Kejadian pilu pun tak terduga menimpa Bjorn, para polisi menuduh dia sebagai kaki tangan seorang kriminal dan akhirnya ditembak mati secara tragis.
Bjorn yang tidak tahu alasannya mengapa dirinya harus mati pun terbangun dari kematiannya, tetapi ini bukanlah Akhirat.. Melainkan dunia Kayangan tempat berkumpulnya legenda-legenda mitologi dunia.
Walau sulit menerima kenyataan kalau dirinya telah mati dan berada di dunia yang berbeda, Bjorn mulai membiasakan hidup baru nya dirumah sederhana bersama orang-orang yang menerima nya dengan hangat. Mencoba melupakan masa lalunya sebagai seorang petarung.
Sampai saat desa yang ia tinggali, dibantai habis oleh tentara bezirah hitam misterius. Bjorn yang mengutuk tindakan tersebut menjadi menggila, dan memutuskan untuk berkelana memecahkan teka-teki dunia ini.
Perjalanan panjangnya pun dimulai ketika dia bertemu dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan dirinya.
(REVISI BERLANJUT)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudha Lavera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Cahaya bulan
Bjorn berdiri diam seperti patung, terasa mustahil menggerakan badannya walau sedikit saja, sebelah tangannya yang memegangi pintu, tak bergeming seakan terkena lem yang lengket, tatapan Amodeus terasa tak nyaman, pandangan intens itu sungguh membuat dirinya tercekik.
Raja itu melambai tangan "Kemari, masuklah" Ucap Asmodeus mengundang tanpa sedikitpun niat mengancam.
Pria yang penampilannya sedang berantakan itu menelan liurnya gugup, Bjorn mungkin sebaiknya mengikuti kemauan Asmodeus. Ia mengambil satu langkah masuk, kemudian dengan ragu menambah langkahnya bertahap.
Wanita dengan sayap menjulang, menegur tegas kedatangan Bjorn "Tekuk kakimu" Ucapnya.
Dengan alis yang terangkat, Bjorn menunduk, memandang kakinya yang terjepit, lalu kembali menatap wanita itu dengan pertanyaan tak terkata.
Wanita misterius itu tiba-tiba muncul di belakang Bjorn. Dengan cepat tangan wanita itu meraih kepalanya dari belakang, menekannya turun, hawa keberadaanya begitu mendadak, sampai Bjorn tak bisa bereaksi.
Dengan nada yang keras dan tidak mengenal kompromi, wanita itu memerintahkan "Tekuk kakimu!" Suaranya terdengar tajam dan mengikat.
Kaki Bjorn gemetar. Dengan kekuatan tak terkira, wanita bersayap itu memaksanya berlutut, Bjorn menatap sinis mata wanita itu, penuh kebencian dan ketakutan ia berusaha menahan, tapi kekuatan iblis bersayap itu terlalu besar "Jangan sentuh kepalaku!" Balas Bjorn menentang.
Kemarahannya meluap, wajah perempuan itu terkena sikutan yang keras dan tepat. Dalam keadaan seperti ini Bjorn masih mencoba melawan? Dia memegangi hidungnya, mengelap lembut darah yang mengalir "Brengsek!" Amarahnya meledak, wanita itu mengamuk mengepakkan sayap lebarnya.
"Martha.." Panggil Asmodeus.
"Baik, tuan" Iblis perempuan bernama Martha itu dengan patuh melipat sayapnya anggun, ia berjalan kembali ketempat posisi semula.
Mata tajamnya mengintimidasi "Bjorn Erez, ya? Aku belum pernah melihat wajahmu dari dekat" Dengan gerakan yang tenang dan berwibawa, Asmodeus berdiri dan mendekati Bjorn, jubahnya berkibar seperti sayap kegelapan.
Bjorn terpaku, kedatangan raja iblis membuat seluruh tubuhnya merinding dan kehilangan kekuatan. Kaki-ku tak mau digerakkan? Hawa mengerikan macam apa dia ini. Bintik-bintik keringat didahinya mengungkapkan kegelisahan yang memuncak, napasnya tegang. Sejak kapan aku merasa takut? Aku bahkan tak pernah berpikir kalau dia ini menyeramkan, kepala Bjorn berpikir jernih, tapi tubuhnya terjebak dalam ketakutan yang paralis.
....
"Ada sesuatu yang perlu kau ketahui" Ucap Kartos tersenyum. Yver diam tertegun. "Sungguh tidak ada pentingnya ya 'kan? Menculik anak raja itu" Sambung Kartos.
"Apa maksudmu?" Yver merasa bingung, "Raja-ku memberi perintah untuk menculik gadis itu, karena ia ingin bertemu dengan Bjorn secara langsung" Ucap Kartos.
"Jadi.. Ini rencana kalian lagi? Kedatangan kami kesini? Aku benar-benar tak mengerti, bagaimana kau bisa tahu kalau Bjorn akan kesini" Ekspresi heran dan jengkel terukir jelas diwajah Yver.
"Mudah, kalian bertiga adalah petualang tertinggi di Bretavia, raja kalian sudah berulang kali mengirim ksatria yang katanya terbaik untuk menjemput putri kesayangannya, tapi mereka bahkan mati melawan mayat hidup"
"Kalian merencanakan semuanya, membunuh ksatria dan menculik tuan putri. Apa yang sebenarnya kalian inginkan!" Yver terbakar amarah, pedangnya memancarkan cahaya hijau seperti petir malam.
"Memangnya berasal dari mana bercak darah di lenganmu itu? Kau pun sama kotornya, santai saja.." Ucap Kartos , lalu dia memutar badannya menaiki tangga yang sebelumnya ia lewati "..Lagi pula aku tak mau melawanmu dengan keadaan seperti itu, menyedihkan" Ucapnya melirik tipis sambil menaiki tangga.
"ARRGGH!" Yver mengamuk, rendah sekali dirinya sudah terperangkap ke dalam rencana licik iblis yang hina, pedang yang mengeluarkan aura hijau itu ia hantamkan ke dinding di sampingnya, meluapkan emosi sambil berteriak.
Dari atas tangga nampak banyak sekali Undead, para tengkorak hidup itu turun memadati tangga menuju Yver beramai-ramai.
....
Sial! Tanganku sudah pada batasnya, kalau hanya menangkis, mana mungkin aku bisa mengalahkan iblis nyentrik dengan pedang mencolok ini. Theo bersikukuh menghadapi Iblis bernama Damian ini, pedang yang Damian pakai di cengkram erat dengan cakar ditangannya, membuat pedang itu tak mungkin meleset dari tangannya meski ayunan nya sangat kuat.
Theo sudah terjebak, tidak ada jalan untuk kabur, lubang tempat ia merangkak sebelumnya berada di langit-langit dinding, tak ada pintu maupun jendela, bagaimana pun, dia sudah menemukan putri, berpikir lah!
Damian menghunus pedangnya ke leher Theo tepat saat pria pirang itu menangkisnya dengan pedang katana tradisional Jepang yang muncul dari cincinnya. "Mati! Aku bisa mati!" Sekuat tenaga Theo menahan, mau tak mau, ia harus mengubah arah mata pedang Damian meleset.
Pedang Damian meleset kencang mengikis jeruji besi yang mengurung putri. Mata Theo terpana, mungkin sebaiknya ia hanya menangkis dan membelokkan arah pedang Iblis ini agar jeruji ini hancur dengan kekuatannya yang gila. Ide itu muncul begitu saja setelah mata Theo mulai memancarkan aura licik.
"Oi, rambut musang! Pedangmu itu tumpul sekali, mau sekuat apapun dirimu, kau hanya bisa memotong sayuran seumur hidupmu di dapur!" Provokasi Theo yang sangat menyakitkan.
Urat di dahi Damian lagi-lagi bekedut "Bangsat! Dasar anak haram!" Damian memegang kedua pedangnya dengan kedua tangan, urat di tangannya bermekaran "Messatsu" Rapalan jurus itu keluar dari mulutnya, lalu Damian menebas kencang mengarah Theo.
Theo yang melihat serangan brutal itu, tak percaya diri, Mati! Aku bisa mati! "Anj*ng!" Theo mengerahkan sisa tenaganya, menangkis sekuat tenaga kekuatan gila itu sambil berteriak. Percikan api dari senjata mereka melebur ke seisi ruangan. Lalu dengan cepat ia membelokkan mata pedang Damian ke jeruji besi yang tebal itu.
Satu, dua, tiga.. Dalam hitungan itu, tiba-tiba Jeruji besi yang terkena serangan Damian menjadi rontok, hancur seperti remahan biskuit. Sepertinya percuma menghancurkan pagar besi itu, karena tak ada jalan keluar dari ruangan ini, sial! Theo terengah-engah mendecakkan lidahnya.
"Theo!" Panggil suara kecil muncul samar-samar dari balik dinding yang tebal, panggilan itu kian jelas mendekat dengan suara langkah kuda berlari, dan..
Tembok dibalik tubuh Damian meledak hancur, dari balik dinding yang di hantam keras itu nampak sekilas Yver yang menghancurkan nya dengan pedang yang dia pegang berembun hijau, dia mengendarai dua ekor kuda yang dikaitkan ke sebuah gerobak kayu "NAIK!" Desak Yver, kejadian seperkian detik itu adalah momen langka, Theo cepat-cepat mengangkat jari cincinnya, "Goodbye" Ucap Theo dengan senyum sebelah bibir, lalu seisi ruangan ia buat silau dengan cahaya yang berpancar dari cincinnya, membutakan pandangan Damian.
Setelah Damian membuka matanya, Theo dan Putri sudah menghilang pergi menaiki gerobak kuda yang dikejar rombongan Undead "Bocah menarik, aku harap aku bisa melawan nya saat kondisinya prima" Ucap Damian memandangi Theo dari jauh.
....
Asmodeus berdiri berhadapan dengan Bjorn, tubuhnya sangat dekat, raja itu menepuk bahu Bjorn sebelah tangan dan tak melepaskannya, kemudian mulutnya ditempelkan pada telinga Bjorn, dia membisik halus "Bael Agni"
Mendengar kalimat bisik itu, kelopak mata Bjorn terbuka lebar, ia melotot terkejut dengan napas yang tak beraturan. Apa maksud dari bisikan itu? Memang benar sebelumnya dia yang merancang pertemuan Bjorn dan Theo berujung pertarungan sengit. Tapi...?
Asmodeus melepaskan tangannya dari bahu Bjorn, raja itu mundur berjarak dan tertawa sambil memutarkan tubuhnya membelakangi Bjorn yang tak bisa bergerak, kemudian dia berjalan kembali ke kursi megah nya.
Tiba-tiba suara dentuman keras terdengar, sumber suara itu muncul dari ruangan lain. Mata Bjorn terpantul cahaya silau yang menyorot matanya dari balik jendela ruangan, cahaya kecil itu muncul dari luar bangunan, sinyal kalau tuan putri sudah direbut.
Tanpa pikir panjang, Bjorn memutar badannya sambil memperhatikan wajah Asmodeus, dan berlari ke pintu besar yang ada di belakangnya. Keluar dari bangunan, dia berlari pada kerumunan Undead yang mengejar gerobak kayu yang ditarik dua ekor kuda, nampak Yver sedang mengendarai Kuda-kuda itu, dan Theo mengangkat tangannya memancarkan cahaya silau di cincinnya berharap kakaknya menyadari sinyal itu dari atas gerobak, mata Theo terpirik melihat Bjorn yang berlari mengejar "Cepat kak!" Theo mendesak.
Bjorn berlari memotong jalan, dia berusaha keras mengimbangi laju larian kuda yang kencang, sementara Theo menghunus para Undead yang berbondong-bondong mengejar mereka dengan tombak yang ia buat dari cincinnya, memberi celah agar para tulang hidup itu tak meraih kakaknya yang tengah berlari, Theo mengulurkan tangannya dari atas gerobak. Bjorn berusaha menggapainya dan ditarik tubuhnya keatas gerobak itu melompat. Kakak beradik itu terkapar diatas gerobak, mengatur napas yang terengah dengan tubuh yang sudah compang-camping bercampur luka, Yver memecut kuda-kudanya melaju lebih kencang meninggalkan istana diatas tebing itu.
Theo mencoba duduk disamping kakaknya yang masih berbaring diatas gerobak kayu itu "Sungguh, aku hampir mati, kak" Ucap Theo.
"Benarkah?" Tanya Bjorn yang ikut mencoba duduk.
"Aku bertemu iblis bernama Damian, iblis itu menggunakan pedang tradisional Jepang yang sangat tajam, bahkan kekuatannya tak masuk akal" Theo curhat dengan nada melengking.
Bjorn melirik pada tuan putri yang duduk di sudut gerobak dekat Yver. Lalu menanggapi adiknya "Aku juga bertemu dengan dua iblis bawahan Asmodeus, salah satunya adalah perempuan dengan sayap kelelawar, dan satunya lagi pria dengan dua tanduk domba di dahi nya"
"Apa kau bertarung melawan mereka?" Tanya Theo.
"Apa yang kau harapkan dari seseorang yang bertangan kosong?" Balas Bjorn.
"Mereka semua adalah lima perwujudan.." Sahut Yver yang tak menolehkan wajahnya.
"Lima perwujudan? Aku tak mengerti" Balas Theo.
"Lima perwujudan adalah mereka yang mewakili salah satu perawakan iblis sejati, ada yang memiliki sayap, ada yang memiliki tanduk, dan musuh yang kau temui bernama Damian itu memiliki cakar, sedangkan Iblis bernama Kretos memiliki ekor" Sambung Yver.
"Satunya lagi?" Tanya Theo. Yver hanya fokus pada jalan dan diam tak menjawab pertanyaannya, "Apaan sih, cuek banget" Ucap Theo sebal.
Bjorn memandangi gadis yang duduk canggung itu "Beristirahatlah, perjalanan masih jauh. Tak perlu tegang seperti itu" Ucap Bjorn pada gadis bergaun putih ala kerajaan itu. Tuan putri bernama Lovrent itu sedikit-sedikit melirikkan mata canggung pada Theo.
Kuda yang menarik gerobak itu menyisir hutan gelap dibawah cahaya bulan.