Cerita ini Mengisahkan Seorang Guru Fisika Bernama Yayan, dan Guru Kimia bernama Ribca Yang Berjodoh karena Dijodohkan oleh Siswa-siswi di sekolah tempat mereka mengajar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon All Yovaldi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3: Acara yang Membawa Kejutan
Hari yang dinanti akhirnya tiba. Kelas XI MIPA sudah bertransformasi menjadi aula kecil dengan dekorasi sederhana namun ceria. Balon warna-warni, hiasan kertas berbentuk hati, dan beberapa poster ucapan terpampang di setiap sudut ruangan. Meja panjang di belakang ruangan dipenuhi makanan ringan yang dibawa siswa. Semua telah siap menyambut acara perjodohan kecil-kecilan ini.
Pak Yayan dan Bu Ribca, yang sama sekali tidak menyangka akan menghadapi kejutan ini, melangkah masuk ke kelas. Suasana langsung berubah ramai. Tepuk tangan dan sorakan menggema di seluruh ruangan saat mereka muncul di depan pintu.
"Selamat datang, Pak Yayan dan Bu Ribca!" seru Alsa dengan antusias. "Hari ini, kalian akan menjadi bintang acara kita!"
“Bintang?” Pak Yayan mengangkat alis, sambil menatap para siswa dengan mata curiga.
"Tenang saja, Pak! Ini cuma untuk seru-seruan,” sahut Sapina sambil tertawa kecil, berusaha menenangkan kegelisahan gurunya.
Bu Ribca, yang biasanya selalu tenang, kali ini terlihat sedikit grogi. Namun, ia mencoba menyembunyikan kegugupannya dengan senyuman. “Wah, sepertinya kalian sudah bekerja keras untuk ini,” ujarnya, mengamati hiasan-hiasan dengan kagum.
Alsa melambaikan tangannya untuk menarik perhatian semua siswa. “Baiklah! Kita mulai acara dengan permainan kecil! Namanya... Seberapa Kenal Kalian?” teriaknya dengan riang.
Pak Yayan dan Bu Ribca saling pandang. Pak Yayan mengangkat bahu, sementara Bu Ribca hanya tertawa kecil. Mereka tahu tidak ada jalan keluar dari acara yang telah direncanakan dengan matang ini.
---
Babak Pertama: Tebak Fakta
Alsa mengambil kertas kecil dari dalam kotak dan membaca pertanyaan pertama. “Pertanyaan pertama untuk Pak Yayan: Apa makanan kesukaan Bu Ribca?”
Pak Yayan menggaruk-garuk kepala, berpikir sejenak. “Hmm... sepertinya sate kambing?” jawabnya dengan nada ragu.
“Benar!” sahut Bu Ribca sambil terkekeh. “Ternyata kamu memperhatikan, ya?”
Para siswa bersorak riang. Pak Yayan mencoba menyembunyikan senyum kecil yang muncul di wajahnya.
Pertanyaan berikutnya untuk Bu Ribca: “Bu Ribca, apa hobi rahasia Pak Yayan?”
Bu Ribca berpikir sejenak sebelum menjawab. “Kalau tidak salah, dia suka main catur.”
Pak Yayan tersenyum lebar. “Luar biasa. Kok kamu tahu?”
“Kadang aku dengar kamu ngobrol di ruang guru soal pertandingan catur,” jawab Bu Ribca santai.
Tawa dan tepuk tangan memenuhi ruangan. Para siswa semakin senang melihat interaksi canggung namun hangat di antara kedua guru mereka.
---
Babak Kedua: Permainan Tebak Perasaan
Alsa kembali mengambil kertas dan membaca tantangan berikutnya. “Sekarang kita masuk ke babak yang lebih seru: Tebak Perasaan! Pak Yayan dan Bu Ribca akan menjawab beberapa pertanyaan dan harus jujur, ya!”
“Waduh, mulai serius, nih,” gumam Pak Yayan pelan, namun cukup keras untuk didengar semua siswa. Tawa kecil pun meledak di ruangan.
Pertanyaan pertama: “Pak Yayan, menurutmu apa kesan pertama Bu Ribca saat bertemu denganmu?”
Pak Yayan tersenyum kecut, berusaha berpikir keras. “Mungkin... dia mengira aku terlalu serius?”
Bu Ribca tertawa. “Benar! Waktu pertama kali lihat kamu, aku pikir kamu nggak bisa bercanda.”
"Padahal aku orangnya asyik juga, kan?" sahut Pak Yayan, membuat suasana semakin cair.
Pertanyaan untuk Bu Ribca kali ini lebih menantang: “Bu Ribca, menurut Ibu, apa yang paling menarik dari Pak Yayan?”
Ruangan mendadak hening. Semua siswa menanti jawaban dengan mata berbinar-binar.
Bu Ribca terlihat ragu sejenak, tapi kemudian ia tersenyum dan menjawab, “Dia punya hati yang besar... meski kadang suka sok cuek.”
Pak Yayan terdiam sejenak, tidak menduga jawaban seperti itu akan keluar. “Terima kasih, ya...” ujarnya pelan, sedikit salah tingkah.
Para siswa bersorak gembira, melihat kedua guru mereka mulai menunjukkan perasaan yang lebih tulus satu sama lain.
---
Babak Ketiga: Permainan Ekspresi
Setelah beberapa putaran pertanyaan, kini saatnya permainan terakhir: Permainan Ekspresi. Dalam permainan ini, Pak Yayan dan Bu Ribca harus menunjukkan ekspresi tertentu berdasarkan situasi yang diberikan oleh para siswa.
Alsa membuka kertas pertama dan membacanya keras-keras, “Pak Yayan, tolong tunjukkan ekspresi kalau Bu Ribca tiba-tiba ngajak nonton film romantis.”
Pak Yayan mengerutkan kening, lalu pura-pura kaget. “Hah?! Kamu ngajak aku nonton film? Pasti kamu salah orang!” katanya, diiringi gelak tawa dari para siswa.
Bu Ribca pura-pura memukul lengan Pak Yayan. “Keterlaluan!” protesnya sambil tertawa.
Berikutnya, giliran Bu Ribca. “Bu Ribca, bagaimana ekspresi kalau Pak Yayan tiba-tiba kasih bunga?”
Bu Ribca terdiam sebentar, lalu memegang pipinya seolah-olah tersipu. “Wah, aku harus bilang apa ya? Ini kejutan!”
Pak Yayan tertawa keras, sementara siswa-siswa terus bersorak. Suasana benar-benar hangat dan penuh tawa, seakan tidak ada batas antara guru dan murid.
---
Sebuah Kejutan Kecil di Akhir Acara
Setelah semua permainan selesai, Sapina maju ke depan dan mengumumkan bahwa mereka punya kejutan terakhir. Ia mengambil sebuah kotak kecil dan menyerahkannya kepada Pak Yayan dan Bu Ribca.
“Kotak ini kami isi dengan pesan-pesan harapan dari kami semua. Tapi bukan hanya untuk Pak Yayan dan Bu Ribca, melainkan juga untuk diri kami sendiri,” kata Sapina dengan senyuman penuh makna. “Kami harap hubungan ini bisa memberi inspirasi untuk kami dalam hal persahabatan dan cinta.”
Bu Ribca membuka kotak itu dengan hati-hati dan menemukan kumpulan pesan-pesan kecil di dalamnya. Salah satu pesan berbunyi: Cinta itu soal keberanian. Jangan takut untuk membuka hati.
Pak Yayan membaca pesan itu dan terdiam sesaat. Ia melirik Bu Ribca yang tampak memandangi pesan-pesan itu dengan senyum tipis di bibirnya.
“Sepertinya anak-anak kita ini memang cerdas dalam banyak hal, ya,” ujar Pak Yayan akhirnya, dengan nada yang lebih lembut dari biasanya.
“Iya,” jawab Bu Ribca sambil menatap Pak Yayan. “Mungkin kita juga perlu belajar sesuatu dari mereka.”
---
Momen Refleksi
Acara perjodohan akhirnya selesai, dan para siswa mulai berkemas untuk pulang. Pak Yayan dan Bu Ribca tinggal sedikit lebih lama di kelas, berbincang santai sambil membereskan sisa-sisa acara.
“Kamu tahu, aku awalnya agak ragu dengan semua ini,” kata Pak Yayan sambil memasukkan balon-balon kempis ke dalam kantong plastik. “Tapi, aku rasa, mungkin ada sesuatu yang menarik dari pengalaman ini.”
“Setuju,” sahut Bu Ribca sambil melipat poster. “Kadang kita terlalu sibuk dengan pekerjaan, sampai lupa bahwa hidup juga soal hubungan dengan orang lain.”
Pak Yayan tersenyum tipis. “Jadi... bagaimana kalau kita mulai dengan makan malam bersama? Tapi tanpa siswa yang ikut campur, ya.”
Bu Ribca menatapnya sebentar, lalu tertawa kecil. “Deal. Tapi aku yang pilih tempatnya.”
“Setuju,” jawab Pak Yayan sambil tersenyum lebar.
Dan di sanalah, di tengah tawa dan kenangan hari itu, benih-benih cinta mulai bersemi—bukan hanya di hati para siswa, tapi juga di hati Pak Yayan dan Bu Ribca.
---
btw.. semngat ya kak author nya/Chuckle/