NovelToon NovelToon
The Villainess Wants To Retired

The Villainess Wants To Retired

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Venus Earthly Rose

Si Villainess tiba-tiba berubah?
Yrina Lavien, si penyihir yang dapat julukan Gadis Beracun sangat mencintai Anthony, Si Putra Mahkota, namun Anthony mencintai Margareth Thatcher. Suatu malam, Yrina tak sadarkan diri dan dia berubah ketika dia bangun. Dia yang awalnya suka pada Bunga Lily of The Valley jadi menyukai Bunga Mawar, dia yang dulunya tergila-gila pada Anthony malah jatuh hati kepada Dimitry Thatcher, kakak laki-laki Margareth yang telah 'merebut' kekasihnya. Dengan dalih 'lupa ingatan' dia benar-benar berubah. Tak banyak yang tahu, jika Yrina Lavien bukanlah dirinya yang asli dan merupakan jiwa lain yang sedang bertransmigrasi. Kini, Yrina yang baru hanya ingin hidup tenang. Mampukah dia mewujudkannya jika dia menjadi gadis paling dibenci dan paling jahat di seluruh kerajaan? Lalu sebenarnya dimanakah jiwa Yrina yang asli?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Venus Earthly Rose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 : Ketika Aku Bukan Aku, Ketika Aku Bukan Kamu

Aku mengangguk pelan. "Sudah, sama sekali tak ada masalah. Rasanya sama seperti menggunakan tubuhku sendiri. Apa memang seperti itu?" Tanyaku lagi.

"Aku juga belum tahu. Ini pertama kalinya bagiku dalam hidupku ini. Apa ada keluhan?"

"Tidak. Aku juga masih terkejut aku bisa terbangun di tubuh ini dan pindah ke dunia ini."

"Itu karena Gillian dan Yvette yang bersikeras memanggilmu ke sini."

Aku tersenyum miris mendengarnya. "Apakah nenek tak suka saat mereka melakukannya?" Aku terdiam sesaat lalu kembali melanjutkan ucapanku, "Kurasa itu ada hubungannya dengan menghidupkan seseorang yang sudah mati, apakah semacam itu?"

Nenek Kanna lalu bangkit dari duduknya dan sibuk memilih beberapa botol di rak. Beliau pergi mengambil panci kecil dan menuangkan sedikit isi botol-botol itu. Lalu mengaduknya, dan menuangkannya ke dalam sebuah gelas.

"Itu bukan seperti aku menolaknya. Bukan juga menghidupkan seseorang yang sudah mati. Tidakkah Gillian sudah menjelaskannya?" Kata Nenek Kanna. Beliau perlahan duduk sambil menyodorkan gelas yang tadi kepadaku.

Seketika aku tahu jika aku diminta meminum ramuan itu dan meskipun aku ragu, aku meneguk isinya sampai habis. Rasanya begitu pahit. Seperti meminum rebusan dedaunan yang bahkan rasanya sama sekali tak pernah kutemukan di duniaku dulu.

"Papa hanya menjelaskan jika mereka memanggilku dari bintang lain. Nenek bilang ini bukan menghidupkan seseorang yang telah mati. Lalu apa itu?"

"Yrina belum mati." Ucap Nenek Kanna.

Aku terdiam dan menatapnya tanpa berkedip. Apakah itu sebabnya Yrina menemuiku di mimpi saat itu?

"Di hari dia tiba-tiba tak sadarkan diri. Jiwanya menghilang dan tak pernah bisa ditemukan. Itu bukan suatu kematian. Ada perbedaan besar di dalamnya, bukan seperti itu saat seseorang sudah tiba pada kematiannya. Hanya saja, hal itu seperti jiwa Yrina pergi secara tiba-tiba. Maka dari itu, tubuhnya bisa bertahan dan tak membusuk sampai kau dipanggil masuk ke dalam tubuh itu. Jika dia sudah mati, maka kau takkan bisa dipanggil ke sini. Kami mencari jiwanya kemana-mana dan tetap tak ketemu. Lalu kami malah menemukan jiwamu. Aku bertugas untuk mencarimu dan Yvette bertugas untuk memanggilmu ke sini." Sambung Nenek Kanna.

Aku diam mendengarkan penjelasan beliau. Lalu beliau memintaku mengulurkan tanganku dan kulakukan. Beliau seperti membaca garis tanganku. Bibirnya sedikit bergerak seperti membaca sesuatu.

"Apakah ada sesuatu di telapak tanganku?" Tanyaku.

"Aku akan mencoba membacanya perlahan-lahan." Jawab Nenek Kanna.

"Beberapa Minggu lalu, aku bertemu dengan Yrina di dalam mimpiku." Kataku.

"Apa dia mengatakan sesuatu?"

"Dia bilang aku harus hidup dengan baik dan lebih baik darinya sekarang."

Nenek Kanna terdiam. Beliau mengalihkan pandangan matanya yang tadi sibuk memerhatikan telapak tanganku ke wajahku.

"Apa artinya?" Kataku.

Sejujurnya aku takut jika Yrina yang asli memintaku keluar dari tubuhnya. Namun jika dia memang menginginkannya mau bagaimana lagi? Ini memang tubuhnya dan ini dunianya.

"Kurasa ini tubuhmu sekarang. Apa karena itu kamu ingin menguasai sihir juga?"

Nenek Kanna lalu kembali bangkit dan mengisi kembali gelas dengan berbagai ramuan.

"Kurasa iya. Aku menjadi Yrina sekarang dan ia merupakan seorang penyihir, jadi bukankah aku juga harus sepertinya? Dan, apa itu artinya Yrina masih hidup? Apa suatu hari nanti dia akan bangun?"

"Aku tak bisa bilang Yrina masih hidup jika aku tak bisa merasakan jiwanya. Dan mengenai suatu hari nanti dia akan bangun atau tidak, aku tak bisa memastikan hal itu. Ini pertama kalinya bagiku melakukan sihir tingkat tinggi semacam itu."

"Lalu apa yang seharusnya kulakukan sekarang?"

"Itu terserah padamu. Bukankah ini sekarang tubuhmu? Kau adalah Yrina sekarang. Kurasa kau harus mengikuti ucapannya."

Aku terdiam sambil mencerna semua ucapannya. Kurasa ini saat yang tepat untuk bertanya banyak hal.

"Saat kalian memanggilku, apakah ada harga yang harus dibayar untuk menebusnya?"

"Seharusnya ada. Namun, entah mengapa, tak ada yang harus dikorbankan untuk memanggilmu." Kata beliau sambil terus mengaduk isi gelas.

"Apa maksudnya?"

"Sihir yang digunakan untuk memanggilmu ke dunia ini adalah sihir kuno tingkat tinggi yang awalnya hanya kukira sebagai legenda semata. Tak pernah ada seorangpun yang kukenal yang pernah menggunakannya. Bahkan tidak juga kakekmu. Itu bukan sihir hitam. Melakukan ritual saat itu seperti melakukan suatu pertaruhan. Minumlah ini juga!" Kata Nenek Kanna menyerahkan lagi gelas yang sudah kembali diisi kepadaku untuk ku minum.

Aku pun lalu meneguk isi gelas itu lagi. Rasanya sama seperti yang tadi. Masih sangat pahit.

"Ada pengorbanan yang harus diberikan untuk melakukannya. Ritual pemanggilanmu merupakan gabungan dari tiga macam sihir. Sihir dasar, yang kugunakan untuk mencarimu berdasarkan rasa jiwa yang kau miliki. Lalu sihir pemanggilan milik Yvette yang digunakan untuk menarikmu ke sini, dan yang terakhir sihir dimensi yang digunakan Gillian untuk membuka dimensimu. Semuanya membutuhkan keahlian dan Manna yang luar biasa besar untuk bisa melakukannya. Pengorbanan yang dilakukan juga tidak main-main. Pengorbanannya adalah suatu syarat."

"Apakah syarat itu?"

"Syarat itu adalah jiwa. Kami menafsirkannya sebagai jiwa atau nyawa seseorang yang sangat mencintaimu. Jadi maksudnya adalah antara Gillian dan Yvette, mereka akan mengorbankan jiwanya agar kau bisa masuk ke dalam raga Yrina."

Aku seketika bergetar. Itu bukan suatu syarat yang mudah. Jiwa? Nyawa?

"Apakah itu artinya salah satu dari mereka akan mati saat pemanggilanku berhasil?"

"Iya. Kami menafsirkannya seperti itu. Gillian dan Yvette sudah sangat bersiap jika mereka harus kehilangan nyawanya, namun saat pemanggilan berhasil, anehnya tak ada jiwa yang dikorbankan, tak ada nyawa yang hilang. Tak ada perubahan sama sekali dan seakan kami hanya memanggilmu dari seberang lautan. Itu sesuatu yang masih coba ku selidiki sekarang. Aku juga ingin tahu apa alasannya."

Kami hanya diam cukup lama dan Nenek Kanna kembali membaca garis tanganku. Pikiranku berkecamuk.

"Apa yang harus kulakukan sekarang, nek?" Tanyaku, memecah keheningan. Tadinya hanya ada suara kayu yang terbakar dari perapian.

"Kau yang memutuskannya sendiri. Ini hidupmu sekarang. Aku tak bisa mempengaruhimu atau Gillian dan Yvette. Ini semua hidup kalian. Aku tak ingin terlibat dalam hal ini lebih jauh. Aku sudah sangat tua. Namun aku akan tetap menyelidiki apa pengorbanan yang seharusnya dilakukan saat memanggilmu ke sini."

"Apa nenek membenciku?"

"Aku tidak membencimu."

"Apakah nenek tidak menyukaiku?"

"Aku tak menyukai banyak orang, aku bahkan tak menyukai diriku sendiri." Ucap Nenek Kanna yang sedetik kemudian tersenyum.

Ini pertama kalinya aku melihat beliau tersenyum. Aku ikut tersenyum dan aku tersentuh. Ku anggap ini sebuah penyambutan dan penerimaan untukku dari Nenek Kanna.

"Jadi bisa seperti ini." Ucap Nenek Kanna lagi, kembali mengamati garis tanganku.

"Ada apa?" Tanyaku.

Nenek Kanna tak langsung menjawab dan malah mengeluarkan buku yang sangat tebal dan besar, lalu menyiapkan kotak tinta dan sebuah pena yang diisi dengan tinta tersebut.

"Ini harus dicatat dengan baik. Ini suatu sejarah."

"Sejarah apa, Nek?"

"Yrina pernah memintaku untuk membaca garis tangannya dulu. Dan tadi aku baru saja membaca garis tanganmu."

Aku memperhatikan garis tanganku.

"Garis tangan kalian berdua berbeda." Kata Nenek Kanna lagi.

Hah? Aku tercengang. Mengapa bisa seperti itu walaupun kami menempati tubuh yang sama?

"Benarkah? Bisa seperti itu? Bagaimana bisa?"

"Aku juga tidak tahu. Namun kurasa ini semacam penyesuaian atau resonansi."

"Resonansi?" Tanyaku dengan penuh rasa ingin tahu.

"Iya. Karena kau dan Yrina memang jiwa yang berbeda meskipun kalian jiwa yang kembar, warna jiwa kalian berbeda meskipun terasa sama. kurasa tubuh Yrina menyesuaikan diri dengan jiwamu. Jadi itu semacam resonansi."

"Apakah resonansi ini akan terus terjadi ke depannya,  Nek?"

"Itu pasti. Resonansi ini akan terus terjadi sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Kau harus menemuiku seminggu sekali. Aku harus tahu perubahan apa saja yang terjadi."

"Baiklah. Aku akan melakukannya. Jadi apakah sekarang kita akan mulai belajar atau melakukan pelatihan sihir dasar?" Tanyaku. Sejujurnya aku sangat ingin tahu dan belajar bagaimana caranya menggunakan sihir.

Sihir Dasar sendiri adalah suatu sihir yang berkaitan dengan pengelolaan Manna, bagaimana cara manusia memanfaatkan Manna tersebut untuk menghasilkan sihir. Dengan mempelajari sihir dasar, kita akan belajar bagaimana cara merasakan Manna, mengeluarkannya dan mengontrolnya. Karena untuk melakukan suatu sihir atau merapalkan mantra, diperlukan Manna yang cukup. Semakin tinggi sihir yang dilakukan semakin besar pula Manna yang dibutuhkan. Begitu juga jika memiliki Manna yang banyak maka sihir yang dilakukan akan semakin sempurna. Untuk beberapa orang yang sangat mahir dan menguasai sihir dasar, mereka dapat melihat Manna orang lain. Baik dari segi warnanya dan jumlahnya. Semua orang memiliki warna Manna yang khas dan berbeda satu sama lain. Untuk seorang Nenek Kanna yang merupakan penyihir agung tingkat tinggi, bahkan juga bisa melihat jiwa dan merasakannya.

"Aku rasa kita tak bisa melakukannya." Kata Nenek Kanna. Jemari beliau berhenti menggoreskan tinta ke lembaran buku besar tersebut.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Kau, kau tidak punya Manna sama sekali." Ucap Nenek Kanna.

Aku lalu kembali tercengang.

1
Retno Isma
🌹🌹🌹
Retno Isma
🌹🌹🌹🌹
Retno Isma
☕☕☕
Retno Isma
🌹🌹🌹🌹
Retno Isma
jangan Hiatus ya please... selesaikan sampe tamat.. 🌹🌹🌹🌹🌹
Venus Earthly Rose: siap kakak cantik 🥰
total 1 replies
Anonymous
lanjuddd semangat/Rose/
Venus Earthly Rose: makasih kakak ganteng 🫶🏻
total 1 replies
MiseryInducing
Seru banget, thor harus cepat update lagi dong!
Venus Earthly Rose: makasih kakak keren🫶🏻
total 1 replies
Celeste Banegas
Aku tidak bisa tidur sebelum membaca kelanjutannya, jadi cepat update ya thor! 😴
Venus Earthly Rose: makasih kakak imut 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!