Di usianya yang sudah sangat matang ini, Khalif Elyas Hermawan belum juga menemukan pasangan yang cocok untuk dijadikan pendamping hidup. Orang tuanya sudah lelah menjodohkan Khalif dengan anak rekan bisnis mereka, tapi tetap saja Khalif menolak dengan alasan tidak ada yang cocok.
Mahreen Shafana Almahyra gadis cantik berumur 25 tahun, tidak dapat menolak permintaan sang bibi untuk menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali.
Ya, gadis yang akrab di sapa Alma itu tinggal bersama paman dan bibinya, karena sejak umur 15 tahun, kedua orang tuanya sudah meninggal.
Bagaimana kisah Khalif dan Salma? Ikuti terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
..."Cinta sejati tidak pernah mengenal kata merasa cukup, karena cinta selalu ingin memberikan yang terbaik untuk orang yang kita cintai"...
...🌹🌹🌹...
Suasana di rumah Khalif masih di liputi kebahagiaan, Shanum mengabari suaminya tentang kehamilan Alma, yang di sambut dengan rasa senang oleh suaminya. begitu juga dengan bibinya Alma sudah di kabari, bibinya berjanji jika akhir pekan nanti akan datang berkunjung.
Sekarang posisi Alma dan Khalif terbalik, yang tadinya Khalif yang berbaring di ranjang sekarang gantian. Khalif menyuruh Alma yang berbaring. Khalif masih setia dengan kegiatannya yaitu mengelus pelan perut rata Alma.
Shanum yang melihat itu merasa geli, bagaimana bisa, anaknya yang tadi berbaring lemah di atas ranjang sekarang terlihat segar kembali.
"Untuk lebih pastinya, Alma harus periksa langsung ke dokter obgyn" ujar Shanum, tiba-tiba Khalif berdiri, dia mengambil dompet, serta kunci mobil yang ada di atas meja rias Alma.
"Kamu ngapain sih Lif?" tegur Shanum heran melihat Khalif yang sibuk dari tadi.
"Kata mama mau periksa, ayok" ajak Khalif, Shanum menepuk jidatnya.
"Ya bukan sekarang juga Lif, nanti sore. Mama udah hubungi. Dokter Linda, katanya jadwal untuk nanti sore kosong" tutur sang mama.
Alma yang hendak turun dari ranjang di cegah oleh Khalif.
"Mas Ku tu hamil, bukan orang sakit, masa di seluruh baring terus sih" protes Alma, baru mendengar Alma hamil saja Khalif sudah kelihatan posesifnya.
"Yang mesti berbaring tuh mas Khalif" ucap Alma lalu menyuruh Khalif berbaring kembali.
"Mas udah nggak apa-apa Mahreen"
"Nggak apa-apa gimana? Muka mas aja masih pucat" nada suara Alma sudah berubah jadi tegas.
"Benar apa kata Alma, mending sekarang kamu tuh istirahat dulu nanti sore baru ke rumah sakit" putus sang mama.
Sesuai rencana, Khalif dan Alma berangkat ke rumah sakit sore ini. Khalif sudah tidak sabar ingin melihat calon anaknya yang ada di dalam perut Alma. Terlihat sekali dia lebih antusias dari yang lain.
Di sinilah Alma dan Khalif sekarang, di sebuah rumah sakit ternama di kota tempat mereka tinggal. Dari yang dia dengar, pemilik rumah sakit ini masih ada hubungan keluarga dengan Khalif.
Alma deg degan sekali, begitupun dengan Khalif tangannya tidak lepas menggenggam tangan Alma. Momen seperti ini sangat di nantikan oleh Alma, dalam setiap do'a yang dia panjatkan tidak lupa ia meminta agar di berikan momongan, dan sekarang Allah telah mengijabah do'anya.
Bagi sebagian perempuan, apalagi yang sudah berstatus istri. Menjadi seorang ibu adalah sebuah impian terbesar, dalam pernikahan ada yang membutuhkan waktu yang lama agar di beri anugerah seorang anak. Ada juga yang cepat di anugerahi seorang anak.
Bahkan banyak cara dilakukan, tidak perduli itu akan mengeluarkan uang yang banyak demi mendapatkan gelar seorang ibu. Jika bagi anak kuliahan momen yang paling di tunggu atau membahagiakan adalah mendapatkan gelar sarjana. Begitu pula bagi seorang istri, ia ingin segera dapat gelar seorang ibu.
Bagi Alma pribadi, menjadi ibu adalah title tertinggi bagi seorang perempuan. Lihat saja bagaimana perjalan menjadi seorang ibu, tidaklah mudah. Setiap ibu punya jalan dan cerita yang unik.
Ada yang semenjak hamil merasa mual yang begitu parah, kram perut, sakit pinggang, bahkan mengalami perubahan bentuk badan yang signifikan. Tapi hebatnya perempuan tidak pernah mengeluh. Dia tidak perduli jika bentuk tubuh yang di jaga selam ini akan berubah, asalkan anaknya sehat dalam kandungan.
Sungguh perjuangan seorang ibu sangat luar biasa, dan sebentar lagi Alma akan menjadi seorang ibu.
*****
"Jadi yang merasakan mual, muntah kamu Lif?" tanya dokter Linda pada Khalif, dokter Linda dan Khalif sudah saling kenal karena masih ada hubungan keluarga.
"Iya dok" tutur Khalif sopan.
"Santai aja kali Lif, nggak biasanya kamu sopan gini sama mbak" Linda tertawa mengejek Khalif, biasnya jika sedang berdua dengan Khalif, Khalif bicara santai dengannya, berbeda dengan sekarang.
"Ok ok, jadi gimana mbak? Benerkan istri saya lagi hamil?" tanya Khalif antusias.
"Dari penjelasan Alma tadi, dan sudah di tes juga hasilnya positif kemungkinan besar hamil. Untuk lebih jelasnya kita USG dulu ya, mari Alma silahkan berbaring di ranjang"
Alma pun menuruti semua perintah dokter Linda. Dia berbaring di atas ranjang, lalu dokter Linda mengoleskan gel khusus pada kulit di area perut Alma yang sudah tidak dilapisi oleh baju. Menempelkan dan menggerakkan transduser di area perutnya, gelombang dari transduser itu akan merekam dan mengubah menjadi gambar pada monitor yang ada di depan Alma dan Khalif.
Khalif terus menggenggam tangan Alma, yang sudah berkeringat, tapi teras dingin. Khalif memberikan senyum menenangkan pada Alma. Karena dia tau kalau istrinya sekarang ini sedang gugup.
"Nah kalian lihat kantung yang tampak seperti titik kecil ini?" tunjuk dokter Linda.
"Usia kandungannya sudah empat Minggu ya, pada usia kehamilan empat minggu, janinnya baru sebesar biji. Biasanya pada trimester pertama saat kehamilan memasuki usia 4–6 minggu si ibu akan mengalami perut kembung, nyeri atau kram perut" ucap dokter Linda.
Alma sangat merasa bahagia sekarang, ini adalah hadiah terindah yang Allah siapkan untuknya dan Khalif.
"Ini untuk resep obat atau vitamin yang harus dikonsumsi Alma ya, dan selamat atas kehamilannya. Semoga bayi dan ibunya selalu sehat sampai lahiran nanti" ucap Linda dengan tulus, dia menyerahkan resep yang ditulis untuk di tebus oleh Khalif.
"Trimakasih banyak atas penjelasannya mbak" ucap Khalif. Lalu bangkit dari duduknya.
"Oh ya mbak, kalau ada pertanyaan nanti Khalif telpon mbak aja"
"Sip" dokter Linda mengacungkan dua jempol tangannya.
Alma dan Khalif keluar dari ruangan dokter Linda.
"Mas mau nanya apa sama dokter Linda? kenapa nggak nanya pas kita lagi di ruangan dokter Linda tadi?" tanya Alma penasaran.
"Rahasia" ucap Khalif dengan senyum mencurigakan.
"Kamu tunggu disini dulu ya, mas mau tebus obatnya dulu" kemudian Khalif menuju apotek yang ada di situ. Alma duduk di kursi tunggu yang tidak jauh dari Khalif.
Saat sedang asik melihat orang-orang yang berlalu lalang, matanya menangkap sosok yang sepertinya dia kenal, dan orang itu baru saja keluar dari ruangan dokter kandungan. Dia menajamkan penglihatannya lagi, takut itu hanya mirip dengan orang yang ia kenal. Saat Alma ingin mengikuti orang tersebut, Khalif memanggilnya.
"Udah semua mas?"
"Udah, kita kerumah langsung atau mau mampir ke supermarket dulu?" tanya Khalif siapa tau ada yang ingin di beli oleh Alma.
Sementara Alma masih mencari sosok orang tadi yang dia lihat. Orangnya sudah keburu hilang.
"Hei sayang, cari apa sih?" tanya Khalif, melihat Alma yang seperti mencari sesuatu.
"Ah, bukan apa-apa mas mungkin Alma salah lihat" ya, mungkin saja dia salah lihat, tidak mungkin kan Chaterine keluar dari ruangan itu, dia kan belum menikah. Atau bisa jadi dia sedang menemani kerabatnya jika memang benar itu Chaterine.
Ya, orang yang Alma lihat tadi adalah Chaterine mantan dari suaminya.
*****