"Ah, aku berada di mana?"
Sebuah tempat yang mengesankan! Sial, tapi ini bukan duniaku. Ini adalah dunia sihir! Tunggu, aku terjebak di dalam tubuh seorang pemuda hina yang memiliki sihir sama sekali.
Bodoh, kenapa aku ini mencintai seorang putri kekaisaran sedangkan aku bukan siapa-siapa?
Ahahaha tidak masalah, mari kita genggam dunia ini menggunakan sebuah kecerdasan yang luar biasa. Tidak apa-apa aku tidak memiliki sihir, tapi aku memiliki sebuah seni yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Ini adalah dunia yang dipenuhi oleh pedang dan juga sihir. Kau tidak punya sihir? maka kau akan dikucilkan. Tapi mari kita lihat, bagaimana pemikiran dunia modern diterapkan di dunia yang tidak pernah menyentuh sains yang menakjubkan. Juga, mari kita taklukkan dunia ini dengan sebuah kecerdasan dan perkembangan teknologi yang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arachanaee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pendatang
Dan memang, ketika Kazuto menuju ke depan desa, dia agak terkejut dengan banyaknya orang yan berdiri di depan pagar. Orang-orang itu tampak kurus kering, tidak memiliki aura kehidupan, bahkan beberapa dari mereka digendong dalam keadaan sakit. Kazuto tidak paham situasinya tentang keberadaan mereka yang tiba-tiba minta ke desa terpencil ini.
Orang-orang itu siapa? Pertanyaan muncul dari hati Kazuto.
Saat Kazuto mendekat, dia berbicara, “Aku kepala desa di sini, siapa kalian?”
Kemudian, pria dewasa dengan tubuh kurus kering, pakaian lusuh berjalan memelas, “Tuan, tolong kami tuan. Kami sebenarnya dibuang oleh penguasa benteng Volmur pada saat musim dingin bulan lalu. Dan kami harus bertahan hidup di pegunungan Ara.”
“Tidak mungkin! Seharusnya kalian meninggal kedinginan. Apalagi pegunungan Ara banyak sekali magical beast di sana!” Helen berkata dengan nada yang tinggi. Mengerutkan dahinya, dan tidak percaya dengan apa yang mereka katakan.
Logikanya, jika mereka dibuang oleh penguasa benteng Volmur pada saat musim dingin, jelas-jelas mereka akan mati kedinginan. Apalagi mereka juga tidak tidak sekuat dari tampangnya. Tapi..... bagaimana mungkin mereka ada di sini? Itulah yang Kazuto pikirkan. Ini baru satu hari setelah musim dingin! Sekalipun mereka berbohong bahwa mereka dari pegunungan Ara karena dibuang oleh pengusa benteng Volmur, mereka berasal darimana? Bagaimana mereka bisa bertahan dari musim dingin saat berkelana?
“Tidak! kami tidak berbohong nona!” Belum pria tua itu berkata, seorang wanita dewasa itu menyahut. Wanita dewasa itu tengah menggendong seorang anak kecil yang tidak berdaya lagi. Matanya juga tertutup sayu seolah sedang bertahan dari gempuran dunia.
Itu tentu saja membuat rasa iba Kazuto muncul. Tapi .... Kazuto harus mendengarkan situasi mereka. “Bagaimana mungkin kalian bisa bertahan di musim dingin?”
“Kami tidak mengerti.” orang itu berkata sesopan mungkin. “Namun beberapa menit setelah kami dibuang, sebuah Array berwarna merah muda tiba-tiba melapisi permukaan gunung, disusul dengan kubah transparan yang membuat salju meleleh di dalamnya. Kondisi pun menjadi normal! Kami juga bisa bertahan dari magical beast, karena magical beast kebanyakan menjadi jasad di dalam kubah tersebut!”
“Hah?” Kazuto dan yang lainnya saling memandang. Dia mencoba mencerna perkataan orang tersebut secara masuk akal. Tapi mengingat bahwa ini adalah sebuah dunia sihir, Kazuto mengangap itu adalah hal yang normal. Hanya saja, Kazuto masih tidak mengerti situasi dan kondisinya yang membuat dia bingung.
“Pegunungan Ara? Itu ulah Ryugard?” Laura mencoba memberikan sebuah hipotesis yang dia bisikkan kepada Kazuto. Lagipula, Ryugard masih berada di pegunungan Ara. Itu hanya pemikiran dari Laura yang tiba-tiba terlintas dipikirannya.
Tapi itu adalah sebuah pemikiran yang masuk akal. Kazuto mengerutkan dahinya ketika dia mendengar bisikan dari Ryugard. Sebelum Kazuto pergi, Ryugard sempat bilang bahwa dirinya akan mengurus pertambangan di gunung Ara dan itu adalah suatu hal yang benar-benar mudah bagi dirinya. Jadi, apakah mungkin itu ulah dirinya?
Dan orang itu bilang bahwa ada sebuah array dan kubah yang menutupi pegunungan Ara, sementara apapun yang ada di dalamnya akan berada dalam situasi yang membingungkan. Seperti awalnya salju akan menutupi permukaan gunung, justru meleleh dan tampak normal, sehingga suhu berubah jadi biasa. Kemudian, mereka menemukan banyak hewan mati, yang kemunkinan hewan-hewan itu tidak mampu untuk menahan kekuatan dari kubah Array tersebut.
Sekarang jauh lebih masuk akal.
“Tolonglah kami tuan! Beri kamu sedikit makanan dan tempat perlindungan yang layak. Selama beberapa minggu kami hanya makan bangkai dari hewan sehingga tidak mendapatkan makanan yang layak.” Seorang wanita yang menggendong anak kecil yang tengah sakit itupun berkata dengan wajah yang memelas.
Kazuto merasa sangat iba dan kasihan. Sementara dirinya juga tidak bisa memutuskan sesuatu itu tanpa perhitungan yang matang. Jika penduduk desa ini ketambahan orang dua kali lipat tanpa ada persipan, maka segalanya akan menjadi rumit. Persediaan makanan misalnya. Daging asap yang sudah diperhitungkan untuk penduduk desa asli, yang mana itu akan bertahan hingga beberapa bulan ke depan hingga masa panen tiba, jelas-jelas akan merugikan apabila mereka datang seperti ini.
Maka dari itu, Kazuto dibenturkan dalam dua situasi dan kondisi yang membuat dia berdecak kesal.
Elynore berkaca-kaca saat melihat hal demikian, dia tentu saja merasa sangat iba dan sesegera ingin menolong anak kecil yang kelihatannya sedang sakit. Tapi, Helen memiliki sifat yang berbalikan, dimana dia tidak berharap bahwa Kazuto menerima mereka.
Ini permasalahan ketersediaan makanan yang terbatas.
“Bagaimana ini kepala desa?” Cornel mendesak. Dia tidak berani memilih sikap apapun dan pemikiran apapun tentang menolong mereka.
“Tolonglah kami kepala desa, tolonglah kami!”
Saat itu juga, seorang anak laki-laki tiba berjalan ke arah kaki Kazuto dan memeluk kaki tersebut. Hal itu membuat Kazuto linglung sejenak, memandangi nak kecil yang tumbuh kering dengan pakaian lusuh itu tentu saja membuat hati Kazuto teriris.
“Aku lapar.”
Benteng Valmour, mereka benar-benar keji hingga membuat mereka dalam kondisi seperti ini.
Seorang perempuan remaja, dengan wajah penuh kerutan seakan ada emosi yang mendalam di wajahnya tiba-tiba menarik laki-laki tersebut. Raut wajahnya menunjukkan belas kasihan, tapi juga kekesalan dan luapan emosi yang ingin dikeluarkan. Rambutnya lusuh, pakaiannya juga tidak beraturan, wajahnya penuh dengan kotoran. Kazuto tidak bisa membayangkan, betapa tak punya kehidupanya mereka.
“Kalian semua non penyihir yang kena diskriminasi?” Kazuto bertanya.
Tapi kenyataannya, setelah pertanyaan dilonatarkan, sebagian besar memang seorang yang bukan penyihir, sebgain besar adalah seorang penyihir. Yang artinya mereka bukanlah korban diskriminasi, tapi mereka adalah seorang tahanan.
Wanita yang menyeret anak laki-laki kecil itu kemudian menyahut, “Aku juga penyihir. Tapi orang tua kami merupakan seorang yang dianggap tidak patuh terhadap ajaran gereja.”
Dan ya, sebagia besar, mereka adalah orang-orang yang tidak patuh, atau mungkin hanya sekadar mengkritisi ajaran gereja sehingga pada akhirnya mereka berakhir demikian. Dan menurut Kazuto, itu terlalu berlebihan hingga mereka diperlakukan demikian.
“Aku meminta waktu, yang jelas ini membutuhkan persetujuan mayoritas penduduk desa.”
Kazuto berkata dengan mantap. Dia memandang bawahannya dengan mata yang tulus ingin menolong. Akan tetapi, semua persetujuan dibawa oleh mayoritas penduduk desa. Walaupun dia adalah seorang kepala desa sekalipun, Kazuto akan tetap mementingkan suara mayoritas. Lagipula desa ini bukanlah milik Kazuto, tapi milik para penduduk asli desa ini.
“Kepala desa, Anda serius melakukan hal ini?” Sahal menoleh ke arah Kazuto. Yang mana itu artinya, Kazuto sebenarnya setuju, tapi masih memikirkan perasaan penduduk desa.
“Cornel, panggilkan penduduk desa. Kita akan berdiskusi di tempat ini.”
Corel pun mengangguk.
Muncul secercah harapan dari para pendatang seperti mereka. Mereka bisa mendapatkan kehidupan yang layak untuk sementara waktu yaitu makanan untuk mereka.
“Elynore, sembuhkan anak itu sekarang juga. tidak peduli penduduk desa mayoritas menolak, paling tidak, yang sakit harus segera sembuh.” Kazuto mencoba untuk menggendong anak kecil yang sakit di gendongan ibunya.
Tentu saja, itu membuat siapa saja merasa terharu. Terutama ibu itu yang menangis dan langsung berlutut-lutut dan bersyukur di depan Kazuto.
“Terimakasih tuan. Tolong selamatkan nyawa putraku!”
Elynore mengangguk. Kemudian dia melipat lengan bajunya dan berwajah begitu serius. Dia melihat kondisi anak itu yang memiliki demam yang cukup tinggi. Kazuto pun merasakan hal demikian, dan dia yakin bahwa anak ini memiliki suhu hampir empat puluh derajat, yang mana ini dalam kondisi begitu kritis dan harus mendapatkan penanganan yang begitu cepat.
ayo mampir juga dinovelku jika berkenan