Sebuah keputusan besar terpaksa harus Jena ambil demi menghidupi keluarganya. Menikah dengan Bos diperusahaannya untuk mendapatkan keturunan agar dapat meneruskan perusahaan adalah hal yang gila. Namun apa jadinya jika pernikahan itu terjadi diatas kontrak? temukan jawabannya disini 👇🏻.. Selamat membaca 🤗🥰🥰
.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nazefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Obat Marah
Hari ini Jena merasa sangat senang karena bisa menghabiskan waktunya bersama Savero. Sebelumnya Jena tidak pernah berfikir bahwa seorang Savero bisa menuruti semua keinginannya yang hanya sebatas istri kontrak sekaligus sekertaris.
Malam ini mereka memutuskan untuk pulang setelah puas Jena memborong semua barang yang dia inginkan.
"Terimakasih Tuan untuk hari ini." ucap Jena dengan wajah yang ceria.
"Hmm.., ternyata obat marah mu harganya lumayan juga ya? Sampai harus menyita banyak waktuku." jawab Savero.
"Tidak ada salahnya bukan, jika sesekali menghabiskan waktu dengan istri dan calon anak." ujar Jena.
"Iya, tapi lain kali kalau mau minta jalan-jalan tidak perlu pakai marah dulu." jawab Savero.
"Itukan karena Tuan duluan yang menyebalkan. Lagipula jika aku tidak marah, apa Tuan akan ada waktu untuk jalan-jalan dengan ku?" ungkap Jena.
"Ya sudah, lain kali aku akan lebih memperhatikanmu." jawab Savero singkat, karena tidak mau jika nantinya akan ada perdebatan lagi.
"Ayo kita ke mobil sekarang." ajak Vero.
Savero dan Jena mulai berjalan ke arah mobil mereka dan tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang tengah memperhatikan mereka.
Naura yang tidak sengaja melihat Savero bersama Jena yang dia kenal betul bahwa Jena adalah sekertaris Savero dikantor. Tapi yang membuat Naura curiga adalah kenapa mereka hanya pergi berdua? bahkan mereka pergi kepusat belanjaan dengan membawa banyak barang. Merasa ada yang tidak benar dengan apa yang dia lihat pun Naura kini semakin ingin tau dan mulai mendekati mereka berdua.
"Vero?" panggil Naura yang kini berdiri tepat di depan Vero dan Jena.
"Nona Naura, selamat malam." ucap Jena ramah dengan menundukkan kepalanya.
"Ya malam Je," jawab Naura sambil mengulas senyum.
"Apa kalian hanya pergi berdua? dan... belanjaan mu, lumayan banyak ya? Apakah kalian sedang berkencan?" tanya Naura dengan memandang mereka secara bergantian.
Savero segera menepis prasangka Naura yang nantinya bisa lebih jauh dan mencurigai mereka berdua.
"Pikiranmu terlalu jauh Naura, kami baru saja pulang meeting didekat sini dan kebetulan Jena ingin mampir membeli sesuatu. Lagipula dia sudah memberikan keuntungan yang banyak untuk perusahaan ku hari ini. Jadi tidak ada salahnya jika aku membelikannya banyak barang sebagai hadiah." terang Savero.
"Ooh, maaf aku tidak bermaksud..." ucap Naura yang langsung disela oleh Savero.
"Lebih baik lain kali jangan suka ikut campur urusan orang lain!" tegur Savero.
"Ayo Je, masuk! kita pergi dari sini." ajak Savero dengan berjalan terlebih dahulu.
"Baik Tuan."
"Permisi Nona Naura." pamit Jena dengan menundukkan kepalanya lalu menyusul langkah Savero.
"Ya." jawab Naura.
Savero dan Jena masuk ke dalam mobil meninggalkan Naura sendiri dengan posisinya yang masih terap berdiri disana. Sejak kejadian malam itu Naura memang memutuskan untuk tidak lagi berharap lebih pada Savero, biarpun dia masih belum bisa melupakan perasaannya. Tapi tidak ada salahnya jika Naura masih ingin menjaga hubungan baik dengan Savero bukan?
❣️
❣️
❣️
Amora turun dari mobilnya dan langsung pergi menemui David yang kini sudah masuk ke dalam mobil. Dengan setengah berlari Amora berusaha mengejar David sebelum mobilnya pergi.
"David! buka!" teriak Amora dengan mengetuk kasar kaca mobil David.
David pun kaget melihat kedatangan Amora yang menurutnya sangat tiba-tiba.
"Mora?" gumam David.
"Buka David! buka pintunya!" ucap Amora dengan perasaan yang sangat kacau.
David pun berniat keluar untuk menemui Amora yang tampak sangat marah padanya.
"Kamu tunggu disini dulu ya?" ucap David pada wanita yang kini duduk disampingnya. Wanita itu adalah Risa, kekasih David
Risa menjawab dengan tersenyum manis sambil menganggukkan kepalanya. David pun membuka pintu mobilnya dan keluar menemui Amora.
"Mora? sedang apa kamu disini?" tanya David sambil sesekali menatap ke sekeliling.
Namun belum sempat Amora menjawabnya David sudah lebih dulu menarik satu tangannya.
"Ikut aku." David membawa Amora supaya agak menjauh dari mobilnya.
"Ngapain kamu kesini?" tanya David dengan penuh penekanan.
"Harusnya aku yang tanya! kenapa kamu disini sama perempuan itu!" ucap Amora dengan setengah berteriak karena saking kesalnya melihat sang kekasih kini membawa wanita lain.
Davi membuang pandangannya dan mengusap wajahnya dengan kasar.
"Jawab David! Siapa wanita itu! kenapa kalian keluar dari hotel bersama!" tanya Amora lagi.
"Mora, kamu tenang dulu, akan aku jelaskan." ucap David mencoba menenangkan Amora.
Namun belum sempat David menjelaskan pada Amora, Risa sudah lebih dulu memanggil David dengan mengeluarkan wajahnya dari balik pintu mobil.
"Sayaang.. ayo, jangan lama-lama." ucap Risa manja.
Amora sontak kaget dengan apa yang dia dengar barusan. Bak terkena petir, kini hati Amora sakit, kaget, kecewa, dan bahkan masih belum bisa percaya dengan apa yang dia dengar.
"Sayang?" tanya Amora sambil menatap wajah Risa sesaat lalu berpindah lagi menatap David, seolah ingin meminta penjelasan lebih dari pria itu.
"Amora, aku bisa jelaskan." ucap David.
"Jelaskan apa?! jelaskan jika wanita itu adalah kekasimu! dan kalian sudah tidur bersama di hotel ini! Kurang ajar kamu David!" ucap Amora dengan memberikan tamparan keras dipipi David.
"Mora, jaga bicaramu! jangan membuat kegaduhan disini." bentak David.
"Kenapa! kenapa aku tidak boleh bicara! Biarkan saja, biar semua orang tau kalau wanita murahan ini sudah merebut mu dari ku." tekan Amora.
"Dan kamu wanita jalang! dasar tidak tau malu! perempuan murahan, yang bisanya hanya menggoda kekasih orang!" teriak Amora yang mulai lepas kendali dan mencoba menyerang Risa yang saat itu juga tubuhnya langsung ditahan oleh David.
"Amora! jaga sikapmu!" ucap David dengan nada tinggi.
Namun ditengah kegaduhan ini Risa malah tertawa seolah-olah sedang mengejek Amora.
"Dasar gadis bodoh!" maki Risa sambil memberi tatapan tajam pada Amora.
"Apa kamu bilang!" ucap Amora.
Amora kini sungguh sangat marah dan sangat ingin memberikan pelajaran pada wanita itu saat ini juga, namun Amora tidak berdaya karena tubuhnya ditahan oleh David.
"Lepaskan David! biar aku beri pelajaran perempuan murahan ini!!" ucap Amora kesal dengan mencoba melepaskan diri.
"Apa kamu pikir David selama ini benar-benar mencintaimu? kamu itu tidak lebih dari boneka yang sudah tidak David inginkan lagi." ucap Risa dengan nada sombongnya.
"Brengsek! ternyata kalian berdua sama seperti iblis!!" teriak Amora mencoba memberontak.
"Cukup Amora! mulai saat ini kita tidak ada hubungan apa-apa lagi!" ucap David dan kini mulai melepaskan Amora.
Tubuh Amora seketika terasa lemas oleh kata-kata David. Bagaimana tidak, semua sudah Amora berikan pada David, berharap jika David akan menjadi lelaki yang terbaik untuknya. Namun kini semuanya hancur akibat kebodohan Amora yang terlalu percaya oleh kata-kata manis dari sang kekasih, kini Amora harus menelan pil pahit itu sendiri.
"Kurang ajar!! Bajingan kamu David." ucap Amora sambil menangis dan kini mulai menyerang David. Namun percuma saja karena nyatanya kekuatan Amora tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan David.
"Berhenti Amora! mulai saat ini jangan pernah ganggu aku lagi!" ucap David lalu pergi meninggalkan Amora dan masuk kembali ke dalam mobilnya meninggalkan Amora yang masih berdiri ditempatnya.
Amora tidak mau melepaskan David begitu saja karena urusan mereka belum selesai.
"David!! kembalikan semua uangku!!" teriaknya Amora sambil berlari mengejar mobil David.
"David!! kembalikan uangku brengsek!!" ucap Amora sambil menggedor-gedor kaca mobil David.
Namun sialnya David yang sepertinya memang sengaja lari dari masalah uang tersebut pun pergi meninggalkan Amora dengan mobilnya.
"Daviiidd.....!!!" teriak Amora ke arah laju mobil David.
Namun Amora masih belum menyerah. Jika memang dia harus kehilangan David, tapi tidak dengan uangnya. Amora segera berlari menuju mobilnya dan segera menyusul mobil David.