Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 9.
Sementara itu Mona di teras rumahnya tersenyum bahagia saat diberi kabar jika Lingga Sari dan Anaknya sudah pergi dari desa Luh Sari..
“Benar, perempuan siluman itu sudah pergi dari desa Luh Sari?” tanya Mona pada seorang laki laki bertubuh kekar dengan kulit tubuh berwarna coklat gelap. Semakin tampak hitam di keremangan malam.
“Benar Mona, orang orang desa sudah mengusirnya.. Percaya lah pada ku..” ucap laki laki itu dengan serius.
Mona lalu mendekatkan wajah nya pada telinga laki laki bertubuh kekar itu.
“Okey, sekarang pergilah kamu dengan teman teman kamu, dan ambil jasad Kakak Wanandi, masukkan ke dalam kamarku lewat jendela agar Ama dan Ina tidak tahu.” Ucap lirih Mona dan dia merogoh saku bajunya dia berikan berlembar lembar uang seratusan ribu pada laki laki itu.
“Baiklah aku pergi akan aku kerjakan malam ini juga.” Ucap lirih laki laki itu dan segera pergi dari teras rumah Mona.
Mona tersenyum senang dan segera masuk ke dalam rumahnya.. Dia tutup lagi pintu rumah dengan rapat.
“Ada apa Mona malam malam ada laki laki mencari kamu?” tanya Ina nya Mona yang duduk di dalam ruang sambil mendengarkan siaran radio .
“Hanya memberi kabar kalau perempuan siluman itu sudah pergi, kan anak anak ketakutan untuk bermain main sejak ada perempuan siluman itu di sini.” Ucap Mona sambil melangkah menuju ke kamarnya..
“Mon, Wanandi sudah meninggal sekarang Ama kamu dipanggil Juragan Sukron katanya dia ingin meminang kamu.. “ ucap Ina nya Mona agak keras. Mona mengabaikan dan terus melangkah masuk ke dalam kamar nya.
“Mona, nurut lah pada orang tua, umur kamu semakin bertambah!” suara Ina nya Mona lebih keras.
Sedangkan di lain tempat, laki bertubuh kekar yang sudah diberi uang oleh Mona, segera mengumpulkan teman temannya. Sambil membawa cangkul, sekop dan linggis mereka pergi ke tempat makam untuk mengambil jasad Wanandi.. tidak lupa membawa senter dan obor.
Suasana di Makam sangat sepi dan gelap gulita tidak ada orang penunggu tempat makam umum di desa itu. Letak makam juga jauh dari pemukiman warga. Empat orang laki laki terus melangkah menuju ke kuburan Wanandi.
“Ayo cepet kita bongkar makam itu sebelum malam semakin larut.. ngeri juga..” ucap laki laki bertubuh kekar yang sebagai pimpinan.
Mereka terus melangkah menuju ke makam Wanandi
“Wanandi dan Ina Wanandi orang baik tidak mungkin jadi hantu.. maaf kan kami Wanandi kami lakukan ini demi uang..” ucap salah satu dari mereka
Tidak lama kemudian, mereka pun mulai membongkar makam Wanandi.
Sementara itu di depan rumah Ina Wanandi sebuah motor berhenti di depan rumah itu.. Pemuda kerabat Wanandi turun dari boncengan motor itu. Dia baru saja naik ojek dari kota dan sudah menjual kalung Lingga Sari..
“Kok rumah gelap tapi pintu terbuka..” gumam pemuda kerabat Wanandi dan terus melangkah menuju ke rumah. Di tangannya membawa satu kantong plastik dan ada tas terselempang di pundaknya, di dalam tas itu ada banyak uang hasil penjualan kalung milik Lingga Sari.
“Kakak Lingga Sari.” Suara pemuda kerabat Wanandi agak keras.
“Windy.. Paman bawakan bakso dan sate dari kota. Makanlah dulu nanti Setelah nya kita sembahyang.. untuk Nenek dan Ayah..” Teriak pemuda kerabat Wanandi itu sambil terus melangkah masuk ke dalam rumah. Windy memang ingin sembahyang bersama dirinya.
“Apa mereka tertidur sampai lupa tidak menutup pintu..” gumam nya dan terus melangkah sambil terus berteriak memanggil Lingga Sari dan Windy.
“Kakak Lingga Sari.. Windy... apa kalian sudah tidur? Kenapa pintu depan dibiarkan terbuka?” suara pemuda kerabat Wanandi agak keras.
“Pintu kamar kenapa juga terbuka..” gumam nya lagi laku melongok ke dalam kamar.
Lampu pelita masih menyala...
“Kok tidak ada juga mereka di kamar.” Ucap nya dan dia terus berteriak teriak dan mencari di seluruh ruangan di rumah itu.
“Kakak Lingga Sari.. Windy. Kalian di mana?” teriak pemuda kerabat Wanandi.
“Ke mana mereka pergi? Apa mencari makan..” gumam pemuda kerabat Wanandi, menduga duga.
Setelah tidak menemukan Lingga Sari dan Windy di dalam rumah itu, Pemuda kerabat Wanandi itu keluar dari rumah, Dia mengetok ngetok pintu Pintu rumah tetangga tetangga menanyakan apa mereka melihat Lingga Sari dan Windy, Akan tetapi semua menjawab tidak tahu..
“Apa mereka pergi ke makam?” Gumam Pemuda kerabat Wanandi itu yang masih berjalan di dalam kegelapan malam.
“Apa mungkin mereka malam malam pergi ke makam? Kalau mencari makanan mereka pergi ke mana? Di sini malam malam tidak ada warung buka, kalau mencari buah buah an, masih ada banyak buah di keranjang.”
“Apa Kakak Lingga Sari menemui Mona untuk menanyakan uang dan pakaian Kakak Wanandi yang hilang? Hmmm mungkin saja.. coba aku datangi rumah Mona. “ gumam pemuda kerabat Wanandi sambil terus melangkah menuju ke rumah Mona.
Beberapa menit kemudian pemuda kerabat Wanandi itu telah sampai di depan rumah Mona..
“Sepi, pintu rumah sudah tertutup.” Gumam Pemuda kerabat Wanandi itu di dalam hati.
“Kemana mereka berdua..” gumam nya lagi dan sesaat kemudian..
“Windy... “
“Windy...” teriak nya sambil terus melangkah..
Sedangkan di lain tempat, orang orang yang berada di makam masih terus menggali kuburan Wanandi dan semakin dalam galian nya.
“Mona mungkin sudah gila, sampai sampai mayat Wanandi mau dikeloni, macam tidak ada laki laki lain saja..” gumam salah satu orang dari mereka masih terus menggali..
“Mungkin untuk pesugihan, atau untuk ilmu apa aku dengar dengar dia suka pergi ke dukun .” Gumam lainnya..
Sesaat kemudian..
“Lihat! Itu sudah terlihat kain kafan nya.. hati hati jangan pakai linggis kita pakai sekop saja..” ucap pimpinan penggali kubur ilegal itu.
Orang orang itu menggali dengan hati hati bahkan sudah ada dua orang yang masuk d dalam liang lahat untuk mengambil jasad Wanandi. Tidak tercium bau busuk dari dalam liang lahat itu, entah karena baru kemarin meninggalnya atau karena pengaruh racun yang bisa mengawetkan jasad Wanandi..
“Untung kita cepat cepat membongkar kalau besok besok pasti akan bau busuk. Apa Mona akan memberi formalin pada jasad Wanandi ini setelah di taruh di kamar nya.” Gumam salah satu dari mereka.
“Ayo bantu berat ini.” Ucap salah satu orang yang berada di dalam liang lahat dan siap siap akan mengangkat jasad Wanandi..
Satu orang lagi pun turun ke dalam liang lahat itu, dan tinggal satu orang yang ada di atas yang akan membantu dari atas.. Tiga orang di dalam liang kubur pun dengan hati hati mengangkat jasad Wanandi..
Di saat jasad Wanandi sudah terangkat ke atas.. tiba tiba terdengar suara....