Ailen kaget setengah mati saat menyadari tengah berbaring di ranjang bersama seorang pria asing. Dan yang lebih mengejutkan lagi, tubuh mereka tidak mengenakan PAKAIAN! Whaatt?? Apa yang terjadi? Bukankah semalam dia sedang berpesta bersama teman-temannya? Dan ... siapakah laki-laki ini? Kenapa mereka berdua bisa terjebak di atas ranjang yang sama? Oh God, ini petaka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 25
"Duduk! Ibu ingin bicara denganmu!" ucap Nyonya Zenaya seraya menunjuk sofa. Hampir lewat tengah malam putranya baru sampai di rumah.
"Aku lelah. Perangnya ditunda besok saja," sahut Derren santai. Kendati demikian, dia tetap mengikuti keinginan sang ibu. Dengan malas dia mendudukkan bokong di sofa kemudian menyenderkan punggung. Derren tersenyum, lalu bergumam. "Rasanya seperti baru pulang dari honeymoon. Sangat menyenangkan."
Nyonya Zenaya menyipitkan mata saat samar-samar mendengar Derren bergumam. Penasaran, dia datang mendekat kemudian duduk di sampingnya. "Dari mana saja kau, Derren. Ayah dan Ibu sudah sampai di rumah sejak pagi. Kenapa kau malah menghilang? Sudah tidak menganggap kami sebagai orang tua apa bagaimana?"
"Bu, tolonglah. Aku ini baru saja pulang, lelah. Biarkan aku istirahat dulu,"
"Tidak akan sebelum kau menjelaskan permasalahanmu dengan Zara."
"Zara lagi Zara lagi. Memangnya tidak cukup ya perdebatan kita di telepon?"
"Tentu saja tidak. Lebih puas dan lebih meyakinkan jika dilakukan secara langsung."
"Kalau begitu tunggu saja setelah aku bangun tidur besok. Aku janji akan menjelaskan semuanya pada Ayah dan Ibu." Derren menoleh, menatap sang ibu sekilas kemudian berdiri. "Ibu sudah tua, istirahatlah. Angin malam tak bagus untuk kulit wajah dan tubuhmu. Good night."
Nyonya Zenaya terperangah tak percaya mendengar kalimat yang diucapkan oleh Derren. Dia sampai kehabisan kata-kata saking tak menyangka akan disebut tua oleh putranya sendiri. Ya meski pun benar kalau dirinya tak lagi muda.
Setelah berhasil menghentikan keinginan sang ibu membahas soal masalahnya dengan Zara, Derren dengan tenang berjalan menuju kamar. Senyum tampak menghiasi bibir saat teringat dengan Ailen, wanita unik yang telah merenggut keperjakaannya.
"Padahal baru satu jam kami berpisah, tapi aku sudah merindukannya lagi. Jadi curiga. Jangan-jangan Ailen sudah memberiku racun sihir sehingga sulit untuk jauh darinya. Ya ampun,"
"Jadi benar kau punya wanita idaman lain di luar sana?"
"Astaga!"
Tuan Rego menatap datar Derren yang terkejut mendengar suaranya. Sengaja dia menunggu di dekat kamar anak ini agar percakapan mereka tak diganggu oleh yang mulia ratu keabadian.
"Ayah, apa yang sedang Ayah lakukan di tempat gelap seperti itu? Membuat kaget saja. Ku pikir hantu tadi," ucap Derren memprotes tindakan ayahnya yang tiba-tiba muncul seperti hantu.
"Syut, jangan berisik. Nanti yang mulia datang kemari,"
"Hah?"
"Ibumu." Tuan Rego melirik ke arah tangga. Khawatir orang yang dimaksud muncul dari sana. "Cepat buka pintu kamarmu. Kita bicara di dalam saja sebagai sesama lelaki."
"Oh, baiklah."
Segera Derren membuka pintu kamar menggunakan sidik jari kemudian mempersilahkan sang ayah untuk masuk lebih dulu. Cukup tergelitik juga saat mendengar ibunya disebut sebagai yang mulia. Bukan rahasia umum lagi kalau ayahnya tak pernah berdaya di hadapan ibunya. Seperti kata banyak orang kalau wanita adalah ras terkuat di bumi yang menganut paham kalau wanita tak pernah memangku kesalahan.
"Tadi siang Zara datang kemari dan mengadu pada Ibumu kalau kau punya perempuan lain. Apakah benar?" tanya Tuan Rego memastikan.
"Itu benar, Ayah," jawab Derren tak menampik.
"Seorang Derren berselingkuh? Ini Ayah tidak salah dengar 'kan?"
"Aku rasa telinga Ayah masih belum tuli. Jika iya, maka yang barusan Ayah dengar adalah benar kalau aku mempunyai wanita lain di belakang Zara. Tetapi .... "
"Tetapi?"
"Itu bisa terjadi karena dia dulu yang memulai. Aku kecewa, lalu tak sengaja bertemu seorang wanita yang membuatku jadi gila seperti sekarang. Wanita ini berbeda, Ayah. Meski pun tahu aku adalah Presdir dari JK Group, dia tak pernah menunjukkan rasa serakah untuk memiliki semua itu. Malah terkesan ingin aku menjauh dari hidupnya. Unik 'bukan?"
Alih-alih marah mendengar penjelasan tersebut, senyum Tuan Rego malah mengembang di bibir. Dengan penuh suka cita dia merangkul Derren kemudian menepuk punggungnya beberapa kali.
"Sudah Ayah duga sejak awal masalah ini muncul, pasti kau punya alasan kuat sampai memperlakukan Zara sedemikian rupa. Ayah sangat mendukung tindakanmu, Derren. Zara terlalu buruk untuk laki-laki sesempurna dirimu. Dia terlihat seperti ular berkepala dua!"
"Jadi selama ini Ayah tidak setuju melihatku bersama Zara?"
"Bukan tak setuju, hanya kurang respect saja. Tetapi karena gen ibumu terlalu kuat, Ayah memilih untuk tak banyak berkomentar. Kau tahu sendiri bukan apa yang akan dilakukan ibumu jika Ayah sampai tak sependapat dengannya?"
"Tidur di luar sudah pasti. Dan yang lebih buruknya lagi Ibu akan menyebar banyak akun untuk meneror kalau Ayah telah berkhianat. Bukan begitu, Tuan Rego?"
Dengan suara tertahan, Derren dan ayahnya terkikik saat membahas kejahatan si yang mulia ratu. Wanita sungguh unik. Dikala para pria mempunyai keputusan sendiri, mereka akan merasa tersakiti. Sungguh makhluk Tuhan dengan seribu keunikan.
"Derren, siapa nama wanita itu?"
"Kenapa? Apa Ayah berniat merebutnya dariku?" goda Derren seraya menaik-turunkan kedua alisnya.
"Biar sudah bau tanah begini pesona Ayah masihlah belum luntur. Kau jangan menantang. Nanti galau kalau wanita itu benar jatuh ke pelukan Ayah," sahut Tuan Rego balik melayangkan godaan.
"Masa? Lalu bagaimana cara Ayah mengatasi kemurkaan yang mulia ratu? Sudah siap dikubur hidup-hidup?"
"Ah, kalau begitu lebih baik Ayah bau tanah saja. Menjadi tua sepertinya tidak terlalu buruk."
Derren tergelak. Percakapan dengan ayahnya selalu menyenangkan. Mereka kuat, tapi tak berdaya di hadapan satu wanita. Bedanya Derren berani sedikit melawan, sedangkan ayahnya tidak.
"Namanya Ailen. Dia bekerja di rumah sakit yang bernaung di bawah JK Group sebagai dokter bedah," ucap Derren dengan bangga memamerkan profesi Ailen di depan ayahnya.
"Wow, dokter bedah ya?"
"Iya, Ayah. Dan dia sangat cantik. Aku jamin Ayah akan langsung setuju jika sudah bertatap muka langsung dengannya."
Tuan Rego mengangguk. Sambil menepuk pundak Derren, dia memberi nasehat. "Nak, carilah kebahagiaanmu sendiri. Jika menurutmu Ailen adalah yang terbaik, dengan senang hati Ayah memberikan restu pada kalian. Tetapi, berhati-hatilah dengan Zara. Ayah yakin wanita ular itu tidak akan tinggal diam jika mengetahui hubungan kalian."
"Ayah jangan merisaukan hal ini. Julian sudah lebih dulu mengamankan keselamatan Ailen sejak kami pertama kali bertemu. Kegesitannya tak perlu diragukan lagi."
"Iya Ayah tahu, tapi tetap saja kau tidak boleh lengah. Ingat, Derren. Wanita yang sedang sakit hati akan berubah seperti iblis yang sangat kejam. Apalagi kau meninggalkan Zara tanpa penjelasan. Takutnya kemarahan wanita itu bukan menyasar padamu, tapi pada Ailen."
Derren terdiam. Benar juga yang dikatakan oleh ayahnya. Zara adalah perempuan nekat. Sepertinya dia harus lebih berhati-hati lagi mulai dari sekarang.
Saat Derren ingin kembali berbincang dengan ayahnya, dari arah luar terdengar suara yang mulia ratu. Sontak hal ini membuat mereka berdua menjadi panik.
"Cepat pergi dari sini, Ayah. Kalau Ibu tahu kita melakukan pertemuan diam-diam, dia bisa kerasukan. Cepat melompat lewat jendela!" perintah Derren.
Tuan Rego menarik napas dalam-dalam. "Kamarmu berada di lantai empat. Apa kau berniat membuat Ayah mati dengan cara bunuh diri?"
"Oh hehehe, maaf aku lupa."
"Anak macam apa kau ini. Haih,"
***