Seorang wanita cantik yang suka dengan kehidupan bebas hingga mendirikan geng motor sendiri. Dengan terpaksa harus masuk ke pesantren akibat pergaulannya yang bebas di ketahui oleh Abahnya yang merupakan Kyai di kompleks perumahan indah.
Di Pesantren Ta'mirul Mukminin wanita cantik ini akan memulai kehidupannya yang baru dan menemukan sosok imam untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Setelah kepergian suaminya. Ustadzah Nurul memutuskan untuk menemui Mila dan Ulya. Ia ingin menegur anak murid santrinya itu.
Tak sengaja netranya melihat dua santriwati yang tengah di carinya itu tengah berada di atas pohon jambu yang ada di dekat dapur. "Astaghfirullah hal'adzim..." gumamnya beristighfar. Ia pun mempercepat langkahnya.
Mereka berdua menghindari para santri yang tengah membersihkan halaman pesantren. Maka mereka lebih memilih menikmati buah jambu di atas pohonnya tersebut.
"Astaghfirullah hal'adzim... ngapain kalian di atas pohon. Mila, Ulya cepat turun." tegur Ustadzah Nurul.
"Nanti, kita belum puas metik buah jambunya." ucap Ulya sembari memetik buah jambu.
"Iyaa bener. Kamu mending pergi sana. Jangan ganggu kita kalau kamu tidak ingin aku pukul." ucap Mila menikmati buah jambu yang ada di tangannya.
"Astaghfirullah hal'adzim... Bener-bener yaa kalian. Mila, Ulya cepetan turun. Ustadzah akan hukum kalian"
Mila dan Ulya melotot sempurna. Mereka pun melihat ke bawah. Dan benar saja, ada Ustadzah Nurul yang tengah menatap mereka dengan tatapan garangnya.
Mereka pun lantas turun dari pohon jambu tersebut. "Ehh Ustadzah. Sudah lama Ustadzah berada di sini." ucap Mila cengengesan sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ustadzah, mau buah jambu." Ulya menyodorkan jambu yang ia petik tadi.
Ustadzah Nurul menggelengkan kepalanya geram. Namun ia masih berusaha untuk tenang menghadapi anak muridnya tersebut. "Tidak perlu, Ulya. Kamu makan saja."
"Oohhh... Terima kasih Ustadzah. Alhamdulillah... Aku jadi puas makan buah jambuny" ucap Ulya girang.
Mila menyenggol lengan Ulya sedikit keras. "Apa sih, Mbak?"
"Ustadzah mau hukum kita bod*h. Bisa-bisanya kamu tawarin buah jambu itu pada, Ustadzah." bisik Mila pada Ulya. Ulya pun lantas menjatuhkan buah jambunya.
"Kalian berdua ngapain panjat-panjat pohon jambu segala? Kalau jatuh gimana? Siapa yang mau tanggung jawab? Kalian itu perempuan, nggak baik panjat-panjat pohon kayak gitu."
"Maaf, Ustadzah." ucap Ulya dan Mila bersamaan. Mereka menunduk tidak berani menatap Ustadzah Nurul.
"Kalian berdua berdiri di bawah sinar matahari selama satu jam. Baca istighfar dan sholawat nariyah." titah Ustadzah Nurul.
"Apa? Jangan Ustadzah! Nanti kulit ku yang putih ini bisa jadi hitam kalau harus di jemur di bawah matahari." rengek Mila.
"Iyaa Ustadzah. Jangan hukum kita yaa, Ustadzah." mohon Ulya.
"Cepat lakukan atau Ustadzah akan tambah hukuman kalian."
"Jangan Ustadzah! Iyaa kita akan lakukan sekarang." ucap mereka bersamaan. Mereka berdua pun lantas berlari terbirit-birit menuju lapangan untuk berdiri tegak, membaca istighfar dan sholat nariyah.
Ustadzah Nurul memijat pelipisnya. Ia pening memikirkan dua anak muridnya itu. Mereka sangat susah di atur.
"Assalamu'alaikum, Ustadzah"
"Wa'alaikumsalam.." Ustadzah Nurul membalikkan badannya. "Iyaa Fifia, ada apa?"
"Emm anu Ustadzah, saya sudah memutuskan untuk menghafal Al-Qur'an." ucap Fifia tersenyum.
"Alhamdulillah... Kamu sudah membicarakan hal ini pada, Umi?"
Fifia menggelengkan kepalanya. "Belum, Ustadzah. Nanti siang mungkin saya akan ke ndalem untuk membicarakan hal ini pada, Umi. Kalau sekarang takutnya mengganggu waktu istirahat, Umi. Soalnya Umi baru saja pulang dari bandara."
"Iyaa tidak apa-apa, Fifia. Ustadzah seneng dengarnya kalau kamu mau menghafal Al-Qur'an."
Fifia hanya mengangguk dan tersenyum.
"Ustadzah hanya mau mengingatkan kamu saja. Setiap orang yang mau menghafalkan Al-Qur'an, mengamalkan Al-Qur'an. Mereka pasti akan mendapatkan cobaannya masing-masing. Ustadzah harap, kamu bisa menghadapi cobaan kamu suatu saat nanti. Hadapi dengan rasa sabar dan ikhlas. Jangan pernah mundur dan berpikiran untuk berhenti menghafal Al-Qur'an dan mengamalkannya. Kamu mengerti kan?"
"Paham, Ustadzah."
"Oohhh yaa, Fifia. Apakah benar tadi pagi kamu dan Ustadzah Yulia di hadang oleh Mila dan Ulya? Mereka sempat mengajak kalian berantem? Benarkah itu, Fifia?" tanya Ustadzah Nurul.
Fifia mengangguk. "Iyaa, Ustadzah. Ustadzah tau dari mana?"
"Ustadz Fari yang menceritakan semuanya pada Ustadzah. Kamu jangan kapok berada di pesantren ini yaa, Fifia. Ustadzah harap kamu betah berada di pesantren ini. Untuk Ulya dan Mila, Ustadzah akan tegur mereka agar tidak mengganggu kalian lagi."
"Iyaa, Ustadzah"
"Ya sudah, Ustadzah tinggal dulu yaa. Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam...."
Setelah Ustadzah Nurul pergi. Fifia memutuskan untuk membantu santri-santri yang tengah memasak untuk makan siang.
"Berarti, Ustadz Fari sebenarnya tau semua kejadiannya gimana tadi pagi itu. Aahh, syukur deh. Aku jadi nggak perlu repot-repot ngotorin tangan ku untuk kasih pelajaran mereka." gumam Fifia.
Tanpa sengaja ia melihat Ulya dan Mila yang tengah berdiri di lapangan. Bibir keduanya komat-kamit seperti membaca sesuatu yang entah ia tak tau. "Syukurin.! Makanya jangan suka cari masalah. Kena imbasnya sendiri kan." ucap Fifia tersenyum puas. Melihat Ulya dan Mila berjemur di lapangan.
oke lanjut
semangat untuk up date nya
Alhamdulillah double up date
oke lanjut thor
semangat lanjutkan Thorrrrr