NovelToon NovelToon
Day Without Daylights

Day Without Daylights

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Epik Petualangan / Hari Kiamat / Trauma masa lalu
Popularitas:844
Nilai: 5
Nama Author: Ahril saepul

Raika adalah seorang anak yatim piatu yang telah lama sendirian sejak kematian ayahnya. Dunia yang berada diambang kehancuran memaksa Raika bertahan hidup hanya dengan satu-satunya warisan dari sang ayah: sebuah sniper, yang menjadi sahabat setianya dalam berburu.

Saat pertama kali mengikuti raid, tanpa sengaja Raika memakan jantung Wanters yang membuatnya tak sadarkan diri ... ketika Raika membuka mata, ia terkejut berada di tengah kawah yang sangat luas dengan asap dan debu di mana-mana, seperti hasil sebuah ledakan.

Cerita ini mengisahkan; perjalanan Raika bertahan hidup di dunia yang tergelapi malam abadi. Setelah bertemu dengan seseorang ia kembali memiliki ambisi untuk membunuh semua Wanters, tapi apa mereka bisa? Bukankah Wanters sudah ada selama ratusan tahun. "Mustahil! ...."

---

Upload Bab: Senin, Rabu, Jum'at / 20:00

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahril saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 Abu-Abu.

“Mereka bilang ada dua Wanters? Apakah Wanters yang kita temui pertama kali adalah salah satunya?” ujar Mio.

“Tidak, seharusnya jalan yang kita lalui sebelumnya tidak cukup untuk ukuran dia. Dan juga,” Yuya menggeser peta ke sana kemari, “aku tidak melihat ada jalan lain yang terhubung dari sana dengan tempat ini.”

“Sudah kuduga di sini tidak aman, hah ...” gumam Yuto.

“Jangan khawatir, lebih baik kita lanjutkan perjalanan. Kurasa tidak jauh dari sini, seharusnya ada tempat yang sejalur dengan jalan keluarnya,” ujar Yuya.

Kami mempercepat langkah untuk keluar dari sini, mengingat ada satu Wanters yang tidak kami ketahui keberadaannya. Sebenarnya, aku tidak merasakan kehadirannya dari manapun, meski begitu lebih baik berhati-hati.

Sejauh kami berjalan mayat-mayat ini masih tersebar dimana-mana, baik di depan, di samping, maupun di belakang kami. Mungkin Wanters yang mereka lawan benar-benar kuat.

Setelah cukup lama berjalan ditengah luasnya tempat ini, akhirnya kami sampai di ujung. Di depan kami hanya ada satu jalan, mungkin selebar 10 meter, yang medannya menanjak ke atas.

“Apa benar ke sini jalan keluarnya?” tanya Mio.

“Ya, seharusnya setelah melewati jalan tersebut, kita akan keluar dari sini,” jelas Yuya.

“Ada yang aneh. Kalo memang jalan keluarnya di depan sana, mengapa mereka semua tidak memilih untuk keluar?” sahutku.

“Aku tidak tahu, tapi mungkin saja di sana ada sesuatu yang menghalangi mereka.”

“Apa lagi yang kita tunggu, sebaiknya kita berangkat sekarang,” ucap Yuto, berjalan duluan.

Aku mengikuti mereka dari belakang sambil memantau sekitar, berjaga-jaga jika ada hal yang tidak diinginkan. Setelah berjalan beberapa saat, suara bergemuruh terdengar dari atas. Ternyata itu adalah suara air terjun yang cukup deras di samping kami.

Semakin naik ke atas, perlahan aku merasakan ada hembusan angin yang melewatiku. Aku kira itu adalah angin dari mulut gua, tapi setelah kami sampai di ujung jalan, kami dikejutkan oleh beberapa mayat kembali yang telah mengering.

“Apa-apaan ini, kenapa mereka juga berada di sini?” ucap Yuto.

“Hu, coba lihat ke atas,” Mio menunjuk sebuah lubang curam, di sisinya terdapat dua batu besar berwarna putih dan berair.

“Apa mungkinkah mereka semua tidak bisa naik ke atas?” Yuya berjalan mendekati sisi gua. “Jika dipikir lagi, dinding ini cukup licin ditambah dengan dua batu itu yang menghalangi mereka untuk naik.”

“Kasian sekali mereka, apa orang Crusemark seperti kita memang tidak ditakdirkan untuk hidup, ya?” kata Mio dengan wajah sedih menatap mayat-mayat itu.

Aku memperhatikan sekitar, mencoba mencari jalan yang mungkin ada, tapi hasilnya nihil—hampir tidak ada apa-apa. Aku hanya bisa mendengar suara tetesan air yang muncul dari kedua batu besar itu ... mungkin, hanya itu yang bisa kulakukan untuk bisa keluar dari sini.

“Yuya, aku rasa kita bisa keluar dari sini.”

“Raika, Apa kamu punya rencana?” tanya Yuya.

“Tidak, tapi aku bisa mengaktifkan kekuatan itu dan membawa kalian ke atas,” jelasku.

“Akhirnya kita bisa keluar dari sini, aku kira aku akan menjadi salah satu dari mereka,” ucap Yuto, mendorong kacamatanya, terlihat juga terdapat air yang keluar dari lensanya.

“Eh, bukankah kau bilang ingin menginap di sini selamanya,” ejek Mio sambil tertawa kecil.

“Woi! Sejak kapan aku bilang begitu!”

Mengaktifkan kekuatan itu. “Aku mulai sekarang.”

Memegangi tangan Yuya dan Mio, dan saat itu juga aku berhasil memindahkan mereka ke atas. Angin berhembus sejuk di depan kami. Mio bergegas berlari ke arah pertigaan lorong gua tempat angin itu muncul.

Mio terdiam dengan mata yang berkaca-kaca. “Semuanya, kita berhasil keluar!” teriaknya dengan antusias.

Karena penasaran, aku dan Yuya berjalan menuju pertigaan itu ... sekarang aku tahu kenapa Mio sangat antusias, kami telah berhasil menemukan pintu guanya. ‘Syukurlah.’

“Akhirnya, kita bisa keluar dari sini,” Mio tersenyum menatap mulut gua. “Sejujurnya, saat pertama kali melihat kumpulan mayat itu, aku sudah tidak berharap menemukan jalan keluar lagi ... Raika, terima kasih.”

“Setelah ini lebih baik kita cari tempat beristirahat, kurasa tubuhku mulai agak lelah akibat semua yang terjadi,” ucap Yuya sambil merenggangkan tangan.

“Ya ... ngomong-ngomong, apa kalian lap—”

“Oi~Tolong~aku~ Aaaa~,” suara Yuto yang melantunkan melodi dari lubang.

“Ah, aku melupakannya, tunggu sebentar,” aku berlari dan melompat, berpindah ke tempat Yuto.

Aku melihatnya terduduk di sisi gua, wajahnya pucat sambil memainkan telunjuk menggambar di tanah. Aku memegangi tubuh Yuto dan memindahkannya ke atas.

Di atas, Yuto masih terduduk di sisi gua. “Ha-ha-ha, kenapa kalian tega sekali meninggalkanku.”

“Maaf,” ucapku.

“Sudah-sudah, Yuto, coba lihat ke depan, kita sudah bisa keluar dari sini,” ujar Mio sambil mencoba menenangkannya.

“Peduli amat ...” jawab Yuto dengan lesu.

“Hee ... biar kukurung lagi saja kau!”

“Semua-nya, perjalanan kita masih panjang, sebaiknya kita keluar dari tempat ini sebelum hal buruk terjadi kembali,” sahut Yuya seraya menenangkan mereka berdua.

Saat kami telah sampai di mulut gua dan hendak keluar, kami dikejutkan oleh beberapa tulang manusia yang terpotong sebagian. Ada yang menyisakan badan, ada juga yang hanya tersisa dada hingga kepala saja.

“Kenapa mereka masih ada di sini, seharusnya mereka sudah keluar, kan, setelah menaiki lubang itu,” Mio terbelalak menatap mereka.

Sekilas dari pinggiran gua, ada satu tengkorak yang memegangi sesuatu dari tangannya. Aku berjalan mendekati tengkorak itu.

Yuya melihat-lihat tulang itu. “Mereka semua mati terpotong ... terpotong? mungkinkah mereka mati karena adanya pembatas?”

“Pembatas, ya? Dari potongannya ... sepertinya begitu,” tambah Mio.

“Semuanya!” aku melambaikan tangan mengisyaratkan mereka untuk kemari.

“Eh, bukankah ini Arcis tingkat empat? Bagaimana bisa tengkorak ini ...” ucap Yuto menatapnya dengan serius.

“Arcis?” tanya Mio yang baru datang.

Aku mengangguk pelan. “Sepertinya dia mati karena kehabisan darah, sampai sekarang ia menderita oleh Beasthearts-nya sendiri yang tertancap pada tubuhnya,” jelasku.

“Jadi begitu, sekarang semuanya jadi jelas. Orang-orang Eldritch membuat sebuah Raid untuk membunuh Wanters tingkat 5 yang ada di dalam gua. Namun, mereka tidak mengetahui berapa jumlah Wanters yang ada di sana, sehingga para Crusemark terjebak dan tidak bisa keluar,” jelas Yuya.

“Yah, mereka juga tidak bisa mengirim drone untuk memantau, karena terdapat gangguan energi saat Wanters itu aktif. Oleh sebab itu juga, orang Crusemark hanya diberikan alat komunikasi. Namun, alat itu gagal memberi sinyal ke atas, yang mengakibatkan tidak adanya bantuan yang datang. Di waktu yang tidak tepat juga, Wanters mengaktifkan pembatasnya, mengurung mereka hingga terpaksa melawan balik ... dia mungkin salah satu orang yang berhasil mengalahkannya. Namun, ia mati karena kehabisan darah,” sambungku.

Sebelum berangkat, kami menyempatkan diri untuk menaruh bunga biru yang tertanam di sisi-sisi gua. ‘Apakah jika Wanters sudah tidak ada di-dunia ini, orang Eldritch dan Crusemark bisa hidup saling berdampingan? ... kuharap, bisa.’

End Bab 20.

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai ka,
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.
Born
semangat Thor 💪
Iind
semangat kak 😊💪
🅷🆈🅰🅽🅳🅰🐿️
aku sudah mampir kak, saling dukung ya🙏 iklan 1🙏
Orpmy
bagus banget
EMBER/FIGHT: Terima kasih kakak.
total 1 replies
Orpmy
keren
Iind
udah ngantuk,besok tak lanjut lagi yah,semangat pokonya
ica
semangat berkarya!!!
mari saling mendukung untuk seterusnya😚🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!