Nana adalah kembang desa yang sangat cantik, Ada lima pemuda yang pernah melamar dia dan semua nya di tolak dengan berbagai alasan.
Hingga suatu hari Nana merasakan dada nya sangat sakit luar biasa, Berobat kedokter sudah dan di nyatakan tidak ada kanker payudara. Namun payudara nya sangat sakit, Seminggu kemudian sudah membusuk dan membuat Nana sangat menderita.
Banyak yang menduga bahwa Nana di santet.
Siapa kah yang sudah menyantet Nana?
Mampu kah Nana melawan santet ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Meninggal
Teriakan Bu Asih melengking kuat ketika dokter mengatakan bahwa Nana sudah tak bisa di selamatkan lagi, Kembang desa ini sudah tak ada lagi di desa ini karena sudah pergi untuk menghadap ilahi. Begitu berat penderitaan yang Nana rasakan sebelum kematian menjemput nya, Susah payah Bude Las menenangkan Bu Asih yang terus meraung karena tak mau bila sampai kehilangan anak nya yang sangat ia sayangi, Bukan karena Nana cantik, Tapi memang dia begitu sayang pada para putri nya. Mengingat bagai mana Nana menjalani waktu selama beberapa bulan belakangan ini karena terus tersiksa dengan rasa sakit yang tak berkesudahan, Bahkan untuk tidur saja dia harus mencari waktu yang tepat.
Pak Irwin juga berduka karena nama nya anak yang pasti tak akan rela bila meninggal secepat ini, Menyesal sekali rasa nya malam itu dia pergi untuk melihat tempat yang akan ia kontrak, Andai saja dia tak pergi malam itu, Mungkin Nana tak akan hilang. Dan bila tidak hilang, Maka pasti nya tak akan meninggal sekarang, Lemas lunglai tubuh pria ini ketika jasad putri nya di masukan kedalam ambulance untuk di bawa pulang lagi kerumah nya yang ada di desa, Untung Dani sudah sampai dengan membawa mobil dan segera menjemput mereka, Wajah pemuda ini tampak tidak bersahabat seolah sedang sangat sekali, Namun orang tak tahu apa yang sudah membuat dia sekesal itu.
"Apa benar Nana meninggal, Mad?!" Davin berlari kerumah Ahmad.
"Kata nya iya, Aku juga baru dapat kabar." Ahmad tampak kaget juga.
"Ya allah, Na! Kenapa kau bernasib begini." Davin lemas seketika.
"Ayo kita kerumah nya untuk membantu bersiap siap, Mungkin dengan allah mengambil Nana sekarang, Agar Nana tak merasakan sakit lagi." Ahmad memang bijak.
"Aku rasa tidak percaya, Masih terbayang senyum nya saat aku dan Ibu datang." Davin mengusap mata nya yang merah.
"Nama nya nyawa tak ada yang tahu, Semua sudah takdir allah." Nasihat Ahmad.
Para warga mendatangi rumah Pak Irwin untuk menyiapkan rumah agar nanti pas jasad datang sudah rapi, Pak Lurah ada di sana juga dan membantu segala sesuatu nya, Walau Nana suka mencela orang, Namun tampak nya para warga sudah melupakan masalah itu, Mereka malah kasihan ketika melihat keadaan Nana yang di temukan saat semak terbakar.
Sehingga mereka pun tak masalah untuk membantu keluarga ini, Rumah Pak Irwin sudah ramai sekali dan banyak pelayat datang sambil menunggu jenazah datang, Ada yang merangkul Nani karena gadis itu menangis sendirian di pojok rumah, Mereka menduga bahwa Nani sangat terguncang dengan kematian kakak nya.
Tak ada yang tahu bahwa Nani juga ikut andil dalam kematian Kakak nya yang sangat tragis itu, Mereka mengira bahwa Nani memang sangat sayang pada Nana sehingga sangat berduka setelah tahu Nana meninggal. Memang sesama manusia tak akan bisa tahu apa yang sedang manusia lain pikirkan, Rambut saja sama hitam, Pikiran dalam pasti nya sangat lah berbeda.
"Tak ku sangka kalau Nana akan meninggal semuda ini." Andi berkata lirih.
"Jangan kan udah umur segini, Ndi! Banyak anak usia satu tahun juga meninggal, Kita tak tahu batas waktu kita di dunia ini." Ujar Ahmad.
"Mana aku belum sempat juga mau jenguk dia, Agak nyesal rasa nya." Andi tertunduk lemas.
"Kasihan sekali, Aku sungguh tak menyangka." Lupi juga ikut berkata.
"Bukan nya kau malah senang kalau Nana cepat mati? Kan itu yang pelaku santet ingin kan." Sinis Davin.
"Aku sedang tak ingin bertengkar, Vin! Mau sampai kapan kau menuduh ku pelaku santet nya Nana." Bentak Lupi.
"Karena kau yang duluan menuduh ku, Nana meninggal karena santet kan." Balas Davin tak kalah keras.
Ahmad mengusap wajah nya kasar karena dua pemuda ini malah bertengkar tak lihat tempat, Banyak orang yang mendengarkan pertengkaran ini, Bahkan mereka semua juga jadi tahu bahwa Nana meninggal karena santet, Padahal awal nya mereka tahu karena kanker payudar*, Namun karena Davin dan Lupi bertengkar, Maka semua orang jadi tahu bahwa ini adalah santet.
Pak Lurah memberi kode pada Putra nya dan juga Ahmad agar membawa dua pemuda ini menjauh dari keramaian, Sebab orang sudah mulai bergunjing masalah santet, Bakal jadi kehebohan besar karena mereka semua memang masih sangat takut dengan yang nama nya santet. Sebab penyakit itu datang nya tiba tiba saja dan tak bisa di ketahui dengan mudah siapa pelaku nya, Paling bila tak cepat tertolong maka akan mati seperti kembang desa ini dan kematian yang paling tragis, Pasti nya nanti orang orang akan sangat ketakutan bila di malam hari, Sebab mereka percaya bahwa otang yang mati di santet pasti bakal jadi hantu.
"Kalian sudah tak waras kah?! Gara gara omongan sampah kalian ini, Semua warga jadi tahu bahwa Nana kena santet." Bentak Ahmad setelah ketempat sepi.
"Gila ya kalian! Itu tadi semua orang jadi bergunjing ya, Gimana nanti perasaan nya orang tua Nana." Geram Andi.
"Bangsaaat kalian berdua!" Akhir nya Ahmad mengumpat juga.
Davin mengusap wajah nya kasar karena tadi sudah di kuasai emosi, Dan malah jadi bumerang untuk keluarga nya Nana, Sekarang semua orang sudah tahu bahwa Nana di santet, Entah bagai mana cara nya nanti mau di redam, Sekarang jenazah nya belum datang saja sudah separah ini. Apa lagi nanti bila jasad nya Nana sudah datang, Pasti nya mereka akan semakin parah dan berdesakan ingin melihat jasad nya Nana, Bukan karena iba, Tapi karena kepo saja.
"Tanggung jawab mulut kalian, Bagai mana perasaan nya Bu Asih nanti bila sampai dengar warga bergunjing? Sudah dia berduka karena anak nya mati, Malah bertambah dengan omongan para warga." Rutuk Andi.
"Itu akan jadi masalah bagi kalian berdua! Dati kemarin sibuk saja membahas siapa yang sudah membuat santet, Aku curiga malah kalian berdua lah pelaku nya." Cetus Ahmad.
"Aku tak sekejam itu, Mad!" Sangkal Davin.
"Biar pun aku di kenal brandal di kampung ini, Namun aku tak bersekutu dengan setan." Geram Lupi.
"Lalu kenapa kalian sibuk main tuduh, Membuat orang kesal saja." Ahmad masih sangat marah.
Davin menghembuskan nafas kasar karena masalah menjadi sulit gara gara mulut mereka berdua, Andai saja tadi dia tak terpancing dengan emosi, Maka tak akan ada warga yang tahu tentang kejadian yang menimpa Nana. Ini malah dia langsung menyebut kata santet di depan banyak orang, Sehingga warga pun jadi tahu semua.
Hallo guys, Maaf ya cuma bisa up dua bab hari ini karena othor lagi sibuk banget. Ini sudah berusaha di sempatkan karena harus up setiap hari, Makasih ya yang sudah selalu dukung othor dengan berbagai macam cerita, Mohon dukungan nya terus untuk cerita ini dan yang sebelah juga ya, Insya allah besok bisa lima bab karena pekerjaan sudah selesai, Terima kasih dan semoga kalian sehat selalu biar bisa baca cetita othor yang random ini☺️