Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 29
Perkataan Ravi terus terngiang di kepala Leina. Ia mengerti sepenuhnya maksud dari suaminya itu. Leina juga bisa menangkap arti sebenarnya bahwa Ravi juga menginginkan anak darinya.
Semua itu jelas adalah hal yang wajar bagi pasangan yang sudah menikah, terlebih laki-laki pasti menginginkan anak untuk melanjutkan keturunannya.
" Mbak Na, lagi mikirin apa sih? Kayaknya berat banget, mukanya kelihatan serius gitu?"
Leina terlonjak, suara Leon cukup membuatnya bangun dari kesibukan berpikirnya. Ia lalu menatap Leon dan mencoba mengingat masa kecil mereka. Meskipun sudah banyak yang tidak ia ingat, tapi ia masih bisa mengingat beberapa diantaranya. Masa kecil mereka sangat menyenangkan, dan ia juga mengetahui bahwa anak kecil akan membawa banyak kebahagiaan pada sebuah keluarga.
" Le, kalau misal Mbak punya anak gimana menurutmu?"
" hei, ya nggak apa-apa. kan wajar bagi orang menikah punya anak. Mbak Na nih aneh deh. Dan pastinya akan lucu, bayangin Mbak Na sama Mas Ravi kemasan sachet tuh pasti cuuu bangeeet."
Leina tersenyum senang, dia merasa semakin yakin untuk memiliki anak bersama Ravi. Satu hal yang jadi rencana barunya yakni memiliki anak mungkin akan jadi pelipur lara atas kepergiannya suatu hari nanti. Mereka pasti akan merasa ada pengganti dirinya jika ada anaknya nanti.
Sebelumnya dia tidak pernah berpikir hingga sampai di situ. keinginannya hanya lari dari semua orang, tapi cara 'anak' menurutnya adalah yang paling efisien sekarang ini.
" Kayaknya aku harus ngomong ke Mas Ravi deh soal punya anak ini. Mungkin dia akan benyak menolak, tapi aku punya cara biar dia setuju," batin Leina. Dia terlihat bersemangat, matanya berbinar dengan rencananya itu.
Tapi lain Leina lain pula Ravi. Jika Leina tampak bersemangat maka Ravi malah terlihat lesu. Adrian bahkan sampai heran melihat tingkah bosnya itu.
Semua orang tahu bahwa Ravi adalah seorang workaholic, si penggila kerja. kejadian dirinya kemarin yang mengambil libur lumayan lama saja sudah membuat semua orang heran. Ini ditambah Ravi kelihatan tidak fokus dalam pekerjaannya.
Andrian bisa menilai dengan sekali lihat. Bahwa pikiran Ravi saat ini sedang tidak ada si sini. Tubuhnya jelas sedang duduk di depannya, tapi pikirannya berada di lain tempat.
" Bos, kenape?"
" Eeh tadi sampai dimana ya An?"
Andrian membuang nafasnya kasar, sang bos benar-benar tidak memerhatikan ucapannya yang panjang lebar itu.
" Bos, kalau ada maslaah kelarin dulu aja deh ya. Aku balik nanti aja kalau Bos udah bisa fokus."
" Ah iya An, thanks ya."
Ravi mengusap wajahnya kasar, ia terus kepikiran ucapan Leina perihal anak. Dia bisa melihat bahwa Leina menginginkannya. Tapi Ravi tetap masih sangat takut. Dia hanya ingin hidup lebih lama bersama istrinya.
" Haah Lei, aku harus gimana. Kayaknya kamu beneran pengen punya anak. Tapi itu berarti perkembangan penyakit kamu akan lebih cepet."
Sangat membuat pikiran bingung. Ravi merasa amat sangat lelah sekarang. Pikirannya dipenuhi dengan Leina.
Drtzzz
Ponsel Ravi berdering, rupanya itu adalah sebuah panggilan dari Dokter Sapto. Ravi pun buru-buru untuk menjawabnya.
" Ya Dok, ada apa ya sampai dokter menelpon saya?"
" Apa kondisi Leina memburuk? Dia tiba-tiba minta bertemu di jadwal yang masih lama untuk bertemu?"
Ravi menghembuskan nafas kasar. Agaknya Leina benar-benar menginginkan anak. Dia bahkan sudah menghubungi dokternya lebih dulu.
Entahlah apa yang dipikirkan Leina, tapi Ravi merasa bahwa istrinya itu sedikit terburu-buru.
" Sampai detik ini masih sangat baik kok kondisi Leina. Tapi memang ada yang ingin kami bahasa bersama dokter. Saat ketemu kami akan menjelaskannya."
" Oh syukurlah kalau begitu. Baiklah saya akan menunggu kalian datang."
Mungkin Ravi harus menerima apa yang diinginkan Leina. Dengan seperti itu suasana hati Leina menjadi kembali baik. Hanya saja Ravi tetap masih belum bisa memutuskannya. Ia masih harus berpikir berkali-kali lipat untuk mengambil keputusan besar dalam hidupnya.
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍