NovelToon NovelToon
Alice Celestia Dalian

Alice Celestia Dalian

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Beda Usia / Cinta Beda Dunia / Teen School/College / Identitas Tersembunyi / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:262
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

"Jatuhkan mobilnya ke jurang sekarang juga!" Dalian mendorong pundak Ayah.

Jalanan licin membuat mobil tergelincir.

"Kyaaa!!!"

Semua orang menjerit saat mobil melaju liar menuju tepi jurang hingga ke dalam.

"Jedderr!! Jedderr!!" Petir menyambar.

Seakan meramalkan malapetaka yang akan datang.
Dan dalam kekacauan itu, terdengar suara di tengah hujan dan petir, suara yang hanya Dalian yang bisa dengar.

"Selamat datang, gadis berambut hitam."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ya, mungkin saja.

Dalian terperanjat bangun dari tidurnya, tubuhnya menggigil hebat, matanya masih bergetar karena ketakutan yang belum juga mereda.

Dia memeluk dirinya erat, seolah mencoba menahan rasa takut yang mencekiknya.

"Dalian, ada apa?" Chelsey bangun perlahan, suaranya lembut, namun penuh kekhawatiran.

"Mimpi... aku..." Dalian tergagap, tubuhnya gemetar hebat.

"Apa kau bermimpi buruk?" tanya Chelsey lagi, mencoba menenangkan.

Tanpa menjawab, Dalian langsung memeluk Chelsey erat. Sangat erat, seolah memohon perlindungan. Meskipun terasa seperti dicekik, Chelsey membalas pelukan itu, berusaha memberikan rasa aman.

"Dalian, aku tahu itu pasti menakutkan. Tapi tenanglah. Tarik napas dalam-dalam... lalu hembuskan perlahan... ulangi sampai kau merasa lebih baik. Aku akan terus di sini bersamamu," ucap Chelsey lembut sambil mengusap punggung sahabatnya.

"Chelsey..." suara Dalian parau, hampir tak terdengar.

Di sudut ruangan, terdengar auman lembut. Kaya, kucing misterius itu, terbang turun dari tempatnya beristirahat, menghampiri mereka dengan gerakan anggun. "Belum pagi, kenapa kalian sudah bangun?" tanyanya dengan suara tenang.

"Dalian mengalami mimpi buruk," jawab Chelsey sambil terus memeluk Dalian.

Tanpa banyak bicara, Kaya mendekat dan meniup ubun-ubun Dalian dengan lembut. Perlahan, gemetar di tubuh Dalian mereda. Napasnya menjadi lebih teratur, dan ketenangan mulai merasukinya.

"Aku akan menunjukkan keajaiban kepada kalian. Ikutlah denganku," ajak Kaya, suaranya seperti nyanyian lembut yang menenangkan.

"Keajaiban?" Chelsey bertanya, penuh rasa ingin tahu.

Dalian melepas pelukan Chelsey, mencoba berdiri. "Aku baik-baik saja sekarang... terima kasih, Chelsey."

"Jangan lupa berterima kasih pada Kaya juga," ujar Chelsey sambil tersenyum.

Dalian menatap Kaya dengan heran. "Kenapa gue harus berterima kasih padanya?"

"Kaya tadi menenangkanmu dengan meniup ubun-ubunmu."

Mata Dalian melebar. "Ubun-ubun gue? Apa? Serius?"

Kaya hanya tersenyum tipis. "Aku berhutang budi padamu, Dalian. Sebagai gantinya, aku akan mengajakmu dan sahabatmu ke tempat yang indah."

Dalian mengernyit, masih bingung. "Kucing ini... sebenarnya siapa dia? Tubuhnya menyeramkan, tapi suaranya seperti milik seseorang yang tampan," gumamnya dengan pipi sedikit merona.

Mereka mengikuti Kaya keluar. Tidak lama kemudian, mereka tiba di sebuah padang bunga yang luar biasa indah.

Sinar rembulan menerangi ladang itu dengan lembut, menciptakan suasana magis. Kunang-kunang berwujud peri beterbangan, kupu-kupu dan lebah tampak seperti makhluk dongeng.

Bunga-bunga di sekitar mereka melenggok, seolah menari menyambut kehadiran mereka.

"Selamat datang, Tuan Kaya," sapa bunga-bunga itu serempak.

"Kalian semua baik-baik saja?" tanya Kaya.

"Kami sangat baik, Tuan," jawab mereka riang.

Dalian dan Chelsey mendekati bunga-bunga itu, membungkuk sopan sambil tersenyum. "Kalian sangat indah," ujar Dalian dengan kagum.

"Terima kasih, puu~," sahut salah satu bunga.

Dalian tersentak. "Uwaa!" Dia terlonjak kaget, terjatuh ke belakang dengan bunyi keras. "Dug!"

Chelsey tertawa kecil. "Kau selalu saja kaget dengan hal aneh."

Dalian bangkit, wajahnya masam. "Baru saja gue tenang, sekarang gue merasa makin gila. Kaya!!" serunya galak.

Kaya menatapnya dengan tenang. "Dalian, kau takut lagi?"

"Bukan takut! Gue makin gila di sini! Tanggung jawab apa yang bisa kau berikan untuk semua ini, hah?!"

Kaya tersenyum, tetap tenang. "Kau hanya perlu menerima ini dengan lapang dada, Dalian. Ikhlas... rileks... dan bersugestilah yang baik."

Dalian menggerutu. "Preketek dengan semua ini! Hah!"

Dalian menghela napas panjang, lalu bangkit dengan gerakan kasar. "Aku butuh udara!" serunya, berjalan menjauh tanpa menoleh ke belakang.

"Dalian, tunggu!" panggil Chelsey, tetapi Dalian tidak menggubris. Langkahnya cepat dan penuh emosi, membelah padang bunga yang seolah menari di bawah cahaya bulan.

Kaya hanya menghela napas pelan. "Biarkan saja," katanya dengan nada santai. "Dia butuh waktu untuk sendiri."

Dalian terus berjalan, tidak peduli pada keindahan di sekitarnya. Bunga-bunga yang bergerak lembut seakan memanggilnya, tetapi dia mengabaikan mereka.

Kepalanya dipenuhi oleh kekesalan dan kelelahan. "Apa-apaan ini," gumamnya sambil menendang kerikil kecil di jalannya. "Semua ini... mimpi buruk, makhluk aneh, bunga bicara… aku mulai kehilangan akal."

Tiba-tiba, dia berhenti. Di depannya ada sebuah pohon besar dengan cabang-cabang yang menjulang tinggi, daunnya memancarkan cahaya keperakan.

Cahaya rembulan yang menembus celah dedaunan menciptakan bayangan lembut di tanah.

Dalian menatap pohon itu lama, dadanya naik-turun karena masih terbawa emosi. "Kenapa gue harus ada di sini?" bisiknya. "Kenapa gue harus mengalami semua ini?"

Suara lembut, hampir seperti bisikan angin, tiba-tiba terdengar dari pohon itu. "Karena kau sedang mencari jawaban."

Dalian terperanjat. "Siapa di sana?" Dia memutar tubuh, mencari asal suara, tetapi tidak ada siapa pun.

Pohon itu bergemerisik lembut, seolah tertawa. "Kemarahanmu tidak akan membawamu ke mana pun, Dalian. Tapi di sini… mungkin kau akan menemukan sesuatu yang lebih besar dari dirimu sendiri."

Dalian mengerutkan kening. "Apa maksudmu?" tanyanya, suaranya masih dipenuhi kekesalan, tetapi ada secuil rasa penasaran yang mulai muncul.

"Kadang, keajaiban yang kau benci adalah keajaiban yang paling kau butuhkan," jawab suara itu, semakin lembut hingga menghilang bersama angin malam.

Dalian terdiam. Untuk pertama kalinya malam itu, dia merasa lebih tenang, meski pikirannya masih bergolak. Dia menatap pohon itu sekali lagi sebelum akhirnya berbalik.

Kaya menunggu bersama Chelsey, hatinya masih penuh tanya.

Kaya dan Chelsey duduk di atas rerumputan yang lembut, ditemani sinar rembulan yang menerangi padang bunga.

Kunang-kunang peri beterbangan di sekitar mereka, menciptakan suasana magis yang tenang. Chelsey memeluk lututnya, menatap ke arah di mana Dalian menghilang dalam kegelapan.

"Kaya," kata Chelsey memecah keheningan, "menurutmu, Dalian kenapa selalu terlihat… mudah kesal?"

Kaya melayang perlahan, berputar dengan santai di udara, seolah pertanyaan itu tidak mengejutkannya. "Dia sebenarnya tidak semarah itu. Hanya saja, dia terbiasa menutup diri dari hal-hal yang membuatnya merasa rapuh."

Chelsey mengerutkan kening, lalu mengangguk pelan. "Aku tahu Dalian sejak kecil. Dia memang keras kepala dan suka meledak-ledak. Tapi aku tahu, dia punya hati yang lembut."

Kaya tersenyum tipis. "Dia peduli lebih dari yang dia tunjukkan. Tapi manusia seperti dia sering merasa terperangkap dalam dunia mereka sendiri. Kekesalan adalah cara mereka melindungi diri."

Chelsey tertawa kecil. "Dia memang suka menyembunyikan perasaan di balik amarahnya. Bahkan di sekolah, dia selalu jadi pembela jika ada teman yang di-bully, meskipun dia sendiri lebih suka berpura-pura tidak peduli."

Kaya mengangguk pelan. "Seorang pelindung yang pura-pura tak butuh perlindungan."

Chelsey menatap langit, matanya memantulkan cahaya bintang. "Dalian selalu merasa harus kuat. Ayah dan ibunya terlalu sibuk. Dia terbiasa menyelesaikan semuanya sendiri."

Kaya menghela napas. "Dia anak yang berani, tapi kesendirian bisa membuat seseorang lupa cara menerima keajaiban kecil dalam hidup."

Chelsey tersenyum lembut. "Kaya, kau bicara seolah kau mengenalnya begitu dalam."

Kaya menatap Chelsey dengan mata berkilau penuh rahasia. "Aku mengenal lebih banyak dari yang kau kira. Tapi itu tugasmu, Chelsey, untuk mengingatkan Dalian bahwa dia tidak harus selalu sendirian."

Chelsey tertawa kecil. "Aku? Aku sudah melakukannya bertahun-tahun, dan dia masih saja keras kepala."

Kaya mengangkat bahu dengan gerakan anggun. "Mungkin keajaiban butuh waktu. Atau mungkin, malam ini adalah awal dari sesuatu yang berbeda."

Chelsey menghela napas panjang, tapi tersenyum. "Ya, mungkin saja. Tapi aku tetap akan berada di sisinya, apapun yang terjadi."

Kaya menatapnya dengan senyum penuh arti. "Dan itulah yang membuatmu istimewa, Chelsey."

1
Bu Kus
wah serem dan menegangkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!