertanya dalam hatinya tentang siapakah orang yang telah mengajarkan pemuda ini.
Saat ia telah tiba di ruangan miliknya, terlihat olehnya Raya yang sedang duduk bersebelahan dengan Elise. Mereka berdua pun tersenyum menyambut kedatangannya.
“Kau telah tiba. Sudah selesaikah segala urusanmu?” tanya Elise kepadanya.
“Ya, semua urusanku hari ini telah usai. Apa saja yang telah kalian lakukan hari ini? Dapatkah kalian bercerita?”
“Tentu saja,” jawab Elise.
Kemudian Elise dan Raya menceritakan kegiatan mereka hari ini kepadanya. Akhirnya Frank menikmati waktu yang tersisa di hari ini bersenda gurau bersama dengan Elise dan Raya.
Tapi jika suatu saat nanti Raja Lorrias hendak meminta bantuan dari Elise, ia akan menolaknya dengan tegas. Ia tidak ingin Elise terlibat dalam peperangan ini. Mungkin Elise juga mengerti akan keinginannya. Dirinya lebih memilih Elise selalu berada disisi Raya. Menjaganya, melindunginya, serta mengawasi gadis itu. Jika nantinya gadis itu secara tiba-tiba mencoba melibatkan dirinya dalam kekacauan ini, ia ingin agar Elise mencegahnya. Karena ia tidak ingin kehilangan Raya, gadis yang telah ia anggap sebagai putrinya sendiri.
\*\*\*
Kesempatan dimana dirinya dapat memenuhi permintaan kakek yang dicintainya pun akhirnya tiba. Tentu saja ia tidak akan melewatkannya begitu saja. Dirinya akan ikut serta dalam penyerangan itu dan menghancurkan para Ras Harimau. Dan tentu saja merebut kembali kuil milik kakek serta kedua orang tuanya, Kuil Anemos.
Freis Greeya menyadari bahwa dirinya bukanlah seorang yang begitu mulia hingga memikirkan tentang masa depan Prosdimos. Yang ada dipikirannya saat ini adalah hanya keinginannya untuk memenuhi permintaan dari mendiang kakeknya, untuk membawa kembali perdamaian di dataran prosdimos. Yang itu artinya mengakhiri kekuasaan The Tiger Kingdom atas sebagian wilayah Prosdimos.
Tapi saat ini, secara perlahan, jalan yang dipenuhi oleh dendam dan kebencian yang selalu diikutinya mulai padam. Sejak kematian Harse Greg, dan sejak pertemuannya dengan Raya, telah mengubah sepenuhnya pandangan hidupnya. Ia mulai menyadari berjalan dalam kebencian dan dendam tidak akan pernah membawa ketenangan ketenangan dan kedamaian.
Selain itu pertemuannya dengan Thaos Greg dan juga Anya Greg membuatnya sadar tidak semua Ras Harimau yang ada di Prosdimos ini tenggelam dalam ketamakan. Mereka adalah bagian dari Ras Harimau yang mencintai kedamaian. Saat ini pun mereka turut serta dalam persekutuan ini untuk menyerang The Tiger Kingdom, kaumnya sendiri.
Kali ini dia akan mencoba mengayunkan Pedang Anemos warisan kakeknya dengan benar. Untuk keadilan dan kebenaran dan untuk melindungi mereka yang berjalan dalam kebajikan. Kali ini pedangnya bukan lagi terayun oleh dendam dan kebencian.
\*\*\*
Raya tahu betul bahwa Paman Frank dan Bibi Elise berusaha merahasiakan rencana penyerangan ke The Tiger Kingdom nanti. Tapi percuma saja, sebab hal itu menjadi suatu pembicaraan besar yang telah tersebar di seluruh Ibukota Kerajaan Kokki’al. Dan semua prajurit di istana ini membicarakannya. Ia pun telah mengetahui semuanya.
Tapi di depan paman dan bibinya ia berpura-pura tidak mengetahui apapun. Karena dirinya tahu betul paman serta bibinya tentunya enggan untuk membiarkannya terlibat dalam penyerangan itu. Penyerangan yang menjadi akhir yang menentukan segalanya. Yang menjadi penentu masa depan Prosdimos.
Patutkah dirinya hanya berdiam diri begitu saja? Haruskah ia tetap menutup matanya dari apa yang terjadi di hadapannya? Apa dirinya sama sekali tidak berhak untuk ikut serta dalam hari penentuan itu? Apa ia tidak memiliki kelayakan untuk berdiri dan berjuang disana?
Hati Raya saat ini dipenuhi oleh kebimbangan. Separuh dari dirinya ingin ikut dan terlibat dalam penyerangan itu, memberikan bantuan yang ia bisa. Tapi bagian lain dalam hatinya merasa enggan untuk menolak keputusan yang telah dipilih oleh paman dan bibinya. Yang tidak menginginkannya terlibat dalam pertumpah darahan yang terjadi di Prosdimos. Sekalipun pamannya, yang justru bukan berasal dari Prosdimos, melibatkan diri di dalam pertempuran itu.
Saat ini ia merasa dirinya sungguh bodoh, memalukan, serta tidak berguna.
\*\*\*
Anya dapat melihat dengan jelas raut tegang di wajah ayahnya belakangan ini. Sudah sewajarnya, karena hari yang ditentukan itu telah semakin dekat. Hari dimana seluruh pasukan gabungan ini melakukan penyerangan ke Prosdimos.
Ayahnya saat ini mungkin sedang memikirkan penyerangan nanti. Bagaimanapun juga mereka, para Ras Harimau yang dipimpin oleh Lott Greg bukanlah pasukan yang dapat di pandang sebelah mata. Karena mereka telah tumbuh semakin besar setelah menjatuhkan dua kerajaan di Prosdimos, Lef’tigris serta Kokki’po. Dan mungkin ayahnya harus mengulang kembali pertarungannya melawan Lott Greg. Yang saat itu berakhir dengan kekalahan ayahnya.
Tapi untuk pertempuran terakhir ini, hanya ini, tak dapatkah ia ikut serta membantu di dalamnya? Akankah ayahnya berkenan untuk melibatkannya di dalamnya?
Ia telah cukup dewasa dan tentu saja cukup terampil untuk menguasai jalannya pertempuran nanti. Seharusnya ayahnya tahu itu, sekalipun ia selalu bersembunyi dibelakangnya. Ayahnya bukanlah seseorang yang cukup bodoh untuk di kelabui. Pastilah ayahnya tahu semua latihan yang ia jalani selama ini. Dan ia yakin ayahnya mengetahui betul sampai dimana kemampuannya bertarung. Tapi mengapa ia selalu bersikap tak acuh kepadanya?
Tapi tidak dalam pertempuran kali ini. Dirinya akan menentang segala keputusan ayahnya. Ia ingin terlibat dalam pertempuran terakhir ini, yang kelak pastinya akan menentukan arah dan masa depan Prodimos. Dan tentu saja anak-anak di desanya, Desa Tersembunyi warisan mendiang Raja Drias Seer.
Sekalipun ia harus berdusta kepada ayahnya, sekalipun ia harus menentang perintah ayahnya. Ia akan ikut serta dalam pertempuran ini. Ia harus ikut serta terlibat di dalam. Entah bagaimanapun caranya.
\*\*\*\*
“Kidung-kidung itu telah terdengar,
Dan hari-hari akhir semakin mendekat,
Entah itu langit akan kembali terang dengan sinar mataharinya,
Ataukah justru semakin mendung dan kelam,
Hari yang cerah atau badai yang bergelora,
Semua itu akan selalu menjadi sebuah rahasia besar sang langit.”
😂
😂