Alexa seorang gadis cantik yang memiliki wajah bulat seperti tomat yang menyukai seorang pria tampan di kantor nya. "Sampai kapan pun aku tidak akan pernah tertarik dengan wanita berwajah bulat. Mau dia secantik bidadari sekali pun aku tidak akan tertarik. "ucap chavin (pria yang disukai lexa). Dengan seiring nya waktu tanpa disadari mereka pun berpacaran. Chavin menerima cinta lexa kerena alasan tertentu. Tapi lexa sering diperlakukan tidak baik. Chavin suka membandingkan lexa dengan wanita lain. Dan akhirnya chavin memutuskan untuk berpisah dengan lexa. Tak disangka- sangka lexa mengalami kecelakaan yang membuat wajah nya yang bulat menjadi tirus mungkin disebabkan dia sakit teruk. Apakah setelah wajah lexa tirus cavin menerima cinta lexa kembali dengan tulus??? apakah lexa akan tetap mengejar cinta cavin atau malah sebaliknya. Nantikan kisah mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10. PAGI YANG CERAH
Genggaman tangan ninda begitu tulus. Tulusnya seorang sahabat, walaupun tangannya dingin, namun genggaman Ninda terasa begitu hangat di hati Alexa. Sahabat yang satu ini selalu ada di saat senang maupun susah, di tengah suka atau pun duka.
Alexa menundukkan kepala, menatap jemarinya yang gemetar.
“Aku takut, Nin. Takut kalau aku nggak akan pernah nemuin orang yang benar-benar tulus sama aku,” bisiknya, suaranya hampir tenggelam di sela isak tangisnya.
Ninda mengusap pelan bahu Alexa. “Makanya, Lex, jangan cuma bertahan di tempat yang membuat kamu terluka. Kamu harus percaya kalau kamu layak untuk bahagia. Tapi, Lex, sebelum kita berpaling ke orang lain, belajar lah untuk mencintai dirimu sendiri dulu.”
Alexa menggeleng pelan, air matanya kembali jatuh. “Aku ini bodoh, Nin. Terlalu takut kehilangan, sampai aku lupa bagaimana caranya memperjuangkan diriku sendiri. Aku bahkan nggak tahu bagaimana aku bisa lepas dari semua ini.” jawap ku penuh isak tangis.
Ninda menarik napas panjang, lalu menatap Alexa dengan mata penuh keyakinan.
“Lexa, kamu nggak bodoh. Kamu cuma lupa bahwa kamu itu lebih kuat dari yang kamu pikirkan. Belajar mencintai dirimu, Lex. Saat kamu merasa cukup dengan dirimu sendiri, kamu pasti gak akan butuh orang lain untuk melengkapinya.”
Alexa tertegun. Kata-kata Ninda menamparnya dengan lembut, membuka pikirannya. Ia menatap sahabatnya itu, lalu tersenyum tipis.
“Kamu selalu tahu cara membuatku merasa lebih baik. Terima kasih, Nin. Kamu memang sahabat terbaikku.”
Ninda tertawa kecil, mengusap air mata di pipi Alexa. “Kita sahabat selamanya, Lex. Aku nggak akan biarin kamu jatuh terlalu lama. Kita pasti akan selalu bersama-sama, oke?” ucap ninda yang selalu memancar kan cahaya.
BEBERAPA BULAN BERLALU
Alexa mulai merasa hidupnya perlahan membaik. Tanpa Chavin, ia belajar menemukan kebahagiaan kecil dari hal-hal yang sederhana. Rutinitas kerja, olahraga pagi, dan momen bersama sahabatnya menjadi obat bagi luka-luka di hatinya.
Pada suatu pagi, Alexa memutuskan berjoging sebelum berangkat kerja kantor. Selesai solat subuh. lexa pun mulai berjogging terlihat Langit biru cerah, udara sejuk menyelimuti tubuhnya. Di tengah perjalanan, ia bertemu Bimo, teman kerja yang belakangan ini sering memberinya dukungan.
“Hei, Lex. Jalan pagi juga hari ni? Jarang-jarang, nih,” sapa Bimo sambil tersenyum hangat.
Alexa tersenyum balik. “Iya, lagi pengen suasana baru. Lagi suka menikmati udara pagi juga.”
Bimo memandangnya sebentar. “Kamu kelihatan lebih bahagia sekarang. Gimana perasaanmu?” Apakah kamu baik??? "tanya Bimo ingin tahu.
Alexa berhenti sejenak, lalu mengangguk kecil. “Lebih baik, Bim. Aku mulai merasa jadi diriku lagi, tanpa beban kenangan yang dulu. Rasanya lebih ringan.”
Wah kamu jauh bangeet jogging sampai sini??? Apakah rumah kamu tidak jauh dari sini juga??? tanya ku kepada Bimo.
Bimo mengangguk, terlihat lega. “Bagus. Aku tahu kamu pasti bisa melewatinya. Kamu lebih kuat dari yang kamu kira, Lex.” hhhmmm... lexa lexa. sudah sering ketemu sering ngobrol tapi baru sekarang kamu tanya rumah ku!!! "ucap bimo. geleng kepala.
Alexa tersenyum, Hhmmmm...maaf. Kerena baru kali ini jumpa kamu jogging pagi pagi. Jadi aku fikir mungkin rumah kamu juga dekat dekat sini juga kan? Maaf yah.. "ucap ku sambil tersenyum tipis.
Rumah ku lumayan gak jauh jauh amat kok dari rumah kamu. Karena didepan ada taman olah raga aku sengaja jogging disitu. Mana tau bisa skalian ketemu kamu kan. hhhmmmm..dugaan ku benaran deh bisa jumpa kamu. " jawap Bimo meledek.
"Hhmmm... Apaan kamu iihhhh... hhmmm..sudah waktu nya pulang nih. sebentar lagi mau lanjut kerja kan. Aku duluan yah bim. byee... "jawap ku sambil beranjak pulang kerumah.
"Ok... bye Alexa. see u yah.( jawap Bimo singkat)
Bimo lelaki yang diam diam pun tertarik dengan lexa. Tapi Bimo tau dan sadar Alexa tidak akan pernah tertarik dengan nya. Bisa dibilang jauh lah dari kreteria tipe cowok yang dia suka. walaupun begitu Bimo merasa senang juga bisa dekat dan ngobrol secara langsung dengan lexa. hati nya pun sudah bahagia.
Dan ketika sampai dikantor di tengah istirahat makan siang, Alexa dan Ninda duduk di sebuah kafe kecil dekat kantor. Ninda, seperti biasa, membawa energi positif yang membuat Alexa tertawa.
“Alexa, aku perhatikan ada sesuatu, nih,” kata Ninda tiba-tiba, sambil menyeruput kopinya.
“Kamu kayaknya sering bareng Bimo belakangan ini. Ada apa, ya?” tanya ninda curiga.
Alexa mengerutkan kening. “Sering bareng..iihh...kamu ada ada saja. Baru juga ketemu beberapa kali itu pun karena tidak sengaja. Dan kebetulan rumah dia juga gak jauh jauh amat dari rumah ku.
Pas kebetulan jumpa dia terus dia menyapa ku. kan gak salah sih. Nggak ada apa-apa, Nin. Dia cuma sekedar teman saja. Ehhhmmm... menghela nafas.
Ninda menyipitkan mata, senyumnya penuh arti. “Ah, masa sih? Tapi aku lihat cara dia mandang kamu, kayaknya lebih dari sekadar teman, deh.”
Alexa menggeleng, setengah tertawa. “Kamu ini suka mikir aneh-aneh, Nin. Bimo itu baik, lagian itu kan cara dia memandang aku. Bukan aku yang memandang nya. Bukan kah kamu sendiri pernah bilang kalau dia memang tertarik kepada ku. "jawap ku.
Ninda mengangguk pelan, wajahnya kembali serius. “Iya sich , dia memang tertarik sama kamu, aku fikir dia sudah pernah nembak kamu, Lex. Hehehe.. ucap ninda meledek.
"Ngomong omong kamu rasa dia pantas gak ??? nggak ada salahnya ngasih kesempatan.”ucap ninda lagi.
"Hhmmm... pantas apa nya. Pantas sama kamu iya kali. Kalau sama aku... Terima kasih ah. buat kamu saja. "jawap lexa bergurau.
"Lexa lexa kan tidak salah dicoba kan, dari pada kamu terus murung mikirin Chavin.
Alexa terdiam, memikirkan kata-kata sahabatnya. Ia memang merasa nyaman dengan Bimo, Kalau bicara suka nyambung. Tetapi ia tidak pernah tertarik dengan Bimo.
Dia hanya menganggap Bimo sahabat dekat sama seperti ninda. Tidak lebih. Dan kalau pun Bimo tertarik itu hal wajar lah. Bimo kan lelaki. lelaki normal pasti tertarik lah melihat lexa.
"Ninda... jangan paksa aku yah. aku belum siap. Kamu kan sahabat ku kamu pasti tau kan kehidupan aku seperti apa. Sudah jangan bahas lagi yah. Nanti aku merajuk nih. " jawap lexa.
"Baiklah... sahabat ku yang cantik. Asiap aku gak akan bahas apa apa lagi. ok aku janji. "jawap ninda.
Mereka berdua pun tersenyum.
Beberapa bulan sejak Alexa memutuskan untuk menyendiri dan untuk tidak bertemu Chavin lagi. Meski tidak bisa dipungkiri bayang bayang lelaki tampan itu masih saja muncul dalam pikiran nya. Heran pelet jejeka itu tidak pernah hilang. walau pun sudah meninggal kan luka. Tetap saja masih ada.
Beruntung, Alexa ada Ninda sahabat sejati yang selalu setia mendampingi dan mendengarkan tanpa pernah menghakimi. Ninda adalah sahabat yang baik bahkan mereka pun sudah seperti saudara saja.
BERSAMBUNG...
jika berkenan mampir juga dikaryaku yuk/Smile/