NovelToon NovelToon
POSESIF SUGAR DADDY

POSESIF SUGAR DADDY

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:22k
Nilai: 5
Nama Author: Mima Rahyudi

Jangan lupa mampir di Fb otor (Mima Rahyudi)
**
**
**
“Dad! Aku ingin kita akhiri hubungan kita!” seru Renaya tiba-tiba.
“Kenapa, baby?” tanya Mario.
“Aku nggak nyaman sama semua sikap Daddy,” jawab Renaya
“Kita tidak akan pernah berpisah, baby. Karena aku tidak akan melepaskan kamu.”
Hidup Renaya seketika berubah sejak menjalin hubungan dengan Mario, pria matang berusia 35 tahun, sementara usia Renaya sendiri baru 20 tahun. Renaya begitu terkekang sejak menjadi kekasih Mario, meski mungkin selama menjadi kekasihnya, Mario selalu memenuhi keinginan gadis cantik itu, namun rupanya Mario terlalu posesif selama ini. Renaya dilarang ini dan itu, bahkan jika ada teman pria Renaya yang dekat dengan sang kekasih akan langsung di habisi, dan yang paling membuat Renaya jengkel adalah Mario melarang Renaya untuk bertemu keluarganya sendiri. Sanggupkan Renaya menjalani hidup bersama Mario? Kenapa Mario begitu posesif pada Renaya? Ada rahasia apa di balik sikap posesif Mario?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mima Rahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Pagi itu, sinar matahari mulai mengintip melalui jendela kamar, menerpa wajah Renaya yang masih terlelap. Dia perlahan terbangun, merasakan pelukan hangat Mario yang membelit tubuhnya erat.

“Daddy, bangun... aku harus ke kampus,” rengek Renaya dengan suara manja, mencoba melepaskan diri dari pelukan itu.

Mario membuka matanya perlahan, memandang Renaya dengan tatapan malas namun penuh cinta. “Sebentar, Ren... masih ngantuk,” gumamnya sambil mempererat pelukan, membuat Renaya semakin sulit bergerak.

“Daddy, jangan seperti ini. Aku harus siap-siap!” protes Renaya, namun suaranya tidak terdengar terlalu serius.

Mario tersenyum kecil, kemudian berkata dengan nada lembut namun tegas, “Mulai hari ini, kamu kemana-mana akan diantar oleh bodyguard.”

Renaya langsung terkejut, menatap Mario dengan mata membelalak. “Kok gitu, Dad? Memangnya ada apa?” tanyanya penuh tanda tanya.

Mario mengusap lembut pipi Renaya, masih memeluknya erat. “Hanya untuk menjagamu, sayang. Jangan khawatir, nanti bodyguard-nya juga perempuan. Namanya Anne.”

Namun, Renaya tetap tidak puas dengan jawaban itu. Dia mengernyitkan alis, berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. “Daddy tidak sedang menyembunyikan sesuatu dariku kan?” tanyanya dengan nada penuh selidik.

Mario menatapnya lekat-lekat, seolah meyakinkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. “Tentu saja tidak, Baby. Tentu saja tidak,” jawabnya dengan nada menenangkan, kemudian menundukkan kepala dan menciumi kening Renaya.

“Kalau begitu, kenapa tiba-tiba ada bodyguard?” tanya Renaya lagi, masih belum sepenuhnya percaya.

Mario menghela napas panjang, mencoba menyusun kalimat agar Renaya tidak semakin curiga. “Daddy hanya ingin kamu aman, itu saja,” katanya dengan senyum hangat. “Tidak ada yang perlu kamu cemaskan, percayalah.”

Renaya akhirnya menyerah, meskipun hatinya masih sedikit penasaran. “Baiklah, kalau itu maumu. Tapi Daddy janji, kalau ada apa-apa, Daddy akan cerita padaku,” ujarnya dengan nada lembut namun tegas.

Mario tersenyum dan mengecup ujung hidung Renaya. “Daddy janji. Sekarang ayo bersiap-siap, aku akan memanggil Anne untuk menemanimu,” katanya sambil melepaskan pelukan dan bangkit dari tempat tidur.

Anne datang tepat waktu setelah Mario menghubunginya. Saat pintu apartemen terbuka, seorang wanita berusia awal tiga puluhan masuk dengan langkah tegap. Rambutnya diikat rapi ke belakang, memperlihatkan garis wajah tegas dan tatapan mata tajam yang penuh keyakinan. Mengenakan blazer hitam dengan celana panjang senada, Anne tampak seperti sosok yang tidak hanya berwibawa tetapi juga tangguh.

Renaya memandangnya dari sofa, langsung merasa terintimidasi namun sekaligus kagum. "Jadi, ini Kak Anne?" tanyanya pelan sambil berdiri dan menyambut Anne dengan senyuman kecil.

Anne membalas dengan anggukan sopan. "Panggil saja Anne, Nona Renaya. Kakak atau tidak, aku di sini untuk memastikan kamu aman," ucapnya dengan suara tenang namun tegas.

Mario mendekat dan berdiri di antara mereka. Dia menatap Anne dengan serius, memastikan instruksinya akan dipatuhi. "Anne, tolong jaga Renaya dengan baik. Kemanapun dia pergi, turuti saja keinginannya. Tapi ada satu pengecualian,” katanya, menatap langsung ke mata Anne.

Anne berdiri tegak, memperhatikan setiap kata Mario dengan penuh perhatian. “Katakan, Tuan,” balasnya singkat namun penuh kharisma.

Mario melanjutkan dengan nada yang lebih serius, “Jangan turuti dia jika dia ingin bertemu dengan Papinya. Itu tidak bisa dinegosiasikan.”

Renaya langsung mengerutkan kening. "Kenapa, Daddy? Apa masalahnya?" protesnya, namun Mario hanya menoleh sekilas dengan senyuman samar, mengabaikan pertanyaannya.

Anne mengangguk tanpa ragu. “Siap, Tuan. Saya mengerti,” jawabnya dengan nada yang menunjukkan loyalitas total.

“Bagus,” kata Mario sambil menepuk bahu Anne. “Aku percaya padamu.”

Anne kemudian beralih menatap Renaya. "Kalau begitu, Nona Renaya, mulai sekarang aku akan menemani dan menjagamu. Kalau ada sesuatu yang kamu butuhkan, langsung bilang saja padaku," katanya sambil tersenyum tipis, menunjukkan sisi lembut di balik aura tangguhnya.

Renaya menghela napas dan mencoba menerima kenyataan. “Baiklah, Kak Anne,” jawabnya, menekankan panggilan “Kak” dengan sengaja untuk mencairkan suasana. Anne hanya tersenyum kecil, tampaknya sudah terbiasa dengan berbagai respons.

Mario memandang keduanya sejenak sebelum kembali berbicara. "Aku harus pergi sekarang. Kalian berdua hati-hati di luar," ujarnya, kemudian mencium kening Renaya. “Daddy percaya padamu, Baby.”

Anne dengan tenang menyetir mobil menuju kampus Renaya. Suasana di dalam mobil cukup hening, hanya diiringi suara musik klasik yang mengalun pelan dari speaker. Renaya, yang duduk di kursi penumpang, memandang keluar jendela sambil menggigit bibirnya, jelas ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Akhirnya, dia memutuskan untuk membuka pembicaraan.

“Kak, apa Kak Anne tahu alasan Daddy tidak mengizinkan aku ketemu Papi?” tanyanya sambil menoleh ke Anne. Suaranya terdengar ragu, tapi ada nada penasaran yang sulit disembunyikan.

Anne melirik Renaya sejenak sebelum kembali fokus pada jalan di depan. Senyumnya tipis, penuh ketenangan dan pengertian. "Saya tidak tahu, Nona," jawabnya lembut. "Tugas saya hanya memastikan kamu aman dan menjalankan apa yang diminta Tuan Mario."

Renaya mendengus pelan, lalu bersandar lebih dalam ke kursi. "Daddy selalu begitu... dia selalu punya alasan, tapi nggak pernah mau bilang langsung," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri. “Kamu tahu, Kak Anne, aku sudah lama nggak ketemu Papi. Rasanya seperti ada bagian yang hilang.”

Anne tetap mendengarkan dengan tenang, membiarkan Renaya meluapkan perasaannya. “Saya mengerti,” katanya setelah jeda sejenak. "Tapi mungkin Tuan Mario punya alasan yang baik untuk melindungimu. Kadang, kita hanya perlu percaya pada orang-orang yang peduli pada kita."

Renaya memutar bola matanya. "Iya, sih, tapi tetap saja aku merasa Daddy menyembunyikan sesuatu. Aku cuma pengen tahu, Kak. Apa itu salah?"

Anne menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, seolah sedang memilih kata-kata dengan hati-hati. "Tidak ada yang salah dengan ingin tahu, Nona. Tapi saya percaya kalau waktunya sudah tepat, Tuan Mario pasti akan memberitahumu semuanya."

Renaya diam, merenungkan jawaban itu. Dia tahu Anne tidak mungkin memberinya informasi lebih, bahkan jika Anne mengetahuinya. Akhirnya, dia tersenyum kecil dan bergumam, “Kak Anne bijak juga ya...”

Anne terkekeh pelan, tetapi tidak menanggapi langsung. Mobil melaju dengan lancar, dan kampus Renaya mulai terlihat di kejauhan. Sebelum turun, Renaya menatap Anne lagi.

“Terima kasih, Kak. Aku tahu ini bukan tugas yang mudah,” katanya tulus.

Renaya baru saja keluar dari mobil ketika suara riang Ivanka langsung menyapanya. “Renaya! Wah, siapa itu?” tanya Ivanka sambil melirik ke arah Anne, yang tetap berdiri tegap di sisi mobil, mengenakan kacamata hitam dan blazer rapi. Kehadiran Anne yang penuh kharisma tampaknya menarik perhatian.

Renaya mendesah kecil, sudah bisa menebak keingintahuan sahabatnya itu. “Kak Anne,” jawabnya sambil berjalan mendekati Ivanka. “Dia bodyguard yang disewa Daddy untuk menjaga aku.”

Ivanka mengangkat alis, ekspresinya setengah tak percaya. “Bodyguard? Serius? Emang kenapa sampai perlu bodyguard segala? Kamu kayak selebriti aja!”

Renaya menahan diri untuk tidak mengerutkan kening. “Aku juga nggak tahu pasti. Daddy bilang ini untuk keamanan, tapi rasanya ada sesuatu yang dia sembunyikan.”

Ivanka memandang Anne lagi, lalu mencondongkan tubuh sedikit lebih dekat ke Renaya. “Dia keren banget. Kayak agen rahasia di film-film gitu,” bisiknya.

Renaya terkekeh kecil. “Kak Anne memang kelihatan sangar, tapi dia baik kok.”

Ivanka melirik Anne sekali lagi, lalu berbisik lebih pelan. “Tapi... serem juga sih kalau aku harus jalan bareng dia tiap hari.”

“Percaya deh, kamu bakal suka kalau kenal lebih dekat,” balas Renaya dengan senyum simpul.

Anne, yang mendengar percakapan itu meskipun tidak menunjukkan ekspresi apapun, tetap berada di dekat mobil, menjaga jarak tetapi tetap siaga. Saat Renaya dan Ivanka mulai berjalan masuk ke area kampus, Anne menganggukkan kepala sebagai tanda siap menunggu di parkiran.

“Jadi, kamu akan terus ditemani dia?” tanya Ivanka saat mereka berjalan.

Renaya mengangguk. “Kelihatannya begitu. Daddy bilang ini demi keselamatanku.”

“Hmm... rasanya ada yang nggak beres,” komentar Ivanka sambil menyipitkan mata, menunjukkan kecurigaan.

1
Azwani Ramli96
akhirnya tamat,,salam kenal dari Johor Malaysia kak,,hari hari saya ikutin membaca karya kakak,, karyanya bagus.. semangat terus ya kak..
yuhuuu
semangat berkarya kak 🫶
Dinar
Terimakasih untuk karya terbaiknya kak ❣️
iza
next thorrrrr
iza
menarikk
Titik Sumarni
iy jangan lam2
Titik Sumarni
kapan sambungany lagi seru
Mima Rahyudi: sabar kak. hari ini up 1 bab. maaf dr kmrn otornya masuk angin jd libur nulis
total 1 replies
Titik Sumarni
lama
iza
up thor
Aidah Djafar
Edwin ada hubungan keluarga kah dngn Mario 🤔
Aidah Djafar
wow Mario ngatur 🤔 mulai posesif 🤦
Aidah Djafar
Renaya daddymu perhatian lho 🤔
Aidah Djafar
Bella terselubung 🤦😏
Aidah Djafar
Renaya vs sugar Deddy nya 🤗 dadd Mario 🤗
Aidah Djafar
mampir Thor🙏
Jingga Violletha
ah semakin menegangkan
Jingga Violletha
huh kok tegang sih part ini 🥲🥲🥲
Jingga Violletha
ck jaga diri ya nay ada yang ngintai ternyata🥲🥲🥲
Jingga Violletha
mario kok gitu sih 🥲🥲🥲
Jingga Violletha
sempurna aduh jadi iri sama renaya 😆😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!