Dunia kultivator.
Yang kuat menindas yang lemah, yang lemah menjadi abu sehingga setiap orang berusaha untuk menjadi kuat.
Di Klan Qing.
Seorang pemuda yang ternyata memiliki takdir langit terlahir dengan fisik yang lemah, sehigga menjadi bahan ejekan para murid klan lainnya. Keberadaanya yang di pandang sebelah mata tiba-tiba mengejutkan semua orang.
Bagaimana kisah perjalanan hidupnya? Simak terus ya Kak PBTB.
Karya ini hadir terinspirasi oleh author-author keren yang ada di mangatoon. Terima kasih kepada Shujinkouron. 🙏.
👉 Belum di perbaiki. 🙏
Terima kasih. 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Kematian yang sia-sia
Mata Huang Choi dan Huang Fhu Zhi terbelalak.
"Ini... Ini... dari jantung benua teratai biru" ucap gemetar.
Semua penonton yang mendengar suaranya terdiam. Tidak ada yang berani bicara. Terlebih Cheng Li dan Cheng Heng serta dua tetua dari klan Ching yang menyerang Qing Ruo sebelumnya.
Mereka hanya bisa menatap Qing Ruo dengan wajah penyesalan. Mereka tidak pernah berpikir jika tindakan mereka akan menghapus nama klan mereka.
Mereka terdiam dengan pikirannya masing - masing tanpa bisa berbuat apa-apa. Sungguh ironi.
"Kompetisi yang dikatakan adil dan adil, tetapi pihak yang bertanggung jawab tidak mecegah orang lain membunuh di luar arena. Bahkan membiarkan seorang patriak menyerang murid junior kami" ucap Li Hao.
"Ambil keputusan sekarang juga jika tidak, kota Wuhan akan dihapus dari peta benua teratai biru !" ucap tegas.
Wajah Huang Fhu Zhi berubah pucat pasi. Dirinya tidak menyangka sekte raksasa dari jantung benua akan datang ke kota kecilnya. Dan lebih parahnya, dirinya tidak mengambil sikap tegas ketika putra Ching Fuk menyerang Qing He Long saat memulihkan diri.
"Patriak, apa yang harus kita lakukan?" tanya Huang Fhu Zhi pada Huang Choi.
"Tuan pendekar, apakah ini tidak dapat dibicarakan lagi ?" tanya Huang Choi dengan wajah muram.
"Jika pihak yang berwenang tidak bisa mengambil sikap, baiklah" ucap Li Hao.
"Aku akan menghancurkan lencana ini, maka apapun yang kalian bicarakan tidak akan pernah berguna lagi" ucapnya santai.
Semua wajah berubah tegang.
swholuss.. Huang Liu terbang menghampiri Qing Ruo.
"Saudara Qing Ruo, apakah tidak ada yang dapat dibicarakan lagi?" ucapnya.
"Saudara Liu maaf tidak ada yang perlu dibicarakan lagi" jawab Qing Ruo.
Huang Choi memandang Huang Liu.
"Apakah kamu mengenal tuan pendekar ini?" tanya Huang Choi padanya.
"Ayah aku mengenalnya beberapa hari yang lalu, tapi aku tidak tahu mereka berasal dari sekte gunung emas. Jika aku tahu, tentu aku akan membawanya ke istana" ucapnya pelan.
"Baiklah. Patriak Cheng dan tetua Cheng Heng serta tetua Ching. Ambil sikap kalian. Aku tidak dapat mengambil keputusan. Aku harap keputusan kalian membawa kebaikan bagi klan kalian masing-masing dan terutama bagi kota Wuhan !" ucap Huang Choi tegas.
"Tuan, apakah tidak ada pengampunan?" tanya Cheng Li.
"Pengampunan hanya akan diberikan pada anggota klanmu jika kamu bunuh diri, tetapi Jika tangan kami yang membunuhmu, maka tidak ada pengampunan untuk klanmu" ucap Li Hao santai.
Cheng Li hanya bisa memandang Cheng Heng lalu mengiris lehernya sendiri dengan pedangnya. Kematian Cheng Li juga di ikuti oleh Cheng Heng dan yang lainnya.
Ke empat orang itu mati bunuh diri.
"Sungguh kematian yang sia-sia" ucap para penonton mendesah.
Kerugian yang luar biasa di alami klan Cheng, yaitu kematian patriak, tuan muda dan tetua mereka Cheng Heng serta sebelas orang lainnya yang dibunuh oleh Qing Ruo sebelumnya benar-benar kematian yang sia-sia.
Anggota klan Cheng dan Klan Ching yang menyasikan kejadian tersebut hanya bisa merasa sedih dengan kekecewaan yang luar biasa. Jika mereka melawan, mereka benar-benar tidak bisa membela diri. Sungguh ironi.
"Baiklah, karena urusan ini sudah selesai, tuan kota dapat melanjutkan kompetisi ini. Kami akan undur diri" ucap Li Hao pada Huang Choi.
"Tuan, apakah anda tidak ingin beristirahat sebentar diistana kami?" tanya Huang Choi menawarkan.
"Maaf, kami telah membuat masalah. Kami harap Tuan kota tidak mengambil hati atas sikap kami" ucap Li Hao lalu memanggil rajawali emas.
Seekor rajawali emas raksasa menukik dari langit dan mendarat di tengah panggung pertempuran.
"Apa.. hewan buas tingkat pertapa, sungguh tunggangan yang luar biasa" ucap para penonton kagum.
"Ayo kita pergi" ucap Li Hao lalu melompat ke atas punggung raja wali emas serta di ikuti yang lain.
"Saudara Huang Liu, maaf atas tindakan kami sebelumnya. Jika saudara mau, datanglah ke sekte gunung emas, aku akan menunggu di sana" ucap Qing Ruo pamit sebelum berpisah.
Huang Liu hanya tersenyum lalu mengangguk.
Dalam sekejab, burung itu terbang melesat dengan kecapatan yang sanggat tinggi lalu menghilang dari pandangan semua orang.
Semua orang masih terdiam.
"Baiklah pertandingan dapat di lanjutkan kembali" ucap Huang Fhu Zhi memecah keheningan para penonton.
Di atas awan, Murong Xia juga pergi mengejar rajawali emas untuk mengikuti Qing Ruo.
Tidak beberapa lama, rajawali emas mendarat di tanah lapang sebelumnya.
"Masih ada dua hari lagi, apa yang akan kalian lakukan?" tanya Li Hao.
Kami akan jalan - jalan ucap yang lain. "Baiklah, nikmati waktu kalian. Dalam waktu dua hari lagi kita akan berkumpul di sini" ucap Li Hao.
"Ingat, jangan buat masalah" ucapnya tegas.
Mereka semua lalu pergi. ada yang ke arah selatan dan ke arah timur . Qing Ruo dan Qing Ling lalu pergi ke arah utara, menuju daerah pantai.
________
"Ruo Gege, apa yang akan kita lakukan?" tanya Qing Ling.
"Ling Er, aku ingin menikmati waktu kita berdua dengan tenang" ucapnya sambil menggandeng tangan Qing Ling.
Didalam perjalanan, tiba-tiba Murong Xia muncul dan menghentikan langkah mereka.
"Tuan, maaf mengganggu perjalananya" ucap Murong Xia merendah.
"Tetua ada berita apa?,"
"Tuan, tidak ada berita, saat ini klan dan kedua orang tua tuan baik-baik saja, aku hanya memiliki beberapa pertanyaan, bolehkan kita bicara ?" ucap Murong Xia memohon.
"Haha...tetua, mari kita jalan dulu sambil mencari tempat yang enak untuk berbicara" ucap Qing Ruo.
"Baiklah" jawab Murong Xia.
Mereka bertiga lalu bergerak menuju desa.
Di dalam perjalanan, mereka bertemu dengan seorang pemuda yang terlihat ramah.
"Saudara, dimanakah kami dapat menemukan kedai atau penginapan?" tanya Qing Ruo pada pemuda tersebut.
"Saudara dapat berjalan tiga ratus meter lagi, maka saudara akan menemukan penginapan tersebut" ucap pemuda tersebut menjelaskan.
"Saudara, terima kasih atas informasinya. Ucap Qing Ruo lalu bergegas kearah yang dimaksud. Setelah berjalan tiga ratus meter, mereka akhirnya melihat papan nama penginapan dan memasukinya.
"Selamat datang di penginapan pasir putih" ucap pelayan menyapa dengan ramah.
"Tuan adakah meja khusus untuk kami bertiga?" tanya Qing Ruo.
"Ada tuan, silahkan ikuti saya" ucapnya memandu jalan.
Mereka lalu memasuki ruangan khusus, tampak ruangan itu cukup indah dengan hiasan sederhana.
"Tuan kami memesan makanan spesial tempat ini " ucap Qing Ruo sambil memberikan kantong yang berisi seratus lima puluh kristal jiwa.
Saat pelayan tersebut melihat isi kantong, tangannya bergetar. Baik tuan ucap Pelayan tersebut bergegas meninggalkan Qing Ruo.
Suasana hening sejenak.
"Tuan, apa yang ingin tuan tanyakan padaku?" tanya Qing Ruo pada Murong Xia.
"Baiklah, apakah tuan mengenal Luo Jian?" tanya Murong Xia gugup.
" Luo Jian?".
Wajah Qing Ruo berubah muram.
"Tuan, apakah tuan tau Luo Jian?" tanya Murong Xia sekali lagi membuyarkan lamunan Qing Ruo.
Qing Ruo memandang Murong Xia. "Tuan, ada hubungan apa tuan dengan saudara Luo Jian ?"
Mata Murong Xia terbelalak. Dugaannya benar, ternyata Qing Rio berhubungan dengan tuannya.
"Tuan muda, Luo Jian adalah tuanku sebelumnya. Aku adalah pembawa senjata penguasa muda Luo Jian. Sebelum pertempuran hebat di Klan Luo, aku sudah terluka parah, lalu tuan muda Luo Jian melemparkanku kedunia ini hingga aku bertemu tuan Qing yang menolongku dan mengabdi padanya".
"Tuan Murong Xia, ribuan tahun yang lalu, saudara Luo Jian tewas dalam pertempuran tersebut" ucapnya Qing Ruo pelan.
Murong Xia merasa tidak yakin. Wajahnya terlihat ragu.
Melihat wajah Murong Xia yang tampak ragu, Qing Ruo lalu mengeluarkan pedang langit biru. Murong Xia bergetar melihat pedang itu. "Apakah kau masih belum yakin?" tanya Qing Ruo pada Murong Xia.
"Apakah kau tahu lencana Ini" ucap Qing Ruo sambil menunjukan lencana berbentuk burung phoenix.
Murong Xia bergetar. Matanya berkaca-kaca. Kesedihan menyelimuti hatinya. Dirinya merasa kehilangan. Selama ini dirinya merasakan ikatan darahnya telah terputus setelah dirinya terlempar ke benua teratai biru. Tetapi dirinya tidak yakin.
"Tuan terima kasih informasinya" ucapnya merendah.
"Tuan dengan ini aku Murong Xia akan mengabdi pada tuan sebagai penguasa muda ucapnya pelan lalu menembakan setetes darahnya pada Qing Ruo.
Murong Xia, apakah kau benar-benar yakin. Lalu bagaimana dengan statusmu tanya Qing Ruo.
"Tuan selama ini aku hanya mengikuti leluhur Qing. Kami tidak terikat kontrak perjanjian darah. Sedangkan kotrak darah dengan patriak sebelumnya itu hanya darah biasa untuk meyakinkan mereka bahwa aku akan mendengarkan mereka dan agar mereka tahu aku tidak akan menakuti mereka" ucapnya pelan.
"Jika itu keputusanmu, aku akan menerimamu sebagai sahabatku" ucap Qing Ruo ramah.
"Baik tuan"
Qing Ruo lalu menggoreskan telapak tanggannya dengan pedang biru langit. Setetes darah emas mengambang lalu melesat pada kening Murong Xia.
Tubuh Murong Xia bergetar. Matanya memerah.
"Sungguh darah klan Dewa Luo" gumamnya. "Penguasa Muda Terima kasih. Aku akan undur diri. Penguasa Muda dapat memanggilku kapan saja" ucapnya.
"Baiklah, silahkan kembali ke klan. Lindungi orang-orangku di sana. Jika aku memerlukanmu, aku akan memanggilmu. Selain itu terus berlatih menjadi kuat ucap" Qing Ruo.
"Baik penguasa muda. Aku pergi" ucapnya lalu menghilang.
Murong Xia adalah burung phoenix ilahi tingkat rendah. Dengan kekuatan tingkat pertapa dirinya dengan mudah datang dan pergi ketika dipanggil.
Qing Ling yang dari tadi menyaksikan kejadian didepannya merasa tidak percaya.
Pantas selama ini Qing Ruo tiba-tiba menjadi kuat. Ternyata memiliki seorang dewa sebagai gurunya. Bahkan Murong Xia mengabdi sepenuh hati padanya.
Qing Ruo mengecup keningnya untuk membuyarkan lamunannya.
Dengan wajah memerah Qing Ling menatap Qing Ruo.
"Ruo Gege, apa yang kamu lakukan?"
"Kamu adalah istriku, apakah aku tidak boleh menciummu?", Lagi pula itu hanya ciuman di kening. Apakah kamu memintanya di tempat lain?".
Qing Ling dengan wajah memerah malu tidak dapat bicara hanya dapat menatap Qing Ruo dengan lembut.