Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melamar Kinanti
Sesuai sarannya sang mama dan juga kembar. Malam ini Gio akan memberikan surprise kepada Kinanti. Tentu saja dia akan meminta bantuan kedua anaknya, agar lamarannya di terima. Gio sudah menyusun rencana untuk membuat surprise seromantis mungkin.
Gio sudah menyiapkan satu buah cincin berlian untuk Kinanti. Dia juga sudah menyuruh Erland untuk reservasi sebuah restoran untuk dinner mereka malam ini. Restoran itu sudah di dekor sangat indah. Gio berharap, Kinanti dapat menerima lamarannya.
Gio beserta kedua orang tuanya sudah bersiap-siap akan berangkat ke restoran. Sedangkan kembar masih berjuang merayu sang Bunda untuk makan malam dengan Ayah Gio.
"Bunda bilang tidak, ya tidak! Besok kita pergi sendiri saja ke Mall, kalian boleh memesan makanan apapun yang kalian suka. Jangan paksa Bunda untuk mewujudkan keinginan kalian malam ini," ucap Kinanti tegas yang langsung naik ke ranjang, membaringkan tubuhnya.
"Gimana ini? Kasihan Ayah, Ayah pasti sudah menunggu di restoran sama nenek dan kakek. Masa iya, rencana kami tak berhasil?" Bunga bermonolog dalam hati.
Kembar terlihat saling pandang, seakan mereka saling bertanya apa yang harus mereka lakukan agar sang Bunda mau pergi bersamanya. Sedangkan Kinanti tampak sibuk memainkan ponselnya. Hingga akhirnya Bunga terpaksa mengancam sang Bunda untuk tetap pergi bertemu sang ayah.
"Kenapa si, kamu itu selalu saja keras kepala? Selalu saja keinginannya ingin tercapai. Kamu itu mirip sekali dengan Ayah kamu, bikin Bunda pusing," cerocos Kinanti.
"Bunda enggak sayang sama aku, lebih baik aku ikut Ayah. Ayo Kak kita pergi saja! Om Erland sudah menunggu kita di lobby," ancam Bunga.
Kinanti tampak mengerutkan keningnya. Merasa tanda tanya, mengapa anaknya bisa tahu kalau asisten Gio berada di lobby.
"Bunda tahu, pasti kalian sudah merencanakan sesuatu 'kan? Makanya maksa Bunda," ujar Kinanti yang kini menatap sang anak serius. Seakan menyelidik.
"Ayo dong Bun, please! Tolong kabulkan keinginan kami! Kami ingin bahagia seperti anak-anak lainnya," pinta Bunga dengan wajah yang memelas.
Di tempat berbeda Gio tampak gelisah menanti sang pujaan hati datang. Dia khawatir kembar tak bisa mengajak Kinanti untuk datang menemuinya.
"Ya sudah, iya. Tapi sekali ini saja ya, setelah itu jangan pernah paksa Bunda lagi," ujar Kinanti kepada anaknya.
"Iya, ok. Sekarang Bunda ganti baju yang cantik, dan rias sedikit wajah Bunda biar tambah cantik," rayu Bunga.
Bunga dan Satria terlihat kompak, dia menarik-narik sang Bunda untuk duduk di tepi ranjang. Kemudian Bunga langsung memilihkan dress cantik untuk sang Bunda. Dia juga sudah menyiapkan sandal yang pas untuk Bundanya pakai.
"Memangnya ada acara apa sih? Kok Bunda harus pake makeup segala sih? Bunda tak biasa pake makeup," protes Kinanti saat Bunga memakaikan bedak di wajahnya dan juga lipstik di bibirnya.
"Sudah, Bunda diam saja! Ikutin perintah aku, dijamin Bunda senang," ujar Bunga sambil memainkan alisnya.
Semakin lama tingkah Bunga semakin mirip Ayah Gio. Membuat sang Bunda di bikin pusing. Dia juga kerap menggoda sang Bunda. Kinanti hanya bisa menarik napas panjang, melihat kelakuan anaknya.
"Selesai. Sekarang Bunda tinggal pakai dressnya," ucap Bunga. Dia sudah berhasil merias bundanya. Sambil menunggu sang Bunda berganti pakaian, Bunga dan Satria pun berganti pakaian.
Gio semakin gelisah, karena dia mendapatkan informasi dari Erland yang mengatakan kalau Kinanti dan kembar belum juga turun. Gio menghampiri kedua orang tuanya, setelah mengakhiri panggilan dengan Erland.
"Ma, kalau Kinanti enggak datang gimana? Erland bilang, sampai sekarang Kinanti dan kembar belum juga menemui dia," jelas Gio kepada sang mama.
"Tunggu saja! Mungkin Kinanti lagi berias dulu. Mama yakin Kinanti pasti akan datang," ujar sang mama.
"Akhirnya, Nyonya Kinanti mau juga. Semoga mereka berdua segera bersatu," gumam Erland saat melihat Kinanti dan kembar berjalan menghampirinya.
Kini Kinanti dan kembar sudah dalam perjalanan menuju restoran yang di tuju. Jantung Kinanti berdegup kencang, dia penasaran apa yang terjadi sebenarnya. Akhirnya kini mereka sudah sampai di restoran tempat acara akan diadakan. Erland langsung menginfokan kepada Gio, kalau Kinanti dan juga kembar sudah sampai dan akan masuk. Gio langsung bersiap-siap untuk menyambut sang belahan hati.
Gio berjalan menghampiri Kinanti dengan membawa buket bunga dan juga kotak kecil berwarna merah. Alangkah terkejutnya Kinanti, saat melihat restoran itu sudah di dekorasi sangat romantis. Tak lama kemudian kedua orang tua Gio pun datang menghampiri mereka. Kinanti tak percaya, kalau Gio akan melakukan hal ini.
Gio berlutut di kaki Kinanti dan memberikan buket bunga yang indah kepada Kinanti, kemudian membuka sebuah kotak cincin berwarna merah.
"Kinanti, maukah kamu menikah denganku? Hidup bersamaku, membesarkan kembar bersama. Aku sangat mencintai kamu," ucap Gio sambil meraih tangan Kinanti.
Suasana sempat terasa tegang, karena Kinanti hanya diam dan seakan berpikir. Dia sempat menatap Gio, kedua anaknya, dan kedua orang tua Gio yang penuh harap. Kinanti tampak berpikir sejenak, keputusan apakah yang harus dia ambil.
"Aku tahu kalau kesalahan aku begitu banyak kepada kamu, hingga kamu begitu sulit untuk memaafkan aku. Aku mohon, tolong berikan aku kesempatan untuk mengganti setiap air mata yang menetes dengan kebahagiaan! Berikan aku kesempatan untuk menebus semuanya. Aku mencintai kamu, dan aku ingin membahagiakan kamu dan kembar," ucap Gio dengan tulus.
Kembar, kedua orang tua Gio, Erland, dan bahkan pengunjung restoran lainnya, dan para pelayan di sana bersorak agar Kinanti menerima lamaran Gio.
"Mama mohon Sayang, tolong terima anak mama! Mama berharap kamu mau menjadi menantu mama dan memaafkan semua kesalahan Gio dulu. Mama ingin melihat kalian bahagia," ucap Mama Camelia terlihat tulus.
"Iya Bun, tolong terima Ayah. Kami ingin Bunda dan Ayah bersatu. Kami ingin memiliki keluarga yang utuh," pinta Bunga dan Satria pun ikut menganggukkan kepalanya mengikuti keinginan sang adik. Karena dia pun menginginkannya.
Hingga akhirnya, Kinanti menerima lamaran Gio. Dia akan memberikan kesempatan kepada Gio untuk membuktikan ucapannya.
"Iya, aku terima lamaran kamu. Aku mau menikah dengan kamu, dan menjadi istri kamu," ucap Kinanti. Gio langsung memeluk tubuh Kinanti, meluapkan perasaan bahagianya. Sampai-sampai dia lupa harus memakaikan cincin itu ke jari Kinanti.
"Main nyosor saja, cepat kau pasangkan cincin itu. Nanti yang ada Kinanti membatalkannya, tahu rasa kamu," sindir Mama Camelia, membuat semua yang berada di sana tertawa terbahak-bahak.
Gio langsung melepaskan pelukannya, dan memakaikan cincin itu di jari Kinanti. Dia takut kalau ucapan sang mama benar, kalau Kinanti akan membatalkan lamaran ini.
"Makasih ya, karena kamu sudah memberikan kesempatan kepada aku untuk membuktikan ucapan aku," ucap Gio dan Kinanti tampak menganggukkan kepalanya dengan malu.
Bunga dan Satria langsung menghampiri kedua orang tuanya dan memeluknya. Membuat semua yang melihat merasa terharu, meskipun mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.