RATU MAFIA Ketemu USTADZ KALEM

Max menelan ludahnya lantaran terkejut dengan sosok yang tiba-tiba nampak di hadapannya ini. Kedua matanya membola. Hal yang sama juga di alami oleh Arumi, istrinya. Wanita bercadar itu membekap mulutnya demi menahan suara teriakannya.

Arumi langsung memegang erat lengan suaminya. Saat itulah ia dapat merasakan bahwa tubuh Max bergetar. "Ya Allah, ya Allah." Hanya ucapan inilah yang keluar dari mulut Arumi dengan lirihnya. Walaupun kejadian yang menyebabkan mereka terpisah telah berlalu bertahun-tahun lamanya, namun Arumi dan suaminya masih dapat mengenali dua sosok yang tengah berdiri di depan mereka.

Sementara itu, Velicia yang sejak tadi meronta-ronta dalam rangkulan suaminya, kini terlihat mematung kaku. Kedua matanya menganak sungai ketika melihat wajah pucat pasi yang ia rindukan kini berada di hadapannya. Namun, wanita itu sama sekali tidak melihat ke arahnya. Velicia mengikuti arah pandangan kedua mertuanya yang menatap dengan syok akan kehadiran daddy dan mommynya itu.

Velicia tentu bingung dengan ekspresi yang di tampilkan Abi Max saat ini. Karena di dalam mata pria berkharisma itu, Velicia dapat membaca sajak kerinduan yang amat dalam dan panjang. Batinnya berkata, tidak mungkin mereka semua saling mengenal sebelumnya. Tidak mungkin. Apalagi Velicia tau bahwa kehidupan keduanya sangat bertolak-belakang.

Anne terlihat melangkah maju, Dave sontak mencekal lengannya lembut. Ia menoleh pada istrinya. Menatap kedua mata indah Anne yang saat ini sudah berlinangan air mata. Dave menggeleng, kemudian memberi usapan pada punggung tangan Anne. Isyarat sentuhan yang mengatakan agar istrinya itu sabar. Sebab, Dave pun belum yakin benar bahwa pria yang berada di hadapannya ini adalah sang ketua yang ia cari keberadaannya selama belasan tahun.

Menangkap isyarat dari suaminya, Anne justru meledakkan emosinya. Tangis wanita itu akhirnya pecah. "Aku yakin itu dia, Dave. Aku tidak akan lupa dengan tatto dan perawakan tubuhnya. Walaupun saat ini, penampilannya sangat aneh dan berbeda. Hatiku berkata dialah, Max. Ketua kita!" ucap Anne sangat lirih. Dave tak mampu membohongi perasaannya. Pria itu memutuskan maju dengan langkah yang berat.

Hal yang sama pun di lakukan oleh, Max. Terlihat langkahnya lebih cepat dan pasti. Satu hal yang tidak ia sangka ialah, kedua anak buah yang merupakan orang kepercayaannya itu masih hidup tanpa kurang satu apapun. Max tanpa sadar tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. Kedua tangannya membentang lebar ketika ia berada di depan Dave.

"Kenapa diam. Kau tidak merindukanku! Kau berani mengacuhkanku!" sentak Max yang secara spontan membuat Dave tersadar. Suara bariton yang selalu membuatnya takut dan patuh itu, hanyalah milik Max seorang.

"Ke–ketua. Benarkah ini, kau?" tanya Dave dengan suara yang mulai bergetar. Dadanya berdebar. Sekuat tenaga ia menahan cairan yang sejak tadi membuat kedua matanya panas.

Mendengar pertanyaan dari Dave, Max secara reflek tergelak kencang. Pria itu pun maju kemudian menarik tubuh kaku Dave ke dalam rangkulannya yang erat. Saat itu, tumpahlah sudah tangis Anne. Wanita itu membekap mulutnya, namun tak mampu menahan suaranya.

Tubuh Max dan Dave masing-masing berguncang. Melepaskan perasaan rindu yang selama ini hanya mereka tahan. Perasaan tak percaya akan pertemuan yang tidak berani mereka bayangkan dan impikan sekalipun. Kejadian kala itu sungguh luar biasa hebat. Bahkan, Dave pun hampir tidak selamat. Hingga, Anne terkena imbas dari peperangan itu.

Di sana, Zayn terperangah. Belum pernah ia melihat abinya begitu sentimental seperti saat ini. Apalagi, di lihatnya sang ummi juga tengah menahan gejolak emosi itu dengan kuat. Arumi berkali-kali melirik ke arah wanita bule yang wajahnya mirip dengan Velicia. Siapa mereka? Jika ada hubungannya dengan sang istri, lalu kenapa kedua orangtuanya yang lebih emosional dan terlihat memiliki kedekatan tak biasa?

Berbagai pertanyaan berseliweran di dalam kepala Zayn. Hingga ia tak sadar kalau istrinya tak lagi berada dalam pelukannya. Velicia melangkah dengan gontai mendekati wanita cantik tapi pucat yang wajahnya mirip dengannya itu.

Max melepas rangkulannya pada Dave setelah kedua pria yang sama-sama gagah ini puas melepaskan emosi dan sisi melankolis mereka. Giliran Anne merangsek maju mengulurkan tangannya untuk memeluk tubuh Max. Di depan sana Arumi terlihat menahan napasnya.

Max sontak memundurkan tubuhnya. Spontanitas yang di lakukan Max, sontak membuat Anne semakin histeris. "Max!" panggilnya, dengan harapan pria berjenggot di hadapannya ini mau memberinya pelukan.

"Anne, maafkan aku ya. Aku senang luar biasa karena masih di beri kesempatan melihat kalian lagi. Bertemu dengan kalian. Aku, sungguh tidak menyangka bukan hanya aku yang Allah berikan nikmat panjang umur dan kesempatan selamat dari kejadian itu, namun ... kalian juga," ucap Max dengan suara parahnya karena menahan tangis.

"Aku merindukanmu, Max. Aku pikir selama ini kau sudah mati. Karena kami tidak berhasil menemukan jejakmu dan Arumi. Tapi kini ... sosokmu berdiri di hadapanku dengan penampilan yang lain. Kau terlihat sedikit aneh," kata Anne, di sela-sela Isak tangisnya. Tangan wanita itu kembali terulur ingin memeluk Max. Akan tetapi, dengan cepat Arumi berlari ke arahnya untuk menggantikan posisi suaminya.

"Arumi!" Anne terlonjak kaget. Wanita bercadar itu memeluknya dengan erat kemudian mengusap punggungnya lembut. Anne trenyuh, tubuh dan perasaanya merespon dengan baik. Akhirnya ia bisa menangis total saat ini.

"Alhamdulillah ya Allah. Kalian berdua selamat. Tapi, kau terlihat--" Arumi tidak dapat meneruskan ucapannya karena Anne seketika itu juga meluruhkan tubuhnya.

"ANNE!" pekik Arumi kaget. Ia dengan sekuat tenaga memegangi tubuh Anne agar tidak jatuh ke tanah.

"MOMMY ...!!" Velicia berlari mendekat ikut meraih tubuh lemah Anne.

"VELICIA!" Dave yang ingin meraih tubuh istrinya malah mematung kaku ketika sosok wanita berpakaian bak ninja itu memanggil istrinya dengan sebutan mommy. Bahkan suara itu sangat ia yakini milik putrinya yang selama ini ia cari.

"DAD! MOMMY KENAPA!" teriak Velicia pada sosok Dave yang hanya bisa melongo bak orang bodoh.

"Bawa istrimu ke dalam, Dave!" titah Max. Pria itu berpikir dengan singkat dan seketika otak jeniusnya menyimpulkan kenyataan.

Dave mengangkat tubuh Anne, ke dalam bangunan yang sempat ia hina kemarin. Max menepuk bahu putranya yang ia tau pasti saat ini tengah berada dalam kebingungan luar biasa.

"Katakan pada warga, bahwa mereka adalah saudara jauh Abi." Zayn mengangguk mendengar perintah abinya.

Max juga meminta tolong pada kawannya Semar, agar pria itu mengurus dua mata-mata tadi. Max juga meminta agar Semar mengobati luka-luka pada mereka. Zayn menjelaskan pada warga bahwa semua yang terjadi hanya kesalahpahaman. Walaupun, hatinya masih menerka-nerka apa yang sedang terjadi sebenarnya.

Zayn merasa seketika sesak memeluk dadanya erat. Ia tak sanggup melepaskan istrinya. Jika dua orang asing itu adalah keluarga dari Velicia. Ya, ternyata itu nama sang istri yang selama ini ia panggil Zahra.

"Hamba, berserah padamu ya Robb." Zayn mengusap wajahnya pelan. Menghela napas lalu melangkah masuk ke dalam rumahnya.

"Dad! Kenapa membawa mommy kesini! Perjalanan sangatlah jauh, apa kau ingin membuatnya mati! Tidak puaskah kau melihatku pergi!"

"VELICIA!" Untuk pertama kalinya Zayn berkata tegas pada istrinya.

"Tidak begitu bicara pada ayahmu," ucap Zayn berubah lembut setelah berada di samping istrinya. Velicia sontak menunduk kemudian menangis sambil memeluk tubuh Anne yang terbaring.

Dave terpaku melihat interaksi putrinya dengan pemuda sederhana itu.

"Apa-apaan ini?" batin Dave.