Di saat membutuhkan uang tambahan, Roro yang bekerja sebagai perawat mendapat tawaran pekerjaan untuk mengasuh anak yang menderita kanker darah.
Tidak disangka anak itu adalah anak direktur rumah sakit tempat Roro bekerja.
"Ternyata pak direktur adalah duda!" seru Roro.
Direktur sekaligus dokter bedah itu tidak pernah dikabarkan sudah menikah, lantas bagaimana sudah menjadi seorang duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Reuni Ibu dan Anak
Chila membuka matanya dan merasa terkejut karena dirinya tidak berada di bed pasien lagi, tapi berasa di atas ranjang dan ruangan asing.
"Suster..." panggil Chila mencari Roro.
Namun, tidak ada orang sama sekali di sana.
"Di mana ini?" anak itu bertanya-tanya dengan wajah bingungnya.
Namun, tak lama pintu ruangan itu terbuka. Salah satu anak buah Pablo memang ditugaskan untuk mengecek keadaan Chila.
"Kau ternyata sudah bangun," komentarnya.
"Jangan berisik atau kau akan celaka!"
Mendengar peringatan seperti itu, Chila tidak berani membuka mulutnya.
Gadis kecil itu merasa syok dan otaknya sudah bisa berpikir kalau orang itu bukanlah orang baik.
Bagaimana mungkin dia berada di tempat itu?
"Apa ini sebuah penculikan?" batin Chila.
Rasanya tidak mungkin Armon membiarkan dia diambil orang begitu saja, ini pasti penculikan. Otak kecil Chila langsung berpikir ke arah sana.
Chila harus tenang walaupun badannya sempat gemetaran karena takut.
"Apa yang mereka inginkan dari anak kecil berpenyakitan sepertiku?" tanya Chila dalam hatinya. Dia harus menghemat energi dan menyusun rencana kabur.
Di ruangan lain terdengar teriakan dari seorang perempuan yang tak lain adalah Prada.
Perempuan itu berteriak untuk minta dibebaskan.
"Keluarkan aku dari tempat ini, sialan!" teriak Prada. Kali ini dia benar-benar tidak tahu apa tujuannya dikurung karena bukan Armon yang melakukannya.
"Kenapa orang-orang suka mengurungku seperti binatang?"
Prada jadi kesal sendiri dan emosinya jadi tidak stabil sekarang.
"Wanita itu sungguh berisik!" salah satu anak buah Pablo sudah tidak tahan lagi.
"Kita jadikan satu saja tawanannya," timpal yang lainnya.
Akhirnya mereka memutuskan untuk mengeluarkan Prada dan memasukkan ke kamar Chila supaya perempuan itu diam.
Mereka tidak sadar jika Prada adalah ibu kandung Chila.
"Lepaskan aku!" Prada memberontak saat akan dimasukkan ke kamar Chila. Namun, ketika perempuan itu sudah berhasil masuk, dia langsung terdiams seribu bahasa.
Prada melihat Chila dengan kepala botaknya tapi tetap terlihat cantik untuk anak seusianya.
"Apa aunty juga diculik?" tanya Chila secara spontan di sana.
Tidak ada jawaban dari Prada yang membuat anak itu turun dari ranjang untuk mendekati Prada.
"Tenang saja aunty, kita pasti bisa kabur bersama," Chila berusaha memegang tangan perempuan yang masih terdiam itu.
Namun Chila merasa kaget karena tangannya ditepis oleh Prada begitu saja.
"Aku tidak butuh bantuanmu," Prada menolak Chila dengan ketus.
Walaupun tidak pernah melihat Chila selama ini, Prada sangat yakin kalau gadis kecil itu adalah anak kandungnya. Matanya sangat mirip dengan Armon.
Emosi Prada yang sebelumnya meledak-ledak kini jadi mereda, perempuan itu duduk di sebuah kursi yang ada di kamar itu. Dia sedang berpikir kenapa Chila juga bisa ada di sana.
Siapa sebenarnya yang orang yang telah menculik mereka berdua?
"Uhuk-uhuk!"
Terdengar suara batuk dari Chila yang membuat atensi Prada jadi tertuju pada anak itu.
Prada melihat Chila yang batuk serta mengeluarkan darah dari hidungnya.
"Kau kenapa?" tanya Prada. Dia jadi refleks bertanya walaupun mencoba tidak peduli.
"Aku belum meminum obatku hari ini," ungkap Chila. Dia merasa jika imun tubuhnya mulai menurun.
Mau tidak mau, Prada jadi mendekat dan mencoba membantu Chila untuk membersihkan darah yang keluar dari hidungnya.
"Bagaimana caranya bisa kabur kalau kau lemah begini?" kesal Prada.