**Prolog**
Di bawah langit yang kelabu, sebuah kerajaan berdiri megah dengan istana yang menjulang di tengahnya. Kilian, pangeran kedua yang lahir dengan kutukan di wajahnya, adalah sosok yang menjadi bisik-bisik di balik tirai-tirai istana. Wajahnya yang tertutup oleh topeng tidak hanya menyembunyikan luka fisik, tetapi juga perasaan yang terkunci di dalam hatinya—sebuah hati yang rapuh, terbungkus oleh dinginnya dinding kebencian dan kesepian.
Di sisi lain, ada Rosalin, seorang wanita yang tidak berasal dari dunia ini. Takdir membawanya ke kehidupan istana, menggantikan sosok Rosalin yang asli. Ia menikah dengan Kilian, seorang pria yang wajahnya mengingatkannya pada masa lalunya yang penuh luka dan pengkhianatan. Namun, di balik ketakutannya, Rosalin menemukan dirinya perlahan-lahan tertarik pada pangeran yang memikul beban dunia di pundaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon d06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
Di sebuah ruangan yang remang-remang, hanya diterangi oleh sebuah lilin besar di atas meja kayu tua. Bayangan api lilin menari di dinding, menciptakan suasana mencekam. Aroma kayu terbakar dan anggur tua memenuhi udara. Langit-langit tinggi dengan balok kayu yang kusam menambah kesan gelap dan usang.
Di tengah ruangan, seorang pria dengan pakaian rapi duduk di kursi besar, tampak tenang namun memancarkan wibawa yang sulit diabaikan. Wajahnya sebagian besar tertutup bayangan, hanya matanya yang tajam memantulkan cahaya lilin.
Seorang tamu berdiri dengan tangan terlipat di belakang punggung, kepala sedikit tertunduk. Ia jelas bersikap penuh hormat, namun ada kegugupan yang tersirat dari gerakan kecil jemarinya yang mengetuk-ngetuk pelan sisi paha.
"Jadi seperti itu," suara orang di kursi terdengar tenang namun dingin, memecah keheningan. "Tidak kusangka wanita itu ternyata cukup pintar."
Yang berdiri tetap diam sejenak sebelum mengangguk perlahan, suaranya serak namun rendah ketika ia akhirnya berbicara. "Selanjutnya apa yang harus saya kerjakan?"
Cahaya lilin berkedip-kedip, membuat ekspresi pria di kursi sulit terbaca. Namun senyum samar yang muncul dari bayangan itu terasa penuh perhitungan.
"Kau tahu pasti apa yang harus dilakukan," balasnya, suaranya lebih pelan, namun setiap kata mengandung ancaman terselubung. "Sekarang kelemahannya bertambah. Kehilangan seseorang dalam hidupnya... akan menghancurkannya."
Yang berdiri menegakkan tubuhnya, ekspresinya kini serius. "Baik. Akan saya laksanakan."
"Kerjakan saja apa yang menurutmu terbaik," lanjut orang di kursi, nadanya seolah menguji. "Tapi ingat tujuan utama kita. Jangan sampai kau mengecewakan."
Yang berdiri menundukkan kepala sedikit lebih dalam. "Saya mengerti."
Sebuah keheningan singkat melingkupi ruangan, hanya terdengar bunyi kayu yang berderak pelan dari tungku di sudut. Pria di kursi menggeser tubuhnya ke depan, meletakkan tangan di sandaran kursi.
"Aku akan tetap satu langkah di depanmu, Kilian," katanya, suaranya rendah dan menggema di ruangan. "Jika kau memiliki seribu cara, maka aku memiliki seribu satu."
Senyuman tipis muncul di wajahnya, terlihat sesaat sebelum bayangan kembali menyelimuti. Yang berdiri menahan napas, merasakan tekanan yang begitu kuat dari kalimat itu.
Tanpa mengatakan sepatah kata lagi, ia berbalik dan meninggalkan ruangan dengan langkah cepat, meninggalkan pria di kursi yang masih tenggelam dalam pikirannya. Suasana ruangan kembali sunyi, hanya bayangan lilin yang terus menari di dinding, seolah mencerminkan intrik yang sedang direncanakan di dalamnya.
...***...
Sudah lebih dari dua minggu Kilian dan Rosalin tinggal di desa ini. Banyak hal yang telah mereka lalui bersama, dan perlahan, jarak yang pernah memisahkan keduanya kini mulai menghilang.
Pagi itu, Rosalin sedang mengajarkan anak-anak desa cara menanam bunga di ladang kecil di pinggir desa. Senyumnya cerah saat ia berjongkok, tangannya penuh dengan tanah, mengajari mereka menaburkan benih dengan benar. Namun, rambut panjangnya yang menjuntai membuat gerakannya sedikit terhambat, berayun ke depan setiap kali ia membungkuk.
Dengan tangan yang kotor, Rosalin berusaha mengikat rambutnya, tetapi kesulitan. Kilian, yang memperhatikan dari kejauhan, mendekat tanpa banyak bicara. Dengan gerakan tenang, ia mengambil pita dari saku jubahnya dan membantu mengikat rambut Rosalin.
Kilian tidak menyangka bahwa dirinya akan melakukan hal ini kepada seorang wanita, Rosalin terlihat cantik dari segi manapun, tapi bukan kecantikannya yang ia kagumi tapi karakternya lah yang ia sukai
dia kira Rosalin sama saja seperti wanita bangsawan lainnya, yang mengejar harta, tahta dan ketampanan seorang lelaki. Tapi ternyata dia salah, di saat wanita lain akan mengeluh dengan kesusahan yang mereka alami Rosalin malah menguatkan dirinya dan semua warga desa.
Rosalin mendongak ke arahnya, tersenyum manis. “Terima kasih, Kilian.” Ia berdiri perlahan, menepuk-nepuk tangannya dari sisa tanah.
Tanpa ragu, Rosalin mendekat dan mengecup pipi Kilian dengan ringan. “Itu untuk bantuannya,” katanya santai, seperti hal biasa.
Kilian tampak tetap tenang di permukaan, wajahnya tak menunjukkan banyak reaksi. Namun, telinganya yang memerah tak bisa menyembunyikan rasa malunya. Anak-anak yang melihat adegan itu mulai tertawa kecil, membuat Rosalin ikut tertawa, sementara Kilian hanya berdeham, mencoba mengalihkan perhatian.
“Kembali fokus,” ucap Kilian pada anak-anak dengan suara datar, tetapi matanya tidak bisa benar-benar menatap Rosalin.
Namun, tak jauh dari ladang, seorang pria berdiri di bawah naungan pohon besar, mengamati dari kejauhan. Wajahnya sebagian tertutup bayangan, tetapi sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman sinis.
“Kilian, kau benar-benar mulai jatuh cinta. Baguslah... kau akan menjadi seseorang yang lemah.” Suaranya lirih, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Ia menoleh sejenak, lalu kembali memandang Kilian dan Rosalin yang kini sibuk bersama anak-anak desa.
“Semakin mudah bagiku untuk menjatuhkanmu.” Ia berbalik perlahan, meninggalkan tempat itu dengan langkah mantap, seolah merencanakan sesuatu yang tak terduga.
...★★★...
Thank you for being a loyal reader of the Silhouette of Love story ❤️
Saya akan berusaha untuk update setiap hari
Jangan lupa untuk like komen dan vote ❤️
semoga ceritanya sering update