(#HIJRAHSERIES)
Keputusan Bahar untuk menyekolahkan Ameeza di SMA Antares, miliknya mengubah sang putri menjadi sosok yang dingin.
Hidup Ameeza terasa penuh masalah ketika ia berada di SMA Antares. Ia harus menghadapi fans gila sepupu dan saudaranya, cinta bertepuk sebelah tangan dengan Erga, hingga terlibat dengan Arian, senior yang membencinya.
Bagaimanakah Ameeza keluar dari semua masalah itu? Akankah Erga membalas perasaannya dan bagaimana Ameeza bisa menghadapi Arian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Hasna Raihana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Melepas Topeng
Usai ulangan kenaikan kelas, Ameeza mengajak Arian berbincang mengenai kondisi Erga. Entah kenapa ia percaya dengan Arian. Ia yakin Arian sedang berusaha berteman dengan Erga.
Awalnya Arian terkejut. Tapi, setelahnya ia mengatakan akan membantunya untuk membuat Erga sembuh dari penyakitnya. Meskipun baru mengenal Erga, Ameeza melihat bagaimana sorot mata Arian menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. Sorot mata itu sama seperti Ameeza, ketika perempuan itu mengetahui penyakit Erga dan bagaimana kehidupan laki-laki itu.
Jika saja menyesal bisa memutarbalikkan keadaan seperti semula, mungkin Ameeza akan menyesal sekali. Ia teringat bagaimana dengan kejam mengusik hidup Erga.
Ameeza masuk kelas dengan napas terengah-engah, Melva yang baru saja mengeluarkan buku dari dalam tasnya melirik Ameeza yang sekarang sudah duduk di kursinya. "Kenapa? Gak usah buru-buru juga, lagian sekarang paling cuma ulangan perbaikan aja."
Ameeza menggeleng masih dengan napas yang naik turun. "Kenapa gue malah makin diincar sama fans fanatik saudara gue, sih," cicit Ameeza.
Melva terkekeh. "Ah ... kayaknya karena sikap lo berubah, deh. Dulu 'kan lo gak pernah peduli, gak pernah nyaut. Yah, intinya lo yang dulu itu banyak diem ketimbang ngomong." Melva mengubah posisi duduknya jadi menyamping menghadap Ameeza. "Kalau sekarang lo lebih ke blak-blakan, sekali ada yang ngoceh langsung tebas pake omongan. Bagus, sih biar mereka takut. Tapi, dengan lo emosi gitu mereka malah ngerasa ada kesempatan. Yah, seenggaknya mereka direspon gak dicuekin mulu."
Ameeza menghela napas penat. "Ah, nyebelin!"
Pukul 08.00 kelas X MIPA 2 sedang sibuk mengoreksi ulangan. Dan tentu bagi yang tidak sampai KKM maka harus ikut remedial. Beruntungnya Ameeza tidak terkena remedial di ulangan Bahasa Indonesia yang dikoreksinya hari ini. Jadi, ia bisa lebih dulu keluar dari kelas tanpa pusing mengerjakan soal perbaikan.
Ameeza memegang tali tasnya, melangkah santai menyusuri koridor sembari mengedarkan pandangan ke segala arah. Walau sesekali ia berpapasan dengan beberapa laki-laki dan fans saudaranya. Walau begitu, Ameeza hanya melengos saja tanpa mau menatap mata mereka. Malas juga.
Dahi Ameeza mengernyit kala mendapati Erga yang berjalan tepat di depannya. Dalam hati Ameeza berpikir, sejak kapan Erga ada di sini? Bukannya tadi laki-laki itu masih ada di kelas?
Ameeza inisiatif untuk menghampiri Erga. Ia menghentakkan kakinya cukup keras saat berada tepat di samping Erga. Berharap laki-laki itu kaget. Namun, Erga tak kaget. Laki-laki itu malah mendengus pelan tanpa menatap Ameeza.
"Lo gak diremedial?" tanya Ameeza basa-basi.
Erga menatap sekilas jam dipergelangan tangannya. Lantas menatap Ameeza. "Gak."
"Sekarang lo mau ke mana?"
Erga tak menyahut. Laki-laki itu terus melangkah biasa, bahkan tatapannya lurus menatap koridor tanpa sedikitpun mau menatap Ameeza di sampingnya.
"Erga!" teriak Ameeza sukses menarik perhatian beberapa orang yang berlalu lalang di koridor. Sedangkan yang dipanggil tak kunjung menghentikan langkahnya. Membuat Ameeza tertinggal beberapa langkah di belakang.
Suara tawa dan dengungan gosip mulai memenuhi seisi koridor. Banyak diantara mereka menertawakan perilaku Ameeza yang dikacangi oleh Erga. Bahkan ada yang terang-terangan mencibir Ameeza dengan kalimat pedas.
Tapi, Ameeza bukanlah perempuan yang akan langsung down hanya karena dicibir dan digosipkan seperti ini. Ameeza tak peduli dan tak mau mengurusi mulut-mulut yang dengan seenak jidatnya berasumsi macam-macam tentang perilaku Ameeza tadi.
...-oOo-...
"Erga!" teriak Ameeza sembari berlari menerobos orang-orang yang menghalangi jalannya.
Ameeza sudah tidak peduli lagi protesan dan cibiran dari sana-sini akibat perilakunya yang amat menjengkelkan.
"Erga berhenti gak!" teriak Ameeza emosi. Perempuan itu mempercepat larinya. Tak peduli kakinya yang terasa pegal gara-gara berlari terlalu cepat.
"Erga berhenti," lirih Ameeza begitu tangannya berhasil menggapai tangan Erga.
Erga melepaskan tangan Ameeza. Laki-laki itu hanya tidak mau menjadi pusat perhatian anak-anak SMA Antares. Erga tak nyaman.
"BERHENTI ATAU GUE BONGKAR RAHASIA LO!!" teriak Ameeza kalut akan emosi. Ameeza menyingkirkan poni yang sedikit menghalangi pandangannya.
Erga yang baru dua langkah menjauh berhenti. Laki-laki itu berbalik menyorot Ameeza dingin. Erga tak bicara, namun sorot matanya lah yang seolah berbicara. Seakan memperingatkan Ameeza untuk tidak sembarang bicara.
Bisik-bisik disekitar parkiran ini membuat Ameeza mendengus kesal. "Bisa diem gak!" kesal Ameeza menyorot semua orang yang menonton kejadian ini.
Erga masih setia bergeming ditempatnya. Tak ada niatan untuk mengeluarkan sepatah kata apapun.
"Jangan jauhin gue." Ameeza menatap Erga lekat. Namun, Erga hanya menatap Ameeza datar.
"Lo tahu gue selalu merasa bersalah, gue mau nebus rasa bersalah ini. Makanya gue minta lo jangan jauhin gue. Apa segitu bencinya lo sama gue?" tanya Ameeza risau.
Erga masih enggan buka suara. Suara bisik-bisik mulai mengudara lagi.
"Kasian banget si Ameeza, yah."
"Dia ngelakuin apa, sih sama si Erga?"
"Diam-diam busuk ternyata!"
"Cih, Ameeza emang cewek jahat! Gak punya hati!"
"Gue harus gimana supaya lo gak ngejauh?" tanya Ameeza dengan nada penekanan.
Erga melangkah mendekati Ameeza. Laki-laki itu berhenti tepat di samping Ameeza. "Cukup, atau lo semakin mempermalukan diri lo sendiri," bisik Erga sarat akan peringatan.
Selepas itu Erga langsung berlalu pergi meninggalkan Ameeza yang masih berdiam diri di parkiran. Orang-orang yang menonton pun mulai bubar.
"Lo jadi orang jangan malu-maluin, dong," cecar Izzi sembari mencengkeram bahu Ameeza kuat.
Ameeza menepis tangan kakak keduanya itu. "Gak usah ikut campur!"
"Heh!"
"Kakak gak usah sok-sok-an nasehatin. Gue gak butuh!" sarkas Ameeza. "Lagi pula bukannya lo gak suka sama gue? Buat apa lo repot-repot nasehatin gue? Gak bakalan gue dengerin juga!"
"Kurang ajar!"
Izzi hendak menampar pipi Ameeza. Namun, tangannya lebih dulu ditahan oleh Angga. Sehingga urunglah Izzi menampar Ameeza. Izzi menatap Angga kesal. Setelahnya pergi.
"Buat apa, sih, Kak ditahan?" tanya Ameeza dengan kekehan diujung kalimatnya.
"Lo kenapa, sih, My?" heran Angga. Cowok itu melangkah mendekati Ameeza. Menangkup pipi sang adik dengan tangannya. "Kenapa lo lakuin ini?"
Ameeza menyingkirkan tangan Angga. Menatap laki-laki itu dengan senyuman sinis. "Kenapa? Gue malu-maluin?" tantang Ameeza seolah berusaha menyulut emosi kakak pertamanya.
"Gak gitu ...." Angga menggaruk tengkuknya. Ia bingung bagaimana menjelaskannya pada Ameeza. "Gini, kenapa lo berubah? Maksud gue ... sikap lo di sekolah."
Ameeza menarik sebelah sudut bibirnya. "Gue yang mau bersikap kayak gini. Kenapa? Gak suka?" Ameeza berdecih. "Gue malah makin gak suka kalau terus-terusan bersandiwara. Lo pikir enak nyembunyiin sikap ini? Gak!"
Ameeza menatap Angga dengan sorot mata berani. "Gue gak mau selamanya bertopeng. Biarin aja orang lain gak suka sama gue hanya karena sikap gue yang sekarang lebih frontal dan blak-blakan. Gue udah capek bersandiwara."
Ameeza menatap langit yang cerah berawan. "Lo tahu ... ada saatnya dimana lo ngerasa lelah dengan semua hal di dunia ini. Ada saatnya dimana lo udah gak bisa pake topeng yang sama lagi. Dan ada saatnya lo ngerasa muak dengan topeng yang selama ini menutupi sifat dan sikap asli kita. Dan pada akhirnya lo juga bakal ada keinginan untuk melepaskan topeng itu. Membiarkan suara-suara kebencian yang mengudara karena gak suka karena sikap dan sifat asli lo." Ameeza menatap Angga dengan senyum tipis. "Tapi, meski begitu semuanya justru kerasa beda. Biarpun dicaci, dimaki dan dibenci setidaknya gue jadi diri sendiri."
...-oOo-...