Emanuel Abraham Lincoln seorang pria dewasa yang berumur 28 tahun merupakan CEO Dari perusahaan Besar yang bernama E,A Company
Emmanuel Merupakan suami dari seorang wanita cantik yang bernama Rossa, mereka sudah lama menikah dan di karuniai seorang
putra Yang Kini Berusia 2 tahun, putra mereka Di beri nama Kenzie Junior Abraham Lincoln.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penolakan Silvia Membuat Emmanuel Marah
Setengah jam telah berlalu. Kini Emmanuel dan Silvia sudah selesai makan malam.
"Apa kau suka dengan makan malam hari ini?" tanya Emmanuel menatap wajah cantik Silvia dengan tatapan penuh kasi.
Silvia pun menganggukan kepalanya secara perlahan. "Selain enak, harganya juga sangat mahal. Lain kali jika Tuan ingin mengajakku makan malam jangan di tempat ini lagi," ujar Silvia sembari mencurutkan bibirnya ke depan. Silvia merasa tidak enak hati karena malam ini ia memakan makanan yang sangat mahal dan tentu saja yang membayarnya adalah Emmanuel sendiri.
"Kamu takut aku miskin?" tanya Emmanuel seraya terkekeh yang membuat Silvia segera menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku ini bukan siapa-siapamu, Tuan. Jadi Tuan tidak perlu sebaik ini padaku," ujar Silvia yang membuat Emmanuel langsung terdiam saat mendengarnya.
Emmanuel merasa ini waktu yang tempat untuk mengutarakan isi hatinya pada gadis itu. Dengan segera Emmanuel mengeluarkan kotak cincin di dalam saku celananya.
"Pernahkah kau berfikir mengapa aku bisa sebaik ini padamu?" tanya Emmanuel menggenggam erat kotak cincin tersebut di bawah meja.
"Aku tahu. Tuan berperilaku sebaik ini padaku untuk berterimakasih karena aku sudah menjaga Kenzie dengan sangat baik," jawab Silvia yang membuat Emmanuel langsung terkekeh saat mendengarnya.
"Kau salah Silvia. Aku memperlakukanmu dengan baik karena aku ada rasa padamu," ujar Emmanuel.
"Rasa?" Silvia mengerutkan keningnya.
"Aku mencintaimu, Silvia," ucap Emmanuel dengan senyuman lebarnya yang membuat Silvia langsung terdiam saat mendengarnya.
Kotak cincin yang sejak tadi Emmanuel pegang kini membukanya di hadapan Silvia, ayo kita menikah."
Deg ....
Seketika saja Silvia terdiam kaku di tempatnya. Ia benar-benar syok ketika mendengar ucapan Emmanuel yang mengajaknya untuk menikah. Apa lagi ketika melihat cincin yang dikeluarkan oleh pria itu membuat Silvia semakin syok.
"Aku tahu ini terlalu cepat untuk kita. Tapi aku berjanji setelah kita menikah nanti aku akan membahagiakanmu. Aku mungkin gagal dalam pernikahan sebelumnya tapi kali ini aku jamin pernikahan kali ini tidak akan sama seperti pernikahanku sebelumnya," ujar Emmanuel berusaha meyakinkan Silvia.
Silvia tak bisa berkata-kata. Ia bingung harus menjawab apa. Jujur saja Silvia juga mencintai Emmanuel sama seperti Emmanuel mencintainya. Akan tetapi Silvia masih teringat jika Emmanuel masih berstatus sebagai suami dari Silvia.
"Silvia, kenapa kau diam saja?" tanya Emmanuel mulai frustasi melihat Silvia hanya diam saja tanpa menjawab perkataannya.
"A--Aku ...." Silvia bimbang untuk menjawab.
"Aku apa, Silvia?" tanya Emmanuel menatap kedua manik mata Silvia dengan sangat intens.
"A--Aku tidak bisa menerimamu, Tuan," jawab Silvia dengan nada terbata-bata.
Deg ....
Seketika itu pula Emmanuel langsung membeku di tempatnya. Senyuman manis yang sejak tadi terpancar di wajahnya kini berubah datar dan dingin. Ia tak menyangka jika Silvia begitu berani menolak lamarannya setelah apa yang ia berikan selama ini untuk gadis itu.
"Kau menolakku?" tanya Emmanuel menatap Silvia dengan tatapan tak percaya.
"Maafkan aku, Tu—"
"Kenapa?" tanya Emmanuel dengan nada yang sangat dingin. "Kenapa kau menolakku? Apa yang kurang dariku sehingga kau menolakku?!"
"Kamu tidak kekurangan apa-apa, Tuan. Hidupmu mapan dan kamu punya seorang putra yang sangat pintar dan tampan," ujar Silvia. Tubuh Silvia seketika sedikit merinding, ia dapat merasakan aura menyeramkan yang mengelilingi tubuh Emmanuel. Apa Emmanuel sedang marah saat ini?
"Lalu kenapa kau menolakku?!" sentak Emmanuel sembari memukul meja dengan sangat kuat yang membuat Silvia langsung terkejut.
"A--Aku hanya tidak ingin menikah dengan pria yang sudah pernah menikah, Tuan," ujar Silvia yang membuat Emmanuel langsung terdiam.
Silvia yang melihat Emmanuel terdiam lantas merasa sangat bersalah. Sejujurnya Silvia tidak ingin menolak Emmanuel tetapi keadaan memaksanya. Perkataan Rossa tadi pagi benar-benar membuatnya dilema saat ini.
"Maafkan aku, Tuan. Tolong mengertilah diriku," ucap Silvia yang hendak memegang tangan Emmanuel tetapi Emmanuel segera menghindar.
"Apa yang harus dimengerti?! Andai saja aku tahu kau akan menolakku seperti ini aku tidak akan mau melamarmu! Hanya karena aku seorang duda kau tega menolakku. Lalu untuk apa selama ini kau memberikan perhatian lebih pada Kenzie, hah?! Untuk apa!" teriak Emmanuel sangat murka. Pria itu benar-benar marah atas penolakan yang diberikan Silvia padanya.
"Tu--Tuan ...."
"Cukup! Aku tidak ingin mendengar perkataanmu lagi! Lupakan! Lupakan kalau aku pernah melamarmu! Anggap saja malam ini tidak pernah terjadi di antara kita berdua!" bentak Emmanuel yang segera berdiri dari duduknya dan segera pergi dari sana.
"Tuan!" Silvia ikut berdiri dari duduknya dan berusaha mengejar Emmanuel yang melangkah dengan cepat menuju pintu keluar.
"Tuan! Dengarkan aku dulu! Aku tidak bermaksud— Akh!" Seketika saja Silvia terjatuh karena terpeleset oleh kakinya sendiri sehingga membuat kedua lututnya berdarah.
Emmanuel yang mendengar Silvia menjerit lantas segera menoleh. Kedua mata Emmanuel pun langsung melotot dengan sempurna tak kala melihat Silvia yang tergeletak di lantai. Emmanuel ingin sekali membantu Silvia akan tetapi penolakan Silvia barusan membuatnya benar-benar sakit hati.
Pria itu pun kembali berbalik dan pergi dari sana tanpa memperdulikan Silvia yang sedang kesakitan.
"Tuan! Dengarkan aku dulu! Jangan pergi, Tuan!" teriak Silvia dengan mata berkaca-kaca menatap punggung kekar Emmanuel yang semakin lama semakin menjauh darinya.