"Kak Zavin kenapa menciumku?"
"Kamu lupa, kalau kamu bukan adik kandungku, Viola."
Zavin dan Viola dipertemukan dalam kasus penculikan saat Zavin berusia 9 tahun dan Viola berusia 5 tahun. Hingga akhirnya Viola menjadi adik angkat Zavin.
Setelah 15 tahun berlalu, tak disangka Zavin jatuh cinta pada Viola. Dia sangat posesif dan berusaha menjauhkan Viola dari pacar toxic-nya. Namun, hubungan keduanya semakin renggang setelah Viola menemukan ayah kandungnya.
Apakah akhirnya Zavin bisa mendapatkan cinta Viola dan mengubah status mereka dari kakak-adik menjadi suami-istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
"Mau pulang ke rumah Victor?" Arvin menatap putrinya tak percaya mendengar keputusan itu.
Viola menganggukkan kepalanya. "Agar aku dan Kak Zavin tidak terus seperti ini. Aku ingin status kita jelas. Kalau aku terus di sini, aku takut kita melakukan hal-hal di luar batas."
"Sekarang kamu tidur saja, dan pikirkan hal ini baik-baik. Papa tidak ingin kamu menyesal. Papa dan Mama juga tidak ingin kehilangan kamu."
Viola menganggukkan kepalanya. Setelah papanya pergi, Viola kembali menutup pintu itu. Rasa kantuk hilang begitu saja. Ia kini duduk di tepi ranjang dan memikirkan semuanya. Apa yang harus ia lakukan? Apa keputusannya pulang ke rumah Victor memang benar?
Beberapa saat kemudian ada panggilan masuk dari Zavin. Ia segera mengangkat panggilan itu.
"Kamu cepat tidur. Maaf soal tadi. Aku menyesal. Aku tidak akan melakukannya lagi," kata Zavin di seberang sana.
Viola terdiam beberapa saat. Ia masih memikirkan keputusannya. "Aku mau pulang ke rumah Pak Victor," kata Viola pada akhirnya.
"Kamu serius?"
"Aku sudah bilang sama Papa tapi Papa menyuruhku memikirkannya lagi. Rasanya memang berat tapi aku tidak mau hubungan kita seperti ini."
"Kalau kamu pulang ke rumah Pak Victor, aku akan segera melamar kamu."
"Kak, jujur saja aku masih belum yakin dengan perasaanku, meskipun aku sudah tidak ingin menjadi adik Kak Zavin. Sebelum kita menikah, aku benar-benar ingin memastikan perasaanku terlebih dahulu."
"Belum yakin setelah kamu menikmati semua yang aku lakukan?"
"Iya. Bisa saja hanya nafsuku yang merespon, bukan hatiku."
Zavin terdiam beberapa saat. "Ya sudah, tidak apa-apa. Aku akan berusaha meyakinkan kamu. Sekarang kamu tidur, kalau keputusan kamu sudah final akan pulang ke rumah Pak Victor, aku yang akan mengantar kamu."
Kemudian panggilan itu terputus. Viola menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Ia mengambil guling dan memeluknya. "Mungkin memang ini yang terbaik untuk semuanya.
...***...
Keesokan paginya setelah Viola dan kedua orang tuanya selesai makan bersama, Viola tak juga berdiri dari tempatnya. Ia menatap mamanya. Rasanya sangat berat mengatakan yang sebenarnya.
"Mama, aku mau pulang ke rumah Pak Victor."
Perkataan Viola membuat Zeva tertegun. Ia sudah mempersiapkan diri jika hal ini memang terjadi tapi ia tidak menyangka Viola akan memberi keputusan secepat itu.
"Kamu yakin?" tanya Zeva. Ia berusaha menahan tangisnya karena dadanya tiba-tiba terasa sesak.
Viola menganggukkan kepalanya. "Aku sudah memikirkannya baik-baik. Mama jangan khawatir, meskipun Pak Victor mungkin orang berbahaya tapi ia tidak akan menyakiti anaknya sendiri."
Zeva dan Arvin hanya terdiam. Mereka masih sangat berat jika Viola harus pergi.
"Ini yang terbaik buat semuanya. Masalah di perusahaan Papa akan selesai. Masalah aku dan Kak Zavin juga akan jelas. Maaf, aku tidak bisa menuruti keinginan Mama karena nyatanya aku dan Kak Zavin telah melebihi batasan antara kakak dan adik."
Seketika Zeva dan Arvin memeluk Viola. "Kamu akan tetap kita anggap seperti anak sendiri. Apa kamu yakin mau menikah dengan Zavin?"
"Siapa yang mau menikah dengan Kak Zavin."
Mendengar hal itu Arvin melepas pelukannya dan menatap Viola. "Lalu?"
"Ya, aku belum siap kalau menikah sekarang. Lihat saja nanti."
Zavin yang mendengar hal itu hanya melipat kedua tangannya. Ia berdecak pelan. Memang jalan pikiran Viola tidak bisa ditebak.
"Ya sudah, yang penting kamu bahagia dan Papa tidak khawatir lagi kamu dan Zavin tidur bersama tiap malam."
Viola masih saja memeluk mamanya. "Aku pasti akan sering ke sini. Mama tetap yang terbaik di dunia ini."
"Kita akan mengantar kamu. Apa kamu masih ingat rumahnya?" tanya Arvin.
Viola menganggukkan kepalanya. "Iya, aku masih ingat."
...***...
Arvin menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah yang sangat mewah. Setelah membantu mengemasi beberapa barang penting milik Viola, ia, Zeva, dan Arvin mengantar Viola pulang ke rumah Victor.
Beberapa anak buah Victor serta pelayan di rumah itu sudah menyambut kehadiran mereka.
Mereka berempat berjalan masuk melewati halaman depan yang cukup luas lalu sampai di pintu utama. Beberapa pelayan sudah berjajar rapi dan mengantar mereka menemui Victor.
Victor yang berdiri dengan gagah di ruang tamu tersenyum melihat kedatangan Viola. "Selamat datang Viola. Papa yakin kamu mau pulang ke rumah ini."
Zeva masih saja menggenggam tangan Viola. Ia sangat berat melepas tangan itu. "Apa Anda benar-benar akan menyayangi Viola dan menjaganya dengan baik?"
Victor tersenyum dan mempersilakan mereka semua untuk duduk. "Silakan duduk. Kita akan mengobrol."
Akhirnya mereka duduk berdampingan. Victor juga duduk dengan santai dan memberi kode pada pelayan agar mengeluarkan jamuan untuk tamu spesialnya.
"Tentu saja aku akan menyayangi Viola dan menjaganya. Bahkan selama 10 tahun ini aku selalu menjaga Viola dari jauh. Aku tahu apa saja yang dilakukan Viola. Aku mengucapkan banyak terima kasih karena kalian sudah merawat Viola dengan baik dan menganggap ia seperti anak kandung sendiri."
Arvin tak berkata apapun. Perasaannya campur aduk tak karuan saat ini. Ia tidak bisa memaksa Viola untuk bertahan dengannya tapi melepas Viola seperti ini rasanya juga sangat berat.
"Aku sudah menyuruh pengacaraku untuk membatalkan surat adopsi Viola dan akan segera mengurus akta asli Viola. Mulai sekarang nama kamu akan menjadi Viola Andreas, buka Wiratama lagi. Jika nanti kamu memang memutuskan untuk menikah dengan Zavin, posisi dan status kalian harus jelas agar publik tidak memberi penilaian buruk pada kalian berdua." Victor menatap Zavin sambil tersenyum miring. "Ingat, sekali kamu menyakiti Viola, aku tidak akan tinggal diam."
"Sudah cukup!" potong Arvin. "Aku hanya minta satu hal, jangan pernah larang kami untuk menemui Viola."
"Tentu, apapun yang membuat Viola bahagia, aku akan mengizinkannya."
"Kalau begitu, kami permisi." Arvin mengajak Zeva berdiri, lalu keluar dari rumah mewah itu.
"Mengapa buru-buru? Kalian tidak makan dulu?" kata Victor basa-basi.
Arvin tidak menjawab pertanyaan itu. Ia tetap melangkah keluar dari rumah mewah itu.
Viola masih mengikutinya. Ia memeluk kedua orang tua angkatnya sebelum mereka benar-benar pergi.
"Terima kasih Mama, Papa. Aku pasti akan sering ke rumah," kata Viola.
"Jaga diri kamu baik-baik ya. Kalau ada apa-apa, kamu harus tetap menghubungi Mama."
Viola menganggukkan kepalanya. Ia melepaskan tangan mamanya secara perlahan saat mereka pergi menjauh.
"Vio, jaga diri kamu baik-baik. Nanti aku telepon," kata Zavin.
Viola menganggukkan kepalanya. Ia menatap kepergian mereka bertiga hingga masuk ke dalam mobil lalu mobil itu pergi.
Aku akan mulai kehidupan baruku di sini.
Thanks Mbak Puput
Ditunggu karya selanjutnya ❤️
perjuangan cinta mereka berbuah manis...
Semoga cepat menghasilkan ya, Zavin
semoga cepat diberi momongan ya ..
udah hak Zavin...
😆😆😆
Siapa ya yang berniat jahat ke Viola?