Lara telah menghabiskan tiga belas tahun hidupnya sebagai wanita simpanan, terperangkap dalam cinta yang terlarang dengan kekasihnya, seorang pria yang telah menikah dengan wanita lain. Meski hatinya terluka, Lara tetap bertahan dalam hubungan penuh rahasia dan ketidakpastian itu. Namun, segalanya berubah ketika ia bertemu Firman, seorang pria yang berbeda. Di tengah kehampaan dan kerapuhan emosinya, Lara menemukan kenyamanan dalam kebersamaan mereka.
Kisahnya berubah menjadi lebih rumit saat Lara mengandung anak Firman, tanpa ada ikatan pernikahan yang mengesahkan hubungan mereka. Dalam pergolakan batin, Lara harus menghadapi keputusan-keputusan berat, tentang masa depannya, anaknya, dan cinta yang selama ini ia perjuangkan. Apakah ia akan terus terperangkap dalam bayang-bayang masa lalunya, atau memilih lembaran baru bersama Firman dan anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah🖤, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 09
Namun, saat keintiman itu mencapai puncaknya, rasa bersalah mendekat kembali, mengingatkan David bahwa ia harus menghadapi konsekuensi dari tindakan ini. Meskipun perasaan cinta dan kerinduan memadati hati mereka, David tahu bahwa keputusannya untuk bersama Lara akan menciptakan luka yang lebih dalam bagi Arini.
Ketika momen itu selesai, David terbaring di samping Lara, terengah-engah. Keberadaan Lara di sisinya memunculkan ketegangan yang tak terhindarkan, tetapi di balik rasa itu, ada pula rasa penyesalan. Ia menatap wajah Lara yang masih berseri-seri, sementara pikirannya melayang jauh, membayangkan reaksi Arini ketika mengetahui bahwa dia kembali bersama dengan mantan kekasihnya.
“Semuanya terasa begitu benar,” kata Lara, menyentuh wajah David dengan lembut. “Aku merindukan kita.”
David tersenyum lemah, tetapi hatinya terasa berat. “Aku juga,” ia menjawab, tetapi tidak bisa sepenuhnya meyakinkan diri.
Dalam kesunyian yang terbangun di antara mereka, David tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Ketika ia menatap Lara, ia menyadari bahwa keputusan ini adalah awal dari sesuatu yang kompleks—dan ia harus segera membuat pilihan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Apakah ia akan kembali kepada Arini? Atau akankah ia terus melanjutkan hubungan ini dengan Lara? Dalam keraguan yang melanda, satu hal yang pasti: hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
***
Hari kedua David dan Lara tinggal bersama setalah perpisahan. Matahari bersinar cerah, tetapi bagi David, suasana hatinya kelabu. Ia terbangun dari mimpi yang penuh dengan kenangan indah bersama Lara, tetapi saat menyadari kenyataan, rasa bersalah segera menyergapnya. Ia berbaring di tempat tidur, merasakan kehadiran Lara di sampingnya, tetapi di dalam hatinya, ada suara yang terus mengingatkannya tentang Arini.
Setelah beberapa saat terdiam, Lara mulai bergerak, membangunkan David. “Pagi, sayang,” ucapnya dengan senyum yang menawan, seolah tidak menyadari betapa rumitnya situasi mereka saat ini.
“Pagi,” jawab David, berusaha menyembunyikan perasaan cemasnya. Ia tahu bahwa mereka perlu berbicara tentang apa yang terjadi semalam, tetapi kata-kata itu terasa berat di mulutnya.
Lara melihatnya dengan tatapan penuh harapan. “Aku ingin kita membahas tentang hubungan kita. Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?”
David merasa tertekan. Ia tahu Lara berhak mendapatkan kejelasan, tetapi pikirannya terus melayang ke Arini. “Aku… aku masih berpikir tentang Arini,” jawabnya akhirnya.
Lara mengangguk, meski ekspresi wajahnya menunjukkan kekecewaan. “Aku mengerti. Dia adalah istrimu. Tapi, kita juga memiliki masa lalu yang indah bersama. Aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja bukannya dulu kak David bilang kak David ga bakalan mencintai istri kak David karena cinta kakak habis di Lara”
"Komitmen kita dulu mana kak?, aku rela ga nikah demi sama kak David tapi kak David_" Lara terdiam sejenak dengan wajah kecewa ia tertunduk seolah benar benar kecewa dengan pria yang tengah bersamanya itu.
Mendengar ucapan Lara membuat David merasakan hatinya terbelah. Ia tahu bahwa ia memiliki tanggung jawab terhadap Arini, tetapi ada bagian dari dirinya yang merasa hidup kembali dengan kehadiran Lara. “Aku tidak ingin menyakitinya, Lara,” ujarnya, suaranya terdengar putus asa.
“Lalu, apa yang kamu inginkan?” tanya Lara, suara lembutnya menggema di antara mereka. “Apakah kamu ingin kembali bersamanya? Atau apakah kita mencoba untuk memberi kita kesempatan kedua?”
David terdiam, berpikir keras. Ia merindukan semua yang telah hilang dalam hidupnya—cinta, gairah, dan kebahagiaan. Tapi di sisi lain, ia tidak bisa melupakan betapa dalamnya luka yang ia sebabkan pada Arini.
“Aku tidak tahu,” katanya akhirnya, suaranya bergetar. “Aku perlu waktu untuk memikirkan ini. Mungkin kita seharusnya memberi jarak satu sama lain untuk sementara.”
Lara menatapnya dengan sedih, dan David merasakan sakit di hatinya. Ia tahu bahwa keputusan itu akan menyakiti Lara, tetapi ia juga tahu bahwa ia harus jujur dengan dirinya sendiri.
***
Sementara itu, Arini masih berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupannya tanpa David. Dinda selalu ada di sampingnya, membantunya melewati hari-hari sulit. Namun, meskipun ia mencoba untuk tegar, kenangan tentang David terus menghantuinya.
Suatu hari, saat duduk di kafe bersama Dinda, Arini mendengar dua teman wanita di meja sebelah membicarakan hubungan mereka. “Aku tidak mengerti kenapa dia masih kembali ke mantannya setelah semua yang terjadi,” ucap salah satu dari mereka.
Arini merasa hatinya bergetar. Apakah mereka sedang membicarakan David? Tanpa bisa menahan diri, ia menoleh untuk mendengarkan lebih dekat.
“Dia pasti tidak tahu apa yang dia inginkan. Kadang-kadang, orang-orang hanya terjebak dalam nostalgia,” kata teman lainnya.
Pernyataan itu menghantam Arini seperti palu. "Apakah itu yang terjadi pada David?" Ia merasa sakit di dadanya, tetapi ia tahu bahwa ia harus melanjutkan hidup.
“Rin, jangan dengarkan mereka. Kamu tidak perlu memikirkan David terus-menerus,” ujar Dinda, menepuk tangan Arini untuk menarik perhatiannya. “Kamu punya banyak hal baik di depanmu.”
“Namun, aku merasa seolah ada yang hilang, Din,” jawab Arini, menahan air mata. “Aku tidak ingin menjadi orang yang lemah, tetapi rasa sakit ini sulit untuk ditangani.”
Dinda menarik napas dalam-dalam. “Kamu tidak lemah. Kamu sedang berjuang dengan perasaanmu. Dan itu wajar. Tapi, kamu harus mulai berpikir tentang diri sendiri.”
Arini mengangguk, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. “Mungkin kamu benar. Mungkin sudah saatnya aku mulai bergerak maju.”
***
Kembali ke David, ia merasakan kekosongan di dalam hatinya. Ia tidak bisa tidur, memikirkan semua yang telah terjadi dan keputusan yang harus ia ambil. Setelah pertemuan dengan Lara, ia merasa terjebak dalam dilema antara masa lalu dan masa depan.
Saat memeriksa ponselnya, ia melihat pesan dari Lara yang membuat hatinya bergetar.
🗨️ "Aku mengerti jika kamu butuh waktu. Tapi aku tidak ingin menunggu selamanya."
Pesan itu seperti jarum tajam yang menusuk perasaannya. Apakah ia benar-benar ingin mengakhiri semua ini? Apakah ia ingin kehilangan Lara sekali lagi?
Dengan ragu, David membalas pesan itu.
🗨️ "Aku butuh waktu untuk memikirkan semua ini."
Malam itu, David pergi ke tempat yang dulu sering mereka kunjungi—sebuah taman kecil di dekat apartemennya. Di sana, ia merasakan angin malam yang sejuk, memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Keputusan apa yang harus ia buat? Apakah ia akan kembali kepada Arini, ataukah ia akan memilih Lara dan melupakan semuanya yang telah terjadi?
Saat ia merenung, David tiba-tiba melihat sosok yang dikenal dari kejauhan.
“Itu… Arini,” bisiknya pada diri sendiri, saat ia melihat Arini sedang berjalan mendekat, tampak anggun namun penuh kesedihan.
Arini terlihat terkejut saat melihat David. Dalam hati, keduanya merasa ketegangan yang tak terhindarkan. Mereka berdua tahu bahwa pertemuan ini adalah titik balik yang tidak bisa dihindari—sebuah pertemuan yang mungkin akan menentukan nasib hubungan mereka ke depan.
Katanya perlu bicara ujung2nya perlu waktu lagi dan lagi baik sama lara juga sama arini beberapa bab muter itu2 aja, Maaf ya Thor kayak ceritanya hanya jalan di tempat aja 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻