SEMUA GARA-GARA PARIJI
Ini Novel harusnya horor, tapi kenapa malah komedi, saya yang nulis juga bingung, tapi pasti hororlah.
KOK dengan huruf yang terbalik, ya semua serba terbalik di dalam novel ini, tidak ada yang sesuai dengan semestinya, dan jangan berpikir dengan nalar, karena nggak akan masuk di otak kita.
Jangan dipikir dengan otak normal, karena akan bikin kram otak.
kebalikan adalah keasikan, ingat baliklah hidup kalian agar mengalami sesuatu yang luar biasa!
KOK,
Kalok dibilang time travel kok rasanya nggak jugak, tapi ada yang hilang dan bertambah di dalam diriku.
KOK gini rasanya, KOK aku ada disini, KOK aku diginiin, KOK aku harus ada di sini, KOK sakit gini, KOK KOK KOK KOK semua harus KOK.
Jangan takot, gitu kata orang yang aku temui, tapi KOK rasanya takot tapi enak dan menyenangkan..
Itulah KOK yang dibalik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Bashi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. ADA APA DENGAN JUM
“Jadi udah jelas ya, untuk mengurangi resiko seperti tadi, jadi mas Parijik disini saja bersama Mbak Jum, saya dan mas Hendrik mau keliling, sekalian nunjukin ke mas Hendrik keadaan disini” kata Wildan
Sialan mereka akan ninggal aku di sini. Yah akhirnya Wildan dan Celenk pergi dari warung, tapi ketika mereka berdiri akan pergi, celenk sempat njawil lenganku, dia melirik aku dengan tatapan yang aneh.
Aku wis biasa dijawil celenk kalau ada sesuatu kayak cewek tjantek di kampus gitu, tapi ini beda, dia njawil sambil liat aku.. Tatapan matanya itu lho aneh, nggak kayak biasanya.
Koyoke dia mau cerita sesuatu dengan tatapan matanya itu, tapi mbuhlah nantik ae tak tanyakan nek dia sudah balik ke sini.
Aku nggak tau saat ini jam berapa, tapi yang pasti matahari sudah ada di atas ndasku, perkiraanku saat ini sudah sekitar jam dua belas siang.
Aku sedang ada di depan warung, nggak masih berpikir keras, kenapa si Celenk wajahnya kayak gitu, apa ada sesuatu yang terjadi denganku ketika tadi aku semaput.
“Mas Pariji duduk sini dong jangan diluar gitu” panggil Jum dari dalam warung
“Engh saya lagi menikmati suasana di sini mbak Jum, rasanya kok enak ya di desa kayak gini”
“Hihihi mas Pariji ini dari daerah mana sih, Tadi mas WIldan kok nggak ngomong kalau njenengan ini dari desa mana gitu”
Waduh mbak Jum yang cekcih ini tanyak asalku dari mana, aku harus bilang apa, aku kan nggak tau ada di mana ini, mosok se harus bilang aku dari kota tempatku berasal.
Aku masuk ke dalam warung mbak Jum, kursi panjang kosong jadi aku bisa duduk di kursi itu dengan santai karena mbak jum lagi ada di bagian dalam warung.
“Hehehe mbak Jum, saya dari luwar teros masuk ke sini hehehehe”
“Kalok masuk pakek ketok pintu apa langsung masuk aja mas Parijik heheheh?” tanya mbak Ju dari ruangan dalam
“Ya kalok udah siap dan eh udah nggak ada halangan ya langsung saya masukin…eh masuk aja mbak Jum”
“Masak langsung masuk gituch aja sih mas, apa nggak pakai BASAH basih dulu mas, biar nggak kaget tuan rumahnya hihihhi”
“Nggak usah mbak Jum, tuan rumahnya kan udah hapal, jadi malah dipaksa masuk hehehe"
"Ih kalok nggak di BASAH basih kan ya nggak enak mas, masak langsung aja gitu, itu namanya mau bertamu apa ngerampok mas hihihihi"
"Ngerampok dengan cinta mbak hohohoho"
“Ah mas Parijik ini lutjuk lho, dari tadi suka melutjuk, Jum suka sama cowok yang humoris, meskipun rambutnya habis mas heheheh”
Yancok, dia sekarang duduk di sebelahku, dia duduk di sebelah dimana kuntilaku sedang selonjor hingga ke lantai tanah.
“Eh mas, nanti malam kalau mas WIldan nggak jemput njenengan, mas Parijik bisa tidur disini saja, biar nantik kalau ada apa-apa Jum bisa beresin mas”
Wadu wadu wadu… tawaran yang bikin merinding ini, aku harus gimana. Bukanya disini nggak boleh berbuat yang aneh-aneh, lha ini kok malah ada tawaran menginap segala.
Aku harus alihkan pembicaraan, jangan sampai terpancing ke hal-hal yang nggateli.
“Eh mbak Jum, waktu tadi saya lagi nggak sadar, mbak jum obati saya gimana mbak?”
“Ih kok tanyak-tanyak sih mas, pokoknya yang penting mas Parijik nggak matic kan, jadi jangan dipikirkan bagaimana caranya tadi Jum beresin mas”
“Oh iya mas……tolong si tolenya njenengan itu dibersihkan ujungnya mas, biar nggak kena kotoran tanah, kasihan mas si Tole nya itu kalau kena tanah kayak gitu” tunjuk mbak Jum ke kuntilaku
Sialan keadaan kontilaku kan saat ini nggantung ndelewer hingga ujung helmnya tiduran di tanah di bawah bangku panjang warung. Si Jum ini perhatian juga sama kuntilaku.
Padahal bentuknya nggilani, kalok lagi bubuk gini diameternya kayak belut yang ukuran sedang, tapi panjangnya kayak ular.
“Eh iya mbak, terus mau digimanain ujung tole saya mbak, masak sih harus saya lilitkan ke pinggang saya kayak tadi mbak?”
“Ya terserah mas Parijik mau digimanain, yang penting kebersihan dan kesehatannya dijaga mas”
“Kalau sehat dan bersih kan enak dilihat mas, jangan sampai orang liatnya jijik mas”
“Eh siapa yang mau liat benda kayak belut gini ini mbak, belut tapi bisa ngatjeng mbak Jum hehehe”
“Yang liat ya yang deket sama mas Pariji kan, yang liat ya yang nanti beresin kalau ada sesuatu yang terjadi kan mas hehehe”
Wadu wadu wadu… kok percakapan ini jadinya koyok gini, bisa gawat nek dilanjutno iki. Aku harus alihkan pembicaraan, tapi mata si Jum dari tadi nggak pernah lepas dari kuntilaku, dia tetap saja melihat kuntilaku sambil tersenyum aneh.
Tersenyum aneh itu kayak menahan sesuatu. Antara kepingin dan menahan, jadinya kan aneh gitu wajahnya.
“Gimana kalau Jum bersihkan mas, dari pada kotor gitu kan nggak enak dilihat mas”
“Lhooo nggak usah mbak, eh tapi apa mbak Jum apa nggak jijik, apa nggak gilo liat benda aneh ini?”
“Ya nggak mas, cobak mas Pariji perhatikan, perawat waktu jaman perang, apa mereka jijik liat pejuang yang matic dan kadang anggota tubuhnya putus”
“Lha mbak Jum ini apa juga perawat?” aku berusaha mengalihkan pembicaraan yang mulai nggak mutu
“Eh bukan lah mas. Jum kan cuma gadis desa yang belum merasakan tjinta dan kasih sayang hihihi”
“Lho waduh…… eh mbak Jum eh mbak Jum tinggal dimana, mosok di warug sini?”
“Nggak mas, Jum tinggal di sana seberang sungai” tunjuk Jum ke arah sungai tempat ketika aku tadi disembuhkan”
“Lho jadi mbak Jum bukan orang desa ini?”
“Jum asli dari desa ini mas, tapi rumah Jum ada disana,.... Eh disebelah sana ada jembatan kecil yang menghubungkan daerah sini dan sana”
Tiba-tiba tangan Jum dengan jari yang lentik ….jari yang kayaknya bukan jari pekerja keras itu menyentuh kuntilaku. Sontak aku kaget dan menepis tangannya.
“Nggak papa mas, kan niatnya Jum cuma mau bersihkan ujung tolenya mas ini dari tanah, kasihan mas”
“Tapi kata mas WIldan tadi disini nggak boleh melakukan hal yang buruk mbak?”
“Kan niatnya Jum cuma bersihkan bagian yang kotor mas, bukan mau melakukan tindakan yang aneh-aneh, yaudah mas, nanti saja ketika di rumah Jum aja mbersihkan kotoran itu”
“Mbak Jum, kata mas WIldan saya nggak boleh keluar dari wilayah aman desa ini, karena saya sedang dicari oleh…”
“WITO…. BURHAN kan!” potong Jum
“Iya mbak Jum, kok mbak Jum tau?”
“Jum tau mas, sebagian besar….. eh semua penduduk disini juga sedang dicari oleh si Wito, dan memang di desa ini aman dari Wito, tapi rumah saya yang ada disana itu lebih aman lagi dari Wito”
“Lho mbak, bukanya penduduk disini perempuan semua, kan aman dari kejaran si Wito mbak?”
“Eh……nanti itu bisa Jum jelaskan mas….. tapi nanti, ketika mas Parijik udah tenang dan nggak kagetan gitu. Tapi eh lebih baik kita jalan-jalan aja mas, kan udah sore, Jum mau tunjukin daerah sini”
Kayaknya ada yang nggak beres ini, kenapa Jum kok grogi ketika kubilang penduduk disini perempuan semua, apa memang ada laki-lakinya cuma mereka saat ini sedang kerja di mana gitu.
seru ,...
mimpi yang sangat panjang ya ji.... mimpi yang nggak pernah bangun-bangun...
Hendrik dalam bahaya dong....
asal nebak hhhhh😁
operasi dimana bisa nyembul gede sana sini...???🤣