NovelToon NovelToon
OBSESI Sang Presdir

OBSESI Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Seharusnya Marsha menikah dengan Joseph Sebastian Abraham, seorang duda dengan anak satu yang merupakan founder sekaligus CEO perusahaan kosmetik dan parfum ternama. Setidaknya, mereka saling mencintai.

Namun, takdir tak berpihak kepadanya. Ia harus menerima perjodohan dengan seorang Presdir yang merupakan rekan bisnis ayahnya.

Saat keluarga datang melamar, siapa sangka jika Giorgio Antonio Abraham adalah kakak kandung pria yang ia cintai.

Di waktu yang sama, hati Joseph hancur, karena ia terlanjur berjanji kepada putranya jika ia ingin menjadikan Marsha sebagai ibu sambungnya.

~Haaai, ini bukuku yang ke sekian, buku ini terinspirasi dengan CEO dan Presdir di dunia nyata. Meskipun begitu ini hanya cerita fiksi belaka. Baca sampai habis ya, Guys. Semoga suka dan selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Cincin di Jari Manis

Marsha masih terperangkap dalam lamunannya, ketika beberapa macam makanan selesai dihidangkan.

Membuat Gio tak sabar melihatnya.

"Buka mulutmu!" perintahnya tiba-tiba.

Marsha tersentak. Ia langsung menatap bingung ke arah Giorgio.

"Aku bisa makan sendiri. Gak enak dilihat orang," sergah Marsha menahan tangan Gio yang sudah mengangkat sendok tepat di depan bibirnya.

Gio menghela napas, ia meletakkan sendoknya kembali di atas piring lalu memperhatikan beberapa orang bodyguard yang berdiri di belakangnya, dan juga dua orang pelayan restoran. Kemudian ia memberikan perintah.

"Bisa tinggalkan kami berdua? Kami butuh privasi," pintanya dengan sopan.

Dua orang pelayan bergegas pergi, tetapi bodyguard di belakang memilih tetap di sana.

"Tolong pergi, di sini aman," seloroh Gio, membuat pria berseragam hitam di belakangnya seketika meninggalkan tempat setelah mengangguk.

Tatapan mata pria tampan bak model berkelas itu kini tertuju pada Marsha. Membuat pipi gadis itu bersemu merah, lalu mengalihkan pandangannya.

"Buka mulut!" perintahnya, lagi.

Marsha menoleh terkejut.

"Aku bisa makan sendiri," tolaknya langsung menggapai sendok di tangan Gio.

Tetapi, sayangnya pria itu menahan pergerakan tangan Marsha.

"Habis, dari tadi aku sudah bilang kalau makanan yang aku pesan sudah datang, bukannya langsung makan malah melamun, buka mulut. Biar cepet selesai."

Akhirnya, gadis itu menurut juga. Sesekali ia mencuri pandang ke arah Giorgio.

'Sebenarnya, kalau dilihat-lihat ... wajahnya mirip juga sama pangeranku si Joseph itu. Tapi yang ini lebih tampan dan matang, tapi sayang, dia itu munafik. Perhatiannya seperti ini, masih mengaku pura-pura. Bilang suka aja kenapa? Sok jaim banget nih cowok,' batin Marsha sambil menatap tanpa kedip.

Gio terlihat tidak peduli. Ia justru fokus mengiris daging di piringnya.

"Nggak suka sayur, ya?" tanya Marsha membuatnya mengangkat wajahnya.

"Makan! Setelah selesai makan ... baru ngobrol. Habisin makanannya," ketus Gio, membuat bibir Marsha mengerucut.

Ia tak menjawab, tetapi langsung membuka mulutnya lebar-lebar lalu memasukkan makanan dengan suapan besar. Dan Gio langsung mual melihatnya.

"Huuueeeek!"

Marsha langsung menyodorkan segelas air putih yang baru saja ia tuangkan sendiri.

"Dih, sok perfect," ejek Marsha.

Gio tidak menjawab, ia malah langsung menyesap menyesap air di genggamannya hingga tandas.

Lalu pemuda tampan itu langsung mengelap bibirnya sendiri hingga bersih dan menghentikan makan malamnya.

Bibir merah muda yang sensual pasti membuat siapapun menatapnya langsung jatuh hati dibuatnya.

Kemudian, Marsha hendak menyelesaikan ritual makannya, tetapi tangan Gio langsung mengambil piring sekaligus isinya. Membuat mata Marsha seketika melebar menatapnya.

"Apa-apaan ini?" tanya Marsha, kesal.

"Aku suapi. Lihat caraku, jangan banyak-banyak. Orang bisa mual melihatmu. Mengerti? Kamu itu perempuan, tahu 'kan perempuan itu harus elegan," omelnya sembari membantu Marsha menyelesaikan makan malamnya.

Setelah sekitar setengah jam, akhirnya makan malam mereka selesai juga. Tak lama lama kemudian ia memanggil salah seorang perempuan yang nampaknya sudah dari tadi menunggu.

Gio melambaikan tangan. Membuat perempuan cantik yang memakai heels silver itu berjalan cepat tapi tetap terlihat elegan saat menuju ke arahnya.

Marsha mengamatinya, sembari mencebikkan bibirnya.

"Jadi kamu sudah punya pacar?" tuduh Marsha.

Giorgio tidak menjawab, ia hanya menghela napas panjang saja sambil menyunggingkan sedikit senyuman.

"Jangan asal tuduh. Cari tahu dulu, kalau sudah pasti, akurat, baru berargumen ... ya," tukas Gio sambil mengelus puncak kepala Marsha.

Gadis itu langsung menepis tangan Gio. Tetapi pria itu tak peduli.

Tepat di depan Marsha, perempuan tadi langsung meminta asistennya membuka beberapa kotak perhiasan yang sengaja ditata di atas meja berjajar.

Marsha benar-benar dibuat terkejut oleh perlakuan Giorgio.

"Pilihlah, cincin yang mana yang cocok untuk pertunangan kita besok? Tidak ada waktu lagi, mangkanya kulakukan di sini," terangnya.

Mata Marsha memperhatikan satu demi satu cincin, lalu memberanikan diri berucap.

"Aku tidak paham tentang perhiasan," akunya, polos.

Membuat Gio tersenyum setengah mengejek.

"Wah, kamu bercanda 'kan? Papa kamu itu pemilik beberapa gerai perhiasan. Mana mungkin kamu ...."

Giorgio menghentikan kalimatnya setelah mengamati penampilan gadis di depannya. Ya, Marsha memang tak suka mengenakan perhiasan.

Bisa dibilang, penampilannya tergolong biasa untuk ukuran putri pengusaha kaya.

"Baiklah, biar aku pilihkan," kata Gio kemudian.

Akhirnya, pilihannya jatuh pada sepasang cincin berbahan emas putih berhiaskan berlian.

Tak berhenti di sana, Gio memberikan satu cincin khusus dan langsung menyematkannya di jari manis Marsha.

"Cincin ini, adalah hadiahku karena kamu sudah bersedia untuk makan malam," katanya.

Marsha tersenyum tipis. Ada rasa berbeda yang ia rasakan. Debaran aneh itu muncul lagi. Mungkinkah itu hanya sekedar rasa takut?

***

Pagi ini Marsha bangun pagi sekali, ia berdandan cantik. Riasan yang jauh berbeda dari biasanya.

Di ambang pintu, seperti biasa. Ia menemukan Danu mengintipnya yang sedang mematut diri di depan cermin.

Tatapan mata nakal itu sangat membuat Marsha tak nyaman akan keberadaannya.

Menyadari itu ia langsung pergi meninggalkan kamar, tetapi ketika telah sampai tepat di depan Danu, langkahnya terhenti.

PLAAAK!

"Aku tidak suka diintip!" seru Marsha, lengkap dengan tatapan mata tajamnya.

Danu terkekeh.

"Kamu akan jatuh dalam pelukanku, Marsha. Gak akan lama lagi," ejek pria yang terlihat kumal itu.

Marsha langsung menatapnya jijik.

"Ngaca dulu, mandi. Mimpi kamu," balas Marsha yang terlalu berani mengejeknya.

Tak Mau membuang waktu, Marsha langsung berlari menunju halaman rumahnya.

Hari ini gadis berpapasan cantik itu memiliki janji untuk mengantarkan Steven ke sekolahnya. Ia sangat riang dan bersemangat ketika menemukan mobil Joseph sudah terparkir di sana.

Marsha terkejut, karena kali ini Joseph membawa sopir bersamanya. Tak biasanya pria itu mengajak seseorang untuk mengantarnya ke suatu tempat.

"Duduk di sebelahku ya," sapa Joseph yang sekaligus memberikan perintah kemudian.

Marsha menurut saja. Ketika di mobil, Steven duduk di tengah. Di antara dirinya dan Joseph.

Sepanjang perjalanan, Marsha asik mengobrol dengan bocah kecil di sampingnya. Bahkan pagi itu Marsha berubah menjadi seorang pendongeng dadakan.

"Cincinnya bagus banget, Sya," celetuk Joseph.

Tatapan mata tajam pria itu tidak sedetikpun pergi dari jari manis Marsha.

Marsha tersentak, ia refleks menyembunyikan jemarinya dibalik kain yang membalut tubuhnya.

Wajahnya berubah pias. Pria tampan itu memperhatikan ekspresinya.

"Ada apa? Kamu sudah punya seseorang ya? Kenapa gak cerita?" tanya Joseph mencecar.

"Pak Jo, ini hanya perjodohan antar keluarga," kilahnya cepat.

"Panggil Joey aja. Kalau benaran gakpapa kok, Sya. Aku hanya sedikit kecewa," ungkapnya.

Mendadak wajah Joseph berubah mendung.

"Aku bisa jelaskan," ujar Marsha setelahnya.

Waktu berlalu begitu cepat.

Setelah selesai mengantarkan Steven, Marsha langsung memeluk erat Joseph di dalam mobil. Ia menangis sejadi-jadinya.

Dan sikapnya itu membuat Joseph tercekat.

Gadis itu benar-benar merasa bersalah.

Bukan tanpa alasan, Marsha benar-benar tak menduga jika Joseph akan kecewa dan semarah itu padanya.

"Aku menyukaimu, Pak Joseph. Tidak peduli meskipun aku ini perempuan dan tabu untuk mengungkapkan rasa itu. Tapi aku ingin kamu tahu ini," pungkasnya sambil sesenggukan.

Joseph memejamkan matanya, bersamaan dengan itu, bulir bening mengalir membasahi pipinya. Mungkinkah hatinya sedang patah? Tapi yang jelas, ia tak pernah seperti ini. Mungkinkah Steven alasannya? Entah.

Bersambung....

1
Siti Juaningsih
Luar biasa
Lintang Lia Taufik: Wah, terimakasih banyak ya Kak, sudah mampir di tulisan receh saya, dan memberi Rate. Salam cinta, Lintang. ❤️❤️❤️
total 1 replies
Nina_Melo
Haiis, takut buat topeng si Gio aja tuh
Anne Clair
seru ya
Samantha
nah loh. Pilih duda apa bujang mapan
Samantha
cemburu si bos muda
Samantha
Aku mau sih jadi Marsha
Teddy
perhatian gitu si Gio
Nina_Melo
Jadi rebutan
Nina_Melo
Kok aku jadi sebel sama danu ya
Antonio Johnson
Diksinya keren sih ya
Antonio Johnson
Kenapa tulisanmu sedih semua? Moga tulisanmu sukses ya, biar bahagia. Canda, semangat Thor
Antonio Johnson
pilih aku aja gimana
Anne Clair
Keren, tapi nyesek
Anne Clair
Hayo pilih yang mana?
Anne Clair
Hei, Lintang. Aku mampir baca, eh keterusan
Teddy
Ditunggu Bab barunya yang seru ya Love
Nina_Melo
Nyesek woy
Nina_Melo
Ceritanya seru Guys
Nina_Melo
Tulisannya natural. Cocok untuk menghilangkan penat.
Nina_Melo
Bagus, natural. Semoga banjir pembaca ya Kak Thor 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!